Unggas sebagai hewan ternak menghasilkan produk pangan berupa telur dan daging. Produk unggas cenderung lebih populer di kalangan masyarakat dibandingkan dengan daging sapi karena harganya lebih terjangkau, terutama telur.
Produk yang dihasilkan instalasi unggas berupa telur konsumsi dan telur tetas. Telur yang dihasilkan berasal dari ayam arab dan ayam kampung. Telur konsumsi merupakan telur non fertile/tidak dibuahi sehingga tidak mengandung bakal bibit, sedangkan telur tetas merupakan telur fertile/yang telah dibuahi sehingga jika ditetaskan akan menghasilkan anak ayam/DOC (day old chik), anak itik/DOD (day old duck) dan anak puyuh/DOQ (day old quail).
Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara konvensional/alami dan artificial/buatan. Penetasan secara konvensional dilakukan melalui proses yang berlangsung secara alami yaitu dengan menggunakan induk ayam/babon, sedangkan penetasan artificial dilakukan oleh manusia dengan menggunakan mesin tetas. Prinsip kerja dari mesin tetas yaitu mengkondisikan telur seperti berada dalam pemeraman induk.
Apa kelebihan menetaskan dengan mesin tetas dibandingkan menggunakan induk ayam? Telur di dalam mesin juga mengalami proses pemeraman selama 21 hari. Kestabilan suhu dilakukan dengan alat pengatur suhu yang telah melekat pada mesin, kita kenal sebagai thermostat, alat ini bekerja secara otomatis, sedangkan untuk mengetahui keadaan suhu digunakan thermometer. Pembalikan telur, pengaturan ventilasi dan kelembaban udara diatur sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi pemeraman yang “sebenarnya”. Hal yang perlu diperhatikan ketika kita menetaskan telur adalah telur yang akan kita tetaskan, serta petugas yang memiliki ketelatenan, keuletan dan ketelitian. Keunggulan yang kita peroleh jika menetaskan telur dengan mesin tetas yaitu jumlah telur yg dapat kita tetaskan bisa lebih banyak jumlahnya, bisa ratusan, ribuan bahkan ratusan ribu telur, tergantung kapasitas tampung dari mesin. Yang menjadi pertanyaan; Bagaimana cara menetaskan telur agar sukses? penjelasan berikut, akan menjawab pertanyaan tersebut, sesuai dengan standard operating procedure/SOP tentang penetasan telur yang berlaku dan diterapkan di instalasi ternak unggas dan aneka ternak – STPP Malang. SOP tentang penetasan dibuat dan diberlakukan sebagai pedoman untuk menerapkan budidaya ternak yang baik (good farming practice) pada instalasi ternak unggas dan aneka ternak.
I. Pra proses:
a. Penyiapan telur tetas
1) Pemilihan telur/penilaian secara eksternal:
- Kerabang telur: pilih yang utuh/tidak retak/tidak berlubang, untuk menghindari masuknya mikroba yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan telur.
- Bentuk telur: pilih telur tetas yang berbentuk oval/bulat telur, tidak terlalu bulat atau terlalu lonjong karena bentuk telur dapat mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal sehingga banyak yang tidak menetas.
- Bobot telur tetas: yang baik untuk ayam kampung adalah 45-50 gr dan untuk ayam ras adalah 55-60 gr. Bobot berpengaruh terhadap anak ayam yang dihasilkan, jika bobotnya seragam maka hasil tetasan juga akan seragam.
- Besar telur/indeks telur: dipilih yang seragam.
Indeks telur = lebar telur X 100%
Panjang telur
Besar telur yang baik memiliki indeks telur sekitar 74%.
Telur yang terlalu besar menyebabkan kantung udara relatif kecil sehingga telur akan lama/terlambat menetas. Jika terlalu kecil, kantung udaranya terlalu besar sehingga akan cepat menetas.
- Umur: telur yang dipakai berumur kurang dari 7 hari, umur telur tetas yang digunakan seragam sehingga akan serempak menetas.
- Kerabang: Pilih telur yang memiliki kerabang/cangkang yang bersih dari kotoran {bersih alami bukan karena dicuci}.
2) Telur yang akan ditetaskan berasal dari induk dengan mutu produksi yang baik, dapat diketahui dari rekording produksi dan rekording reproduksi.
3) Pembersihan telur:
- Lakukan dengan menggunakan kapas/lap yang telah dibasahi dengan air hangat dan deterjen telur.
- Telur yang terlalu kotor sebaiknya tidak dipilih untuk ditetaskan.
4) Penyimpanan telur
Jika telur tetas masih akan disimpan, maka;
- Tempat penyimpanan harus terlindung dari pengaruh panas dan angin langsung, bersih serta tidak berbau, karena tempat yang panas dapat menyebabkan kematian embrio yang sangat dini.
- Lama penyimpanan tidak lebih dari 14 hari sebelum ditetaskan.
- Suhu ruangan penyimpanan 12-15oC {55-60oF} dengan kelembaban 75-80%.
b. Penyiapan mesin tetas
1) Siapkan alat dan bahan pendukung
2) Lakukan sanitasi
- Lakukan sanitasi mesin tetas setiap kali akan digunakan.
- Pelaksanaan: awali dengan pencucian menggunakan air bersih atau air hangat, kemudian lap dengan menggunakan 2-3% larutan creosol/obat anti hama {desinfektan}.
3) Lakukan fumigasi mesin
- Tujuan: agar bibit penyakit yang masih hidup dan tersisa dalam mesin tetas menjadi mati.
- Alat yang digunakan: wadah tahan panas/cawan porselen dan pengaduknya.
- Bahan yang digunakan {fumigan}: campuran formalin dan kalium permanganat {KmnO4} dan diuapkan didalam mesin tetas selama 30 menit.
- Cara penguapan: tuangkan formalin ke wadah yang berisi KmnO4, masukkan ke dalam mesin tetas, segera tutup mesin tetas dan diamkan selama 24-48 jam dengan kondisi pemanas tetap hidup/on.
- Dosis fumigan untuk ruangan sebesar 2,83m2
Kekuatan Formalin {cc} KmnO4 {gr}
1 kali 40 20
2 kali 80 40
3 kali 120 60
4 kali 160 80
5 kali 180 100
- Gunakan sarung tangan serta penutup mulut dan hidung sebagai pelindung, karena jika kulit terkena larutan formalin akan terasa pedih dan mengelupas. Sedangkan jika terkena gas formaldehida, mata dan hidung yang akan terasa pedih.
4) Pengoperasian mesin
- Suhu diatur hingga berkisar 39-39,7 oC dan kelembaban 60-70%
- Cara mengatur suhu dan kelembaban:
a. Hidupkan mesin tetas, kemudian isi bak air sebanyak 2/3 bagiannya.
b. Untuk meningkatkan suhu, sekrup pengatur termostat diputar ke arah kiri sedangkan untuk menurunkan diputar ke kanan.
c. Suhu dianggap stabil jika sudah dicoba selama 24 jam.
II. Proses pemeraman dalam mesin:
1) Penanganan telur tetas dlm mesin
- Pengaturan suhu
Suhu ideal ruang mesin tetas:
Hari ke- | Suhu ideal | |||
Tanpa kipas angin | Dengan kipas angin | |||
oC | oF | oC | oF | |
1-18 | 39,0 | 102,0 | 37,5 | 99,5 |
19 | 39,7 | 103,5 | 37,0 | 98,5 |
20 | 40,0 | 104,0 | 37,0 | 98,5 |
21 | 40,5 | 105,0 | 37,0 | 98,5 |
Agar suhu dapat stabil, lakukan pengamatan dan pengontrolan suhu dengan menggunakan termometer dan termostat {terpasang pada mesin tetas}.
- Pengaturan ventilasi/sirkulasi udara
Hari ke | Pengaturan ventilasi |
1-3 | Tertutup seluruhnya |
4 | Terbuka ¼ bagian |
5 | Terbuka ½ bagian |
6 | Terbuka ¾ bagian |
7-21 | Terbuka seluruhnya |
2) Penempatan telur dalam rak penetasan
- Penempatan: posisi bagian tumpul berada di sebelah atas dengan kemiringan 450.
- Posisi yang terbalik/tidak benar akan menyebabkan posisi embrio menjadi tidak normal bahkan embrio mati setelah kerabang telur retak.
3) Peneropongan telur
- Tujuan: untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan embrio sejak dini.
- Prinsip peneropongan: memeriksa bagian dalam telur dengan bantuan cahaya dengan menggunakan alat teropong telur/egg candler.
- Dilakukan pada hari ke-4, ke-14 dan ke-18.
- Ketentuan dari hasil peneropongan: jika pada hari ke-4 menunjukkan gejala infertil (kosong), telur dapat diafkir dan dikonsumsi. Jika pada hari ke-14 dan ke-18 tidak ada gejala kehidupan embrio maka telur tersebut sebaiknya dibuang.
4) Pembalikan telur
- Tujuan: meratakan panas yang diterima telur selama periode penetasan, dan mencegah agar embrio tidak lengket pada salah satu sisi kerabang.
- Pembalikan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan, sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore/malam.
- Pembalikan telur dimulai pada hari ke-4 hingga ke-18.
- Teknik membalik telur:
a) Lakukan pembalikan selama beberapa menit saja.
b) Tandai salah satu sisi atau dua sisi bagian telur agar tidak keliru sehingga panasnya merata.
c) Cara membalik: telur yang diletakkan dengan ujung tumpul di atas hanya digerakkan ke salah satu arah pada sumbunya, yaitu ke arah kanan dan ke kiri dari posisi semula.
d) Yang harus diperhatikan: jangan membalik telur dengan pola lingkaran, yaitu bagian telur yang tumpul diputar hingga berada di bagian bawah. Hal ini menyebabkan kantung udara pecah sehingga menyebabkan embrio mati.
5) Pengaturan kelembaban
- Kelembaban ideal yang diperlukan dalam penetasan telur ayam;
Hari ke- Kelembaban
1-18 55-60%
19-21 70%
- Gunakan higrometer untuk mengukur kelembaban.
- Untuk mencapai kondisi kelembaban yang diinginkan bisa juga menggunakan bak yang diisi air dengan patokan: jumlah air sebanyak 2/3 bagian bak dan diberi kain/lap.
III. Penetasan:
Penanganan telur menetas {DOC/DOD/DOQ}:
1) Penanganan kesulitan pipping/keluar dari cangkang.
2) Penyortiran/seleksi hasil tetasan {sehat,normal/abnormal,cacat}.
3) Seleksi/penyortiran hasil tetasan berdasarkan bobot DOD/DOC/DOQ.
4) Pemindahan DOC/DOD/DOQ ke dalam box.
(Sumber : sttp-malang.ac.id)