Rabu, 30 Januari 2013

Tentang kutu ayam (gurem) yang sering menyerang ayam petelur

Tentang kutu ayam (gurem) yang sering menyerang ayam petelur
Tanpa disadari bahwa kutu pada ayam petelur sangat mengganggu aktifitas ayam petelur setiap hari. Adanya kutu ini akan menyebabkan ayam menjadi tidak nyaman.

A. Tentang Kutu / Gurem di Ayam petelur
Tanpa disadari bahwa kutu pada ayam petelur sangat mengganggu aktifitas ayam petelur setiap hari. Adanya kutu ini akan menyebabkan ayam menjadi tidak nyaman.

Saat Anda masuk ke kandang ayam petelur, silahkan perhatikan, bila ayam petelur menggaruk-garuk dengan kepala ke bagian sayap atau tubuhnya, maka hampir pasti banyak kutu di ayam tersebut. Ambillah ayam tersebut dan silahkan cek di sekitar kloaka, maka akan terlihat kutu/gurem berwarna putih yang sangat kecil di antara kulit dan bulu ekornya.

B. Akibat Kutu/Gurem pada Ayam Petelur
Dampak langsung yang ditimbulkan oleh kutu ini adalah ayam menjadi tidak nyaman dan tidak “konsentrasi” untuk produktifitas. Akibatnya prosentase produksi telur bisa 3-5% di bawah standart setiap hari selama ayam masih belum diobati.

Selisih 3-5% HD ini dapat dihitung sebagai nilai potensi pendapatan yang akhirnya hilang. Anggapkah selisih hanya 3% dan terjadi selama 20 minggu (karena saran pembasmian kutu dilakukan interval 20 minggu), maka potensi pendapatan Anda yang hilang sebesar Rp.2.500,-/ekor. Coba bayangkan bila Anda memiliki ayam sebanyak 500.000 ekor maka potensi pendapatan yang hilang akibat kutu pada ayam adalah sebesar Rp.1.250.000.000,- (satu koma dua milyar rupiah) selama 20 minggu.

C. Bagaimana Menghitung Potensi Kerugian Akibat Kutu ?
Beberapa data menunjukkan bahwa kutu pada ayam petelur dapat menghambat 3% HD dari performance STD-nya. Misal, harusnya produksi 93% tetapi hanya tercapai 90%. Nah selisih 3% HD tersebut dapat kita hitung selama 20 minggu umur produksi dengan asumsi berat telur 60gr/butir. Pertanyaannya adalah, mana lebih besar antara biaya pengobatan kutu dengan potensi kehilangan produksi ?

Perhitungan dilakukan melalui rumus Egg Mass alias kg/1000 ekor/hari x 7 hari x 20 minggu x harga telur:
  • 3% HD x 60gr/butir = 1,8 kg/1000 ekor = 1,8 gr/ekor
  • 1,8 gr x 7hr x 20mg = 252gr alias 0,25 kg telur hilang/ekor ayam.
  • Asumsi terendah harga telur Rp. 10.000,-/kg,
  • Maka 0,25 kg x Rp. 10.000,- = Rp. 2.500,-
Jadi potensi pendapatan peternak akan hilang sebesar Rp. 2500,-/ekor tiap 20 minggu bila ayam kena kutu. Padahal biaya pengobatan kutu anggap maksimal hanya Rp. 500,-/ekor tiap 20 minggu. Nah, mana yang akan Anda pilih ??

D. Cara Pengobatan Tradisional Saat ini
Pengobatan kutu/gurem sejauh ini dilakukan dengan cara manual (tradisional) melalui penyemprotan atau pencelupan ayam menggunakan campuran larutan yang terdiri dari air + deterjen + (sevin/antipar) + belerang halus.

Cara tersebut dirasakan cukup merepotkan dan membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Selain itu sulitnya mendapatkan bubuk belerang membuat kita menjadi malas untuk melakukan pengobatan. Akibatnya tidak jarang para peternak tidak melakukan “semprot kutu” sehingga akhirnya ayam petelur “berkutu”.

E. Cara Pengobatan Terbaru (Modern)
Kini, dengan penemuan obat anti kutu yang dapat dilakukan melalui air minum, maka pengobatan kutu/gurem sangat mudah dilakukan. Kita tinggal menyediakan bahan, menghitung kebutuhan bahan dan kebutuhan air maka tindakan pengobatan sangat mudah dilakukan. Pengobatan ini dilakukan dengan obat yang kandungan zat aktifnya adalah “ivermectin”.

Ivermectin ini dikenal luas telah digunakan pada hewan ruminansia/non ruminansia besar untuk membasmi kutu melalui injeksi. Kini, ivermectin dapat diaplikasikan juga untuk ayam petelur melalui air minum.

F. Petunjuk Teknis Pengobatan
Petunjuk teknis aplikasi pengobatan tiap 2500 ekor ayam petelur berat badan 2kg/ekor dengan konsumsi pakan 120gr/ekor, asumsi konsumsi air 2,5 x dari konsumsi pakan :
  • Hitung jumlah populasi ayam yang akan diobati, contoh 2500 ekor
  • Hitung berat badan ayam yang akan diobati dengan cara populasi dikali berat rata-rata per ekor. Contoh : 2500ekor x 2kg/ekor = 5000 kg ayam.
  • Hasil perhitungan no.2 dibagi dengan 25kg berat badan tiap 1 mL sehingga akan didapatkan total obat yang dibutuhkan.(Diketahui bahwa dosis ivermectin adalah 0,4mg/kg berat badan sedangkan obat kutu mengandung Ivermectin 10mg/mL obat). Contoh : 5000 kg ayam / 25 kg/mL = 200 mL obat kutu. (2 botol kecil obat kutu ber isi 100mL/botol).
  • Hitung jumlah air yang dibutuhkan. Contoh : 2500 ekor x 120gr/ekor x 2,5 x 3 jam / 12 jam = 187,5 Liter air atau digenapkan menjadi 200 Liter air.
G. Kesimpulan
Kini dengan cara yang praktis dan mudah, kita dapat melakukan pembasmian kutu sekaligus cacing gelang di ayam petelur dengan biaya yang cukup murah. Sopyan Haris. Sastrawan Perunggasan, kini tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur.

(sumber: poultryindonesia.com)

Selasa, 29 Januari 2013

Insektisida, obat ampuh untuk membasmi hama kutu pada ayam

Insektisida, obat ampuh untuk membasmi hama kutu pada ayam
Insektisida adalah racun pembunuh serangga. Racun ini digunakan untuk membasmi serangga terutama serangga yang mengganggu tanaman. Namun demikian, penulis menggunakan insektisida ini untuk membasmi kutu ayam. Sebenarnya dalam panduan penggunaan insektisida ini hanya untuk membasmi serangga yang menyerang hama tanaman.

Pada umumnya ayam yang saya pelihara terserang hama kutu ayam terutama pada saat ayam mengerami telurnya. Kutu-kutu ini akan terus berkembang hingga telur yang dierami induknya menetas. Kadang-kadang telur yang dierami menetas semuanya dan kadang pula hanya sebagian. Walaupun telur banyak menetas (menetas semuanya) tetapi tidak semua anak ayam hidup bahkan mati semuanya akibat penyakit kutu ayam ini. Kadang dari 12 ekor anak ayam yang menetas hanya 2 sampai 4 ekor saja yang hidup bahkan hanya 1 ekor. Saya juga kebingungan bagaimana caranya menghindari ancaman kutu ayam ini.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah membersihkan tempat di mana ayam bertelur. Kemudian membakar bekas tempat ayam mengeram jika telur sudah menetas. Cara ini juga dapat membantu tetapi tidak dapat menghindarkan ayam dari serangan hama kutu ayam sebab hama ini selalu ada.

Karena cara di atas tidak cukup ampuh, akhirnya saya mencari insektisida yang dapat membasmi kutu ayam ini. Saya membeli insektisida serbuk dengan harga Rp 9.000 dengan berat 100 gram. Pada saat penggunaan insektisida ini dilarutkan dalam air dan disimpan ke dalam alat penyemprot. Ada pun cara yang saya lakukan dengan menggunakan insektisida dalam membasmi penyakit kutu ayam adalah sebagai berikut:
  1. Tempat bertelurnya ayam dilakukan penyemprotan 2 bulan sekali
  2. Saat ayam mengerami telurnya, telur ayam ini disemprot dengan insektisida bersamaan tempat telur tersebut.
  3. Anak ayam yang telah menetas disemprot lagi dengan insektisida
  4. Tempat di mana anak ayam dan induknya hinggap (tidur) pada malam hari disemprot lagi dengan insektisida.
Cara di atas sangat membantu penulis sebab dengan perlakuan ini tingkat anak ayam yang hidup antara 90 – 100%. Percobaan yang saya lakukan, dari 11 ekor anak ayam, yang hidup adalah 9 ekor. Matinya anak ayam yang lainnya tidak disebabkan oleh kutu ataupun efek dari insektisida ini melainkan disebabkan oleh binatang buas lainnya seperti biawak, anjing, musang dan burung elang. Selain menggunakan insektisida untuk membasmi hama ayam, penulis juga menggunakannya untuk memberantas kutu busuk, kecoa dan serangga lainnya.

Apabila Anda menggunakan cara seperti yang dilakukan penulis, hendaknya Anda melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Jauhkan pestisida dari jangkauan anak-anak, makanan dan minuman.
  2. Jangan menggunakan insektisida sebagai tuba untuk menangkap ikan
  3. Jangan merendam anak ayam di dalam larutan insektisida sebab dapat menyebabkan anak ayam keracunan
  4. Cucilah tangan dan wadah setelah menggunakan insektisida
  5. Hal-hal lain yang dapat anda lakukan adalah memperhatikan dan membaca baik-baik panduan dan larangan yang tertera pada insektisida, dan lain-lain.
    (sumber: naskah.net)

Senin, 28 Januari 2013

Bakteri mikroflora usus pada pencernaan ayam

Bakteri mikroflora usus pada pencernaan ayam


Pada umumnya ketika peternak mendengar kata “bakteri” yang muncul dalam benak mereka adalah sesuatu yang menakutkan, berbahaya, dan bisa menimbulkan penyakit. Dewasa ini juga diketahui begitu banyak jenis bakteri yang menyerang sistem pencernaan, tetapi tahukah kita bahwa ternyata sebagian bakteri tersebut ternyata secara alami sudah ada di saluran pencernaan, yang disebut dengan mikroflora usus. Dan pada dasarnya mikroflora usus tersebut bersifat menguntungkan bagi hospes (ayam, red).


Mikroflora Usus dan Fungsinya

Berdasarkan anatominya, saluran pencernaan ayam dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian terdiri dari tembolok (crop), lambung (proventriculus), ventriculus, usus halus, usus buntu (caecum), usus besar (colon), dan cloaca. Masing-masing bagian tubuh ini dihuni secara alami oleh mikroflora yang terdiri bakteri, protozoa maupun jamur. Namun bagian yang paling banyak dihuni oleh jenis bakteri adalah saluran usus.



Pada awalnya mikroflora usus pertama kali berkembang sesaat setelah ayam ditetaskan. Mikroflora usus ini dapat masuk ke dalam tubuh yaitu ketika proses penetasan, melalui makanan, atau kontak dengan lingkungan (misal kontaminasi feses). Mikroflora usus sendiri memiliki beberapa sifat spesifik, diantaranya (1) dapat tumbuh dan berkembang biak dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob), (2) dapat berkolonisasi pada bagian spesifik dari saluran pencernaan, serta (3) dapat melekatkan diri dengan permukaan epitel usus (Nakazawa, 1992).

Keberadaan mikroflora usus sangat berperan penting terhadap status kesehatan ayam, terutama jika peternak mengharapkan performa produksi terbaik dari ayamnya. Fungsi dari mikroflora usus diantaranya membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi, menetralisir racun atau zat kimia, menghambat atau melawan langsung mikroorganisme merugikan (patogen), dan secara tidak langsung berperan dalam mengoptimalkan kerja sistem kekebalan usus.


Berbagai Macam Mikroflora Usus

Pada saluran pencernaan ayam terdapat sekitar 100-400 mikroflora, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Beberapa mikroflora menguntungkan diantaranya Escherichia coli, Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Bacteroides sp. Sedangkan yang termasuk mikroflora merugikan ialah Salmonella sp.

Pada saluran pencernaan ayam, seperti tampak pada gambar 1, Lactobacillus sp. hampir ditemui di seluruh bagian saluran pencernaan dengan populasi 109 CFU (Colony Forming Unit). Sedangkan E. coli, selain di usus juga banyak ditemui di proventriculus dan feses dengan populasi 106 CFU.

Mengenai fakta di lapangan, kita tahu bahwa kasus colibacillosis akibat serangan E. coli sangat sering terjadi. Kasus tersebut pun sangat berdampak besar terhadap produktivitas ayam. Jika bakteri E. coli tergolong ke dalam mikroflora alami usus yang “notabene” menguntungan. Lalu mengapa bisa menimbulkan penyakit pada ayam?

Hal ini bisa dijelaskan dari studi literatur yang menyebutkan bahwa bakteri E. coli terdiri dari banyak serotipe, dan digolongkan menjadi 2 jenis yaitu yang bersifat menguntungkan dan bersifat patogen. E. coli dari serotipe menguntungkan lah yang sejak awal ada dalam saluran pencernaan dan tergolong mikroflora menguntungkan. Sedangkan untuk E. coli dari jenis patogen, dikenal dengan Avian Pathogenic Escherichia coli (APEC) serotipe O78. Menurut Janben et al. (2001) E. coli jenis patogen bisa ditemukan pula dalam saluran pencernaan dengan populasi berkisar antara 10-15% dari total populasi mikroflora normal. Dan E. coli inilah yang seringkali menimbulkan penyakit pada ayam karena menyebabkan diare, serta perubahan patologi anatomi tubuh ayam lainnya.

Mikroflora merugikan, seperti E. coli jenis patogen, Salmonella sp., dan bakteri patogen lainnya, pada dasarnya masuk ke dalam usus ayam melalui kontaminasi. Contohnya bersumber dari permukaan telur yang tidak steril, ransum serta air minum yang tercemar feses/kotoran, dll. Jika usus lebih banyak dihuni oleh mikroflora yang merugikan, tentu saja hal itu akan berdampak buruk bagi tubuh ayam.


Faktor Penyebab Keseimbangan Mikroflora Usus Terganggu

Komposisi mikroflora usus pada dasarnya bersifat dinamis, tergantung dari kondisi usus tersebut. Dalam kondisi seimbang, mikroflora akan memberi keuntungan bagi hospes. Namun jika keseimbangannya terganggu, maka hal tersebut akan berdampak buruk pada hospes. Keseimbangan serta kestabilan mikroflora usus dapat terganggu oleh antibiotik, pakan, stres, iklim, maupun infeksi bakteri dan virus.

1.  Antibiotika

Dalam dunia peternakan unggas, berdasarkan fungsinya antibiotik digolongkan menjadi dua macam yaitu antibiotik untuk pemacu pertumbuhan (growth factor) dan antibiotik untuk pengobatan.

Antibiotik untuk pemacu pertumbuhan dapat menekan keseimbangan pertumbuhan populasi bakteri merugikan. Namun pemberian antibiotik yang berkepanjangan, tidak tepat dosis maupun aturan pakainya dapat menurunkan populasi mikroflora usus, termasuk mikroflora yang menguntungkan.

2.  Stres

Stres merupakan reaksi fisiologis normal pada ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik itu yang terkait dengan lingkungan maupun perlakuan-perlakuan yang diterima ayam. Pada kondisi stres, dalam tubuh ayam akan terjadi peningkatan produksi hormon kortikosteroid yang dapat menghambat organ kekebalan dalam menghasilkan antibodi.

Adanya stres juga menyebabkan panjang vili usus berkurang, sehingga mengakibatkan peningkatan frekuensi pergerakan usus dan pH intestinal dari usus tersebut. Kondisi inilah yang kemudian berdampak pada mikroflora usus, dimana koloni mikroflora menguntungkan menjadi berkurang, dan koloni mikroflora merugikan justru meningkat. Efek lain yang dapat terjadi adalah diare dan munculnya infeksi sekunder bakterial.

3.  Ransum dan air minum

Pergantian ransum secara tiba-tiba, kualitas ransum yang rendah dan berjamur, pemberian ransum yang tidak higienis serta mengandung cemaran feses, kerap kali menimbulkan masalah pada ayam. Selain itu air minum juga dapat menjadi media tumbuh yang ideal bagi bakteri E. coli patogen sehingga dapat menyebabkan keseimbangan mikroflora usus terganggu.


Menjaga Keseimbangan Mikroflora Usus

Dalam menjaga keseimbangan serta komposisi mikroflora usus, maka hal-hal yang perlu kita perhatikan antara lain:

  • Meminimalkan faktor stres

Pada kondisi tertentu pemeliharaan ternak seringkali memunculkan efek stres seperti transportasi tingkat kepadatan, pengaruh cuaca, perlakuan vaksinasi, maupun saat pergantian ransum. Sehingga untuk meminimalkannya, perlu dicari akar permasalahan penyebab ayam tidak nyaman untuk selanjutnya diantisipasi.

  • Penanganan litter dan feses dengan baik

Litter dan feses merupakan media yang ideal bagi mikroorganisme patogen berkembang biak. Pembersihan feses secara rutin serta penanganan litter yang basah sesegera mungkin dapat menjadi upaya efektif untuk mengendalikan dan meminimalkan mikroorganisme patogen.

  • Perbaikan tata laksana ransum

Berikanlah ransum sesuai kebutuhan dan pastikan kualitasnya memenuhi standar, serta jangan memberikan ransum yang sudah menggumpal atau mengandung jamur pada ayam. Perhatikan pula kondisi tempat penyimpanan ransum baik dari suhu dan kelembabannya, serta pastikan aman dari tikus atau serangga lainnya. Lakukan pergantian ransum secara bertahap untuk meminimalkan stres.

  • Menjaga kualitas air minum

Tolak ukur kualitas air minum meliputi fisik (jernih, tidak berwarna dan berbau), kimia (pH netral dan tidak bersifat sadah) dan biologi (bebas dari cemaran E. coli, Salmonella sp. atau mikroorganisme patogen lainnya). Lakukan sanitasi air minum jika sumber air positif tercemar E. coli serta bakteri patogen lain. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga kebersihan tempat minum dari kontaminasi seperti feses dan litter.
  • Teknik pengobatan yang tepat

Tindakan pengobatan dilakukan jika ayam sudah terlanjur terserang penyakit. Pastikan obat yang diberikan “tepat” yaitu tepat diagnosa, tepat pemilihan obat, tepat rute pemberian, tepat dosis, serta tepat lama pemberian.

(sumber: info.medion.co.id)

Minggu, 27 Januari 2013

Mengapa ayam bisa sakit ?

Mengapa ayam bisa sakit ?
Ngorok, tortikolis, penurunan kualitas maupun kuantitas produksi telur, kematian mendadak, dll sering kita jumpai di peternakan ayam pedaging maupun petelur, tak terlewatkan juga pada ayam jantan, ayam kampung maupun breeding. Kondisi yang demikian menunjukkan adanya ketidakseimbangan interaksi yang terjadi baik kondisi hospes (ayam,red), bibit penyakit maupun kondisi lingkungan yang kurang bersahabat sehingga organ tubuh ayam tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

a) Hospes
Tak dipungkiri, adanya rekayasa genetik baik pada ayam pedaging maupun petelur, selain berdampak positif karena produksi yang lebih cepat dan tinggi ternyata memiliki dampak negatif. Pertumbuhan berat badan yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan organ dalam seperti jantung sehingga organ tersebut harus bekerja ekstra keras. Selain itu, pertumbuhan bulu pun semakin diperlambat demi efisiensi alokasi pakan guna mendapatkan karkas yang jauh lebih besar. Tak heran, sedikit gangguan/kondisi yang tidak nyaman mampu “mengobrak-abrik” sistem pertahanan tubuh ayam. Alhasil ayam pun mudah terinfeksi oleh bibit penyakit yang ada di lingkungan. Disadari atau tidak, hampir setiap saat ayam selalu kontak dengan bibit penyakit yang ada di lingkungan.

Fakta yang ada, bibit penyakit akan selalu berusaha menginfeksi ayam, namun ayam akan selalu berusaha mengeliminasi bibit penyakit. Layaknya pertahanan negara, di dalam tubuh ayam pun juga dilengkapi tentara-tentara penghalau musuh/bibit penyakit yang menginfeksi. Dengan demikian, untuk mampu menimbulkan sakit, agen bibit penyakit harus mampu melewati sederetan sistem pertahanan tersebut. Pertahanan tubuh ayam terdiri beberapa “barier” diantaranya :
  • Pertahanan fisik-mekanik
Kulit, merupakan benteng pertahanan fisik dan mekanik pertama. Kulit merupakan struktur paling luar dari tubuh yang mencegah masuknya benda asing. Kebanyakan bakteri tidak dapat bertahan hidup dalam waktu lama di kulit akibat rendahnya pH serta adanya hambatan langsung dari asam laktat dan asam lemak. Selain kulit, silia hidung dan selaput lendir juga sebagai pertahanan fisik-mekanik pada tubuh ayam yang pertama.

Setiap partikel udara yang masuk melalui rongga hidung akan mengalami proses penyaringan sehingga agen cemaran akan tertahan. Tidak semua partikel bisa tersaring, hanya partikel yang berukuran 3,7-7,0 mikron saja. Bibit penyakit yang terperangkap dalam silia hidung akan dikeluarkan oleh ayam melalui proses bersin atau batuk. Sedangkan partikel yang berukuran kecil akan lolos dari proses penyaringan silia hidung, namun akan berhadapan dengan lendir yang dihasilkan oleh selaput hidung. Lendir berperan dalam mencegah perlekatan bibit penyakit ke lapisan epitel tubuh.

Lendir mengandung enzim dan surfaktan (penurun tegangan permukaan) yang mampu membunuh agen penyakit. Lendir juga berfungsi mengencerkan/membasuh agen penyakit maupun partikel cemaran, sehingga akan mempermudah kerja silia dalam mengeliminasi. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jadinya apabila kulit, silia dan lendir mengalami gangguan dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pastilah, agen penyakit akan lebih mudah mencapai organ target.

Chronic respiratory diseases (CRD) merupakan salah satu contoh penyakit yang mampu merusak silia hidung serta sel epitel penghasil lendir. Bisa dikatakan, CRD merupakan salah satu penyakit immunosupressant yang berperan sebagai pembuka pintu gerbang penyakit lain seperti Newcastle diseases (ND), infectious bronchitis (IB), avian influenza (AI), infectious coryza, dll.
  • Pertahanan kimiawi
Pertahanan kimiawi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang ada di permukaan. Pengaturan derajat keasaman (pH) serta adanya enzim-enzim dalam tubuh merupakan contoh dari pertahanan kimiawi.
  • Pertahanan Biologi
Pertahanan biologi terdiri dari kekebalan seluler dan humoral. Kekebalan seluler dimainkan oleh sel darah putih. Salah satunya makrofag yang berperan dalam proses membunuh, menghancurkan dan mengeliminasi benda asing termasuk bibit penyakit. Apabila ada benda asing yang beredar dalam tubuh maka dengan gesitnya, sel-sel makrofag akan segera berkumpul dan menghancurkannya. Selain makrofag, sel darah putih yang ikut berperan dalam sistem kekebalan seluler yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil.

Kekebalan humoral diperankan oleh antibodi. Antibodi dapat berasal dari induk (maternal antibodi), vaksinasi maupun infeksi dari lapangan. Antibodi berfungsi untuk menetralisir antigen/bibit penyakit yang berhasil masuk ke dalam tubuh ayam. Antibodi dihasilkan oleh organ limfoid. Bursa Fabricius dan thymus merupakan sistem kekebalan primer yang paling utama. Bursa Fabricius akan tumbuh optimal pada umur muda dan akan menghilang ketika dewasa kelamin. Organ kekebalan sekunder yang berperan adalah kelenjar herderian yang terdapat pada mata, limfa, caeca tonsil, lempeng peyer di sepanjang usus maupun sumsum tulang terutama pada tulang panjang.

Banyak faktor yang menyebabkan organ pertahanan tubuh tersebut tidak berfungsi optimal dan memudahkan bibit penyakit menginfeksi. Penurunan kondisi tubuh biasanya berhubungan dengan faktor kualitas maupun kuantitas pakan, kondisi stres maupun penyakit yang bersifat immunosuppressive (menekan sistem kekebalan). Stres akan memicu kelenjar adrenal memproduksi hormon corticosteroid (ACTH) dimana hormon ini akan menghambat kerja dari organ limfoid (kekebalan,red) sehingga titer antibodi yang dihasilkan menjadi tidak optimal. Contoh penyakit immunosupresant antara lain Gumboro, Mareks, mikotoksin, infeksi Reo    virus yang mampu merusak kekebalan primer. Sedangkan penyakit yang mampu merusak kekebalan sekunder diantaranya Newcastle diseases, avian influenza, koksidiosis, dll.

b) Bibit Penyakit

Berdasar teori evolusi, makhluk hidup akan selalu berusaha dengan berbagai cara agar tetap bertahan. Begitu pula dengan bibit penyakit, yang selalu berusaha menginfeksi hospes agar mampu bertahan. Temperatur yang terlalu rendah, kelembaban tinggi, litter basah, kadar amonia tinggi dan tumpukan feses merupakan media empuk bagi pertumbuhan bibit penyakit. Banyaknya semak-semak atau genangan air memicu tumbuhnya jentik-jentik nyamuk yang menjadi vektor penularan penyakit leucocytozoonosis. Kemampuannya dalam menginfeksi akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah agen penyakit, tingkat keganasan serta kondisi ayam itu sendiri. Proses desinfeksi yang “asal-asalan” saja tidak akan mampu membasmi bibit penyakit secara tuntas.

Setelah bibit penyakit mampu melewati pertahanan fisik dan mekanik, dalam menjalankan aksinya, bakteri dan virus memiliki metode yang berbeda. Setelah melewati barier tersebut, bakteri akan membentuk kolonisasi yang kemudian akan menembus organ target (sel,red). Berbeda halnya dengan virus. Virus akan menembus organ target terlebih dahulu, baru kemudian mengalami replikasi (perbanyakan diri,red).

c) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang terkadang tidak dapat kita kendalikan. Kondisi cuaca yang ekstrim akibat efek “global warming”, curah hujan yang terlalu tinggi adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan namun dapat diantisipasi agar ayam di dalam kandang tetap merasa nyaman.

Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan berdampak pada gangguan pernapasan. Suhu yang nyaman bagi ayam adalah 25-28OC dengan kelembaban berkisar 60-70%. Apabila kelembaban terlalu rendah (<50%) maka akan menyebabkan mukosa hidung menjadi kering sehingga aktivitas silia serta produksi lendir menjadi terhambat. Alhasil, bibit penyakit akan dengan mudah melewati pertahanan yang pertama.

Adanya gas berbahaya seperti amonia berpengaruh langsung terhadap kesehatan unggas. Amonia merupakan gas alkali yang dihasilkan dari pengomposan (decomposition) bahan organik atau subtansi nitrogen oleh bakteri dan bersifat iritasi. Semakin tinggi kadar amonia, maka iritasi yang ditimbulkan pun semakin tinggi bahkan dapat mempengaruhi produksi telur. Tingginya kadar amonia dapat disebabkan oleh kadar protein yang terlalu tinggi sehingga akan dibuang melalui feses. Tingginya kadar amonia menyebabkan produksi lendir yang berlebih sehingga akan mengganggu kerja silia. Selain itu juga menyebabkan iritasi pada konjungtiva mata.

Kondisi suhu, kelembaban dan kadar amonia yang tidak sesuai dapat diakibatkan oleh manajemen yang kurang bagus. Jarak kandang terlalu dekat, infrastruktur kandang kurang baik, buka tutup tirai yang tidak sesuai ditambah tidak adanya aliran angin mengakibatkan terganggunya sirkulasi udara. Kondisi litter lembab, tumpahan air pada litter, feses yang menumpuk berdampak pula pada tingginya amonia dalam kandang.

Bagaimana Penyakit Bisa Menular?

Penularan penyakit dapat terjadi secara vertikal yaitu ditularkan dari induk ke anak maupun secara horizontal yaitu dari ayam sehat kontak langsung dengan ayam sakit atau melalui perantara seperti peralatan peternakan, alas kaki, dll yang tercemar atau via hewan perantara seperti tikus dan serangga. CRD, colibacilosis, EDS merupakan contoh penyakit yang dapat ditularkan secara vertikal maupun horizontal. Sedangkan AI, ND, korisa, Gumboro merupakan contoh penyakit yang hanya dapat ditularkan secara horizontal.

Bagaimana Agar Ayam Tidak Sakit?

Dalam pengendaliannya pun, maka yang perlu kita perhatikan antara lain:

a)   Mempertahankan kondisi ayam tetap prima
Dalam rangka mempertahankan kondisi ayam agar tetap prima dapat dilakukan dintaranya:
  • Manajemen brooding yang optimal
Pada 2 minggu pertama, pertumbuhan ayam pedaging sangat menentukan keberhasilan pada fase berikutnya. Pada masa ini terjadi pertumbuhan organ-organ vital ayam seperti saluran pencernaan, organ limfoid (pembentuk kekebalan tubuh,red), dll. Sebagai contoh apabila pada pemeliharaan ini terjadi gangguan pada pertumbuhan organ limfoid, maka respon terhadap vaksin menjadi kurang optimal. Sedangkan pada ayam petelur, manajemen pada fase starter dan grower akan sangat mempengaruhi pada fase produksi.
  • Pemenuhan kebutuhan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas
Pakan memegang peranan besar dalam memacu pertumbuhan. Berikanlah pakan sesuai kebutuhan dan pastikan kualitasnya memenuhi standar. Jangan sekali-sekali memberikan pakan yang sudah menggumpal atau mengandung jamur. Gunakan metode sistem FIFO “First In First Out” (pakan yang datang awal di gunakan terlebih dahulu) untuk menghindari kesempatan jamur tumbuh. Perhatikan pula tempat penyimpanan baik suhu, kelembaban serta pastikan aman dari tikus/serangga lainnya.
  • Pemberian air minum sesuai standar
Secara fisiologis air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimiawi di dalam tubuh. Air juga berperan dalam pengangkut zat nutrisi, sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan ransum, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem saraf maupun melumasi persendian. Besarnya peranan air dalam tubuh, maka kuantitas dan kualitas air harus terpenuhi. Air minum yang berkualitas adalah yang memenuhi standar secara fisik, kimia maupun biologi. Tolak ukur fisik dari air berkualitas meliputi air tidak berwarna (jernih), tidak berbau dan berasa, dan tidak ada partikel lumpur serta suhu berkisar 20-24OC. Secara kimiawi, air harus memiliki pH netral, tidak sadah. Sedangkan secara biologi, air harus bebas dari cemaran bakteri Escherichia coli, salmonella sp. ataupun coliform lainnya.
  • Vaksinasi
Vaksinasi bertujuan menggertak sistem kekebalan tubuh guna menghasilkan antibodi. Program vaksinasi perlu disesuaikan dengan kondisi setempat. Keseragaman dosis vaksin yang diterima oleh ayam perlu diperhatikan serta pada saat vaksinasi, pastikan ayam dalam kondisi sehat. Jika aplikasi via air minum, gunakan air yang berkualitas. Jika aplikasi melalui injeksi, pastikan alat suntik dalam kondisi steril dan jarum masih tajam untuk menghindari terjadinya peradangan pada area bekas injeksi.
  • Pemberian multivitamin
Vitamin merupakan sediaan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh namun tidak dihasilkan oleh tubuh itu sendiri kecuali vitamin C. Pemberian multivitamin seperti Vita Stress, Strong n Fit, Aminovit, Fortevit berperan untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh ayam. Defisiensi vitamin A dan C akan menyebabkan ketidakmulusan selaput lendir. Selain vitamin, dalam pakan dapat ditambahkan imbuhan pakan seperti Top Mix, Mineral Feed Supplement A guna memacu pertumbuhannya serta meningkatkan efisiensi pakan.
  • Meminimalkan faktor stres
Stres pada ayam dapat diakibatkan karena heat stress (stres panas), cold shock, kegaduhan, dll. Sehingga untuk meminimalkannya, perlu dicari akar permasalahan penyebab ayam tidak nyaman untuk selanjutnya diantisipasi.
  • Cleaning program
Cleaning program merupakan suatu kegiatan pemberian antibiotik namun ayam belum menunjukkan gejala klinis yang nyata. Hal ini di lakukan guna membunuh bibit penyakit yang sedang dalam masa inkubasi (masa dimana bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis). Penentuan cleaning program berdasarkan sejarah pemeliharaan sebelumnya. Sebagai contoh, pada ayam pedaging sering terserang CRD pada umur 24 hari. Maka pada pemeliharaan berikutnya, dapat dilakukan pemberian antibiotik seperti Proxan-S, Neo Meditril atau Doctril pada umur 19 hari selama 5 hari berturut-turut. Dengan demikian, kerugian pun dapat diminalisir.

b)   Meminimalkan bibit penyakit

Biosecurity merupakan kata kunci dari proses pengendalian bibit penyakit. Tanpa penerapan biosecurity, maka dapat dipastikan bibit penyakit akan tetap bercokol di dalam kandang.
  • Kosong kandang optimal dan sistem “all in all out”
Kedua hal tersebut merupakan suatu usaha untuk memutus rantai siklus hidup penyakit. Pada prinsipnya, agen bibit penyakit memerlukan hospes untuk mampu mempertahankan hidup. Dengan demikian, semakin lama kosong kandang maka bibit penyakit akan semakin lama pula menemukan hospes barunya sehingga akan mengalami penurunan tingkat keganasannya dan akhirnya mati.

Istirahat kandang direkomendasikan minimal 2 minggu terhitung sejak kandang bersih. 2-3 hari sebelum chick in, lakukan penyemprotan kandang kembali dengan desinfektan. Jika sistem pemeliharaan tidak memungkinkan dengan sistem all in all out (terutama di ayam petelur) maka untuk meminimalisir kejadian outbreak penyakit, dalam operasional kesehariannya pemeliharaan dilakukan dari ayam kecil terlebih dahulu kemudian baru ke kandang ayam dewasa.
  • Desinfeksi dan sanitasi
Lakukan kegiatan desinfeksi dan sanitasi. Kegiatan tersebut meliputi desinfeksi tempat ransum dan minum maksimal 3-4 hari sekali, egg tray, lalu lintas/kendaraan yang keluar masuk kandang, penyemprotan kandang serta sanitasi air minum dengan Desinsep, Medisep, Antisep, Neo Antisep (pilih salah satu). Tidak ada salahnya, jika kita membatasi lalu lintas/orang yang keluar masuk kandang terutama yang tidak memiliki kepentingan. Sebelum masuk kandang, alas kaki sebaiknya disikat karena tidak menutup kemungkinan bibit penyakit bersembunyi di sela-sela alas kaki sehingga dengan penyelupan saja tidak efektif karena terhalang oleh material seperti lumpur atau tanah.
  • Pembersihan kotoran secara rutin
Terutama pada ayam petelur, feses harus dibersihkan secara periodik setiap bulan. Tumpukan feses yang basah menjadi tempat tumbuhnya larva lalat, sedangkan lalat berperan sebagi salah satu vektor pembawa penyakit.
  • Pengendalian hewan liar dan vektor penyakit
Kumbang, nyamuk, semut, lalat, siput, burung, dll berperan sebagai vektor (pembawa) bibit penyakit. Berikut contoh jenis vektor yang dapat menularkan penyakit:

Jadi dalam konsep biosecurity, keberadaan vektor tersebut tidak boleh diabaikan. Jika memang diperlukan pestisida, maka pergunakan sebijaksana mungkin karena penggunaan yang tidak sesuai justru menjadi malapetaka (toksik,red) bagi ayam.
  • Isolasi ayam sakit
Ayam sakit merupakan sumber penularan bibit penyakit yang utama. Pada kasus korisa, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat pada lendir. Sedangkan pada kasus colibacilosis, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat pada kotoran. Dengan demikian, ayam yang sakit sebaiknya segera dipisahkan sehingga penularan dapat diminimalkan. Pada saat melakukan pemeriksaan patologi anatomi (bedah bangkai, red), hindari lokasi yang terlalu dekat dengan kandang.

c)  Memberikan kondisi lingkungan kandang yang nyaman untuk ayam

Kondisi lingkungan yang nyaman meliputi ketercukupannya udara, air dan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk mendapatkan kondisi yang demikian dapat dilakukan diantaranya :
  • Ketebalan litter minimal 8-12 cm
Selain berfungsi untuk menahan panas sehingga mampu memberikan rasa hangat tubuh ayam, litter berfungsi menyerap feses sehingga meminimalkan kadar amonia. Jika terdapat litter yang basah, terutama di area sekitar tempat minum, segera diambil dan taburi dengan sekam yang baru guna menghindari berkembangnya bibit penyakit
  • Pengaturan ventilasi udara
Pengaturan ventilasi udara seperti buka tutup tirai sangat diperlukan terutama pada kondisi fluktuatif seperti saat ini. Selain itu, pengaturan ventilasi udara akan membantu kelancaran sirkulasi udara dari luar ke dalam kandang sehingga kadar amonia terkendali
  • Pengaturan kelembaban dan suhu
Kelembaban dan suhu harus selalu dijaga agar tetap stabil sehingga tidak mempengaruhi produktivitas ayam. Apabila cuaca terlalu panas, antisipasi dengan atap monitor atau penggunaan sistem hujan buatan sehingga kondisi di kandang tidak terlalu panas. Untuk pengaturan kelembaban, jangan sepelekan tampias hujan karena tampias hujan yang masuk ke kandang akan menyebabkan litter lembab sehingga bisa menjadi sarang bibit penyakit. Penanaman pohon besar di sekitar kandang juga harus dihindari karena akan mempengaruhi suhu dan kelembaban kandang.

Tiga kalimat kunci agar ayam tidak sakit yaitu dengan mempertahankan ayam tetap dalam kondisi prima, meminimalkan tantangan bibit penyakit di lapangan serta memberikan lingkungan yang nyaman untuk ayam. Ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut akan berdampak negatif pada produktivitasi ayam. Salam
(sumber: info.medion.co.id)

Jumat, 25 Januari 2013

Penyakit Gangguan Pencernaan Karena Infeksi Bakteri

Kecukupan nutrisi tubuh ayam berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Namun bagaimana jika organ dan saluran pencernaan mengalami gangguan baik karena faktor infeksius maupun non infeksius? Dalam kesempatan ini akan kami jabarkan bahasan tentang gangguan pencernaan ayam, terutama akibat infeksi bakterial (oleh bakteri,red).

Dampak akibat Gangguan Pencernaan

Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan ayam tentunya berupa terganggunya penyerapan nutrisi yang berdampak pada hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur. Mortalitas dan morbiditas ayam juga akan meningkat. Gangguan pencernaan akibat infeksi bakterial misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja dengan baik. Hal lain berakibat pada terjadinya immunosuppresif. Beberapa mekanisme terjadinya immunosuppresif ini ialah :
  • Kerusakan jaringan mukosa usus menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi tidak optimal. Akibatnya terjadi defisiensi nutrisi sehingga pembentukan antibodi terganggu
  • Mukosa usus dan seka tonsil merupakan bagian dari sistem kekebalan lokal di saluran pencernaan. Kerusakan kedua organ ini mengakibatkan ayam lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya
  • Di sepanjang jaringan mukosa usus terdapat jaringan limfoid penghasil antibodi (IgA), dimana IgA tersebut akan terakumulasi di dalam darah. Kerusakan mukosa usus akan mengakibatkan keluarnya plasma dan sel darah merah sehingga kadar IgA, sebagai benteng pertahananan di lapisan permukaan usus pun menurun
Gangguan Pencernaan Akibat Infeksi Bakteri

Sepanjang tahun 2010, kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan saluran pencernaan ayam cukup tinggi bermunculan di lapangan, baik pada ayam pedaging maupun ayam petelur. Penyakit seperti necrotic enteritis terutama menyerang usus ayam, sedangkan penyakit bakterial lain seperti colibacillosis, kolera dan pullorum merusak hampir semua sistem organ dari tubuh ayam, tidak terkecuali organ pencernaan. Dari data yang dihimpun oleh tim Technical Service Medion (2010), diketahui bahwa penyakit colibacillosis, kolera dan pullorum masih sering menyerang di peternakan. Sebagian kasus penyakit pencernaan tersebut bersifat oportunis. Artinya bahwa secara normal mikroorganisme penyebab penyakit ada di dalam usus dalam jumlah yang terkendali, akan tetapi saat kondisi ayam menurun akibat stres dll, mikroorganisme tadi bisa berkembang menjadi patogen.

Melihat kondisi cuaca yang seringkali berubah secara drastis saat ini, kondisi tubuh ayam cenderung menurun akibat stres dan pertahanan tubuhnya menjadi tidak optimal sehingga semakin memperbesar peluang munculnya penyakit. Hal itu terutama sangat sensitif terjadi di masa brooding, dimana peternak kurang memperhatikan dinamika suhu. Tidak optimumnya kondisi di masa brooding akan berakibat tidak optimalnya pertumbuhan periode selanjutnya dan ayam rentan terhadap penyakit.

Musim hujan yang masih terjadi disebagian besar wilayah Indonesia pun secara tidak langsung berperan dalam menyebarkan bibit penyakit ke peternakan. Penyebaran bibit penyakit bisa melalui litter, feses dan air minum ayam yang terkontaminasi bibit penyakit.

Berikut penjelasan beberapa penyakit bakterial yang berdampak pada gangguan pencernaan :
  • Infeksi Bakteri Clostridium sp.

Berbagai bakteri Clostridium sp. secara luas banyak terdapat di tanah dan air. Banyak pula spesies Clostridium yang hidup normal dalam saluran pencernaan ayam. Necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens tipe A atau C dan menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus.


Usus halus yang terinfeksi NE
Sumber : www.csiro.au

Semua jenis ayam pada semua umur dapat terinfeksi NE namun paling sering menyerang umur 2-6 minggu pada ayam petelur dan umur 2-5 minggu pada ayam pedaging (Technical Service, 2010). Secara normal, di dalam usus ayam sehat terdapat bakteri C. perfringens dalam jumlah yang aman (tidak menyebabkan terjadinya outbreak penyakit, red). Saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak,red) maka outbreak NE dapat terjadi.

Munculnya kasus NE biasanya dipicu oleh serangan koksidosis. Koksidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Saat koksidiosis menyerang, akan terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan ileum (usus halus) serta peningkatan penguraian air tubuh sehingga dihasilkan banyak oksigen. Meningkatnya oksigen akan memicu bakteri aerob, seperti C. perfringens meningkat populasinya dan berlanjut dengan serangan necrotic enteritis. Penggantian ransum secara mendadak dan penggunaan beberapa jenis bahan baku ransum, seperti tepung ikan, gandum dan barley yang melebihi batas juga dapat mempercepat peningkatan populasi C. perfringens di dalam usus. Kerusakan usus oleh koksidiosis, menyebabkan usus tidak dapat bekerja menyerap nutrisi sehingga terjadi akumulasi nutrisi di dalam usus. Nutrisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh bakteri C. perfringens untuk berkembangbiak meningkatkan populasinya.

Infeksi NE diawali dengan gejala klinis penurunan nafsu makan, depresi, bulu berdiri, ayam terlihat bergerombol dan diare. Infeksi NE juga ditandai oleh feses agak encer berwarna merah kecoklatan (seperti warna buah pepaya) disertai dengan cairan asam urat yang keluar bersama feses. Kadang feses juga bercampur dengan sejumlah material ransum yang tidak tercerna secara sempurna.

Dari hasil bedah bangkai akan ditemukan adanya nekrosa pada mukosa usus halus dan terjadi perubahan dimana usus menjadi rapuh dan mengalami distensi (penggelembungan) akibat pembentukan gas dan kadang dijumpai perdarahan. Selain kerusakan pada usus, NE juga dapat mengakibatkan hati mengalami pembengkakan, keras, pucat dan terdapat bintik-bintik. Kantung empedu juga membesar dan rapuh.
  • Infeksi Escherichia coli
Infeksi Escherichia coli (E. coli) pada ayam dikenal dengan istilah colibacillosis. Bakteri E.coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam dan dari jumlah tersebut 10-15% merupakan E. coli yang berpotensi menjadi patogen. Colibacillosis dapat berperan sebagai infeksi primer maupun sekunder mengikuti serangan penyakit yang lain, seperti CRD dan korisa. Jika dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging, colibacillosis lebih sering menyerang di umur 22-28 hari, sedangkan pada ayam petelur di umur > 3 minggu (Technical Service Medion, 2010).

Bakteri E. coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 106 tiap gram feses. Bakteri E. coli tersebut kemudian menyebar dan mengkontaminasi debu, litter dan air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum memang lebih dominan dan menjadi sorotan karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam.

Coligranuloma yang menyerang usus ayam

Infeksi colibacillosis bisa bersifat lokal atau sistemik dengan berbagai bentuk. Bentuk infeksi lokal colibacillosis terdiri dari omphalitis, cellulitis, diare dan salpingitis. Sedangkan bentuk infeksi sistemik colibacillosis terdiri dari colisepticemia, panopthalmitis, meningitis dan coligranuloma. Dari semua bentuk colibacillosis tersebut yang lebih spesifik menyerang saluran pencernaan ialah bentuk diare dan coligranuloma.

Salah satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi, dimana pada colibacillosis bentuk diare ditemukan usus yang mengalami peradangan (enteritis), sedangkan pada coligranuloma ditemukan adanya granuloma (bungkul-bungkul) pada hati, sekum, duodenum dan penggantung usus.
  • Infeksi Pasteurella multocida
Infeksi Pasteurella multocida pada ayam sering dikenal dengan penyakit kolera (fowl cholera). Dari penanganan kasus di lapangan oleh Technical Service Medion (tahun 2010) dilaporkan bahwa kolera menempati peringkat 1 pada ranking penyakit ayam petelur dan sering menyerang diumur > 35 minggu. Mortalitas dan morbiditas kolera berkisar antara 0- 20%. Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih bersifat sporadik. Ledakan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan berbagai faktor pemicu stres seperti fluktuasi suhu, kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang tidak benar, transportasi, pergantian ransum yang mendadak serta penyakit immunosuppressive.

Gejala klinis kolera terlihat dari penurunan nafsu makan, lesu, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.

Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi sesuai dengan derajat keparahannya. Pada kolera bentuk akut, terlihat berupa perdarahan petechial pada berbagai organ visceral terutama pada jantung, hati, paru-paru, lemak jantung maupun lemak abdominal. Selain itu juga sering ditemukan perdarahan berupa petechial dan ecchymosis pada mukosa usus. Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas endotoksin. Hati juga akan terlihat membesar dan terdapat bintik putih. Untuk kolera bentuk kronis, ditandai dengan adanya infeksi lokal yang dapat ditemukan pada persendian tarsometatarsus, bursa sternalis, telapak kaki, rongga peritonium dan oviduk.

Salah satu serangan kolera mengakibatkan hati membengkak dan terdapat bintik putih
  • Infeksi Salmonella sp.
Infeksi ayam oleh Salmonella sp. bisa mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit yaitu avian paratyphoid, fowl typhoid dan pullorum. Diantara ketiga jenis penyakit tersebut, pullorum merupakan penyakit yang lebih sering menginfeksi, terutama pada ayam pedaging. Penyakit pullorum ini identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam.

Kotoran putih pada dubur anak ayam pada kasus pullorum

Kematian bisa mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Dari gejala klinis, ayam akan terlihat ngantuk, lemah, kehilangan nafsu makan dan diikuti dengan kematian mendadak. Anak ayam kerapkali “menciap” kesakitan ketika sedang buang kotoran. Kotoran tersebut berwarna putih menyerupai kapur (pasta) dan terkadang menempel pada dubur ayam. Perubahan bedah bangkai akan terlihat adanya nekrosis (kematian jaringan) pada hati serta terkadang hati mengalami pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus. Adanya komplikasi dengan CRD atau korisa menyebabkan ayam menunjukkan gejala klinis berupa gangguan pernapasan seperti ngorok dan keluar lendir dari hidung.

Penularan Penyakit Pencernaan
Penyakit infeksi saluran pencernaan oleh bakteri dapat menular secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui kontak dengan ayam sakit, sedangkan secara tidak langsung melalui kontak dengan pekerja kandang atau peralatan (alat-alat kandang, ransum, air minum dll) yang tercemar oleh bakteri. Pada kasus pullorum, penyakit dapat ditularkan secara vertikal yaitu melalui telur kemudian menyebar dalam mesin penetasan dan meluas sesuai dengan distribusi anak ayam yang ditetaskan dari mesin penetas yang tercemar tersebut.

Pada kasus penularan secara tidak langsung, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh ayam diawali dengan tertelannya bakteri tersebut bersama ransum atau air minum yang terkontaminasi. Kemudian bakteri dalam tubuh ayam (saluran pencernaan) memperbanyak diri dalam usus, menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah. Bakteri dalam darah akan berkembang sampai menjadi septikemia (bertahannya bakteri dalam darah) yang merupakan ciri dari kejadian infeksi penyakit akut.

Bakteri yang terdapat di dalam usus dapat menyebabkan peradangan dan penghancuran lapisan usus. Selain itu, bakteri juga akan menghasilkan toksin yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi oleh usus dan mengakibatkan peningkatan peristaltik usus, yang akhirnya terjadilah gejala diare.

Bakteri yang secara normal berada di dalam saluran pencernaan ayam pun bisa ikut menginfeksi. Hal ini dipicu oleh kondisi ayam yang menurun, sedangkan bakteri terus bertambah konsentrasinya. Konsentarsi bakteri yang tinggi dalam usus bisa dikeluarkan melalui feses dan dapat menginfeksi ayam lain.

Tindakan Pengobatan dan Penanganan

Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan jika ayam sudah terlanjur terserang penyakit infeksi saluran pencernaan di atas, antara lain :
  • Segera pisahkan ayam yang positif terinfeksi NE, colibacillosis, kolera dan pullorum tersebut
  • Untuk mengatasi serangan NE, obati dengan Ampicol, Doxytin, Koleridin atau Neo Meditril. Sedangkan saat terjadi komplikasi antara NE dan koksidiosis, obat yang dapat diberikan antara lain Therapy atau Duoko
  • Untuk menangani colibacillosis, obat yang dapat digunakan diantaranya Ampicol, Amoxitin, Coliquin, Neo Meditril, Proxan-S, Tycotil, Therapy atau Trimezyn (pilih salah satu)
  • Pada kasus serangan pullorum, dapat dilakukan pengobatan dengan memberikan Proxan-S, Koleridin, Therapy, Trimezyn-S atau Vita Tetra Chlor (pilih salah satu) yang diberikan sesuai dosis dan aturan pakai
  • Untuk kasus infeksi kolera, lakukan tindakan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, jumlah populasi ayam dan umur kejadian penyakit. Untuk kasus kolera ringan, dapat diberikan antibiotik yang dapat diaplikasikan melalui air minum seperti Amoxitin, Proxan-S atau Coliquin. Sedangkan jika kejadian kolera sudah parah maka pilihlah antibiotik yang diberikan secara suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, Medoxy-L atau Vet Strep
  • Untuk semua kasus penyakit, setelah dilakukan pengobatan, berikan vitamin seperti Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong untuk membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery)
Tindakan Pencegahan dan Pengendalian

Pengobatan suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecuriti dan manajemen pemeliharaan yang bagus. Adapun prinsip untuk mencegah penyakit diantaranya : 

1. Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam
Dalam mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang dapat ditempuh antara lain :
  • Istirahat kandang minimal selama 2 minggu dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup bibit penyakit
  • Lakukan desinfeksi kandang kosong dengan Sporades atau Formades. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep
2. Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
Untuk mendukung langkah pengurangan konsentrasi bibit penyakit, maka perlu dilakukan pencegahan kontak antara bibit penyakit dengan ayam. Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
  • Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
  • Melakukan sanitasi air minum menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Medisep minimal 3x seminggu
  • Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida

3.  Meningkatkan daya tubuh ayam

Ketahanan tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung dengan kondisi lingkungannya.

Lakukan monitoring terhadap konsumsi ransum. Penggantian ransum hendaknya dilakukan secara berkala (periodik). Untuk kasus NE, batasi pemakaian tepung ikan, gandum dan barley (jangan berlebih)

Perhatikan suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan kandang serta kualitas litter atau sekam. Dalam manajemen litter, lakukan pembolak-balikan litter untuk mencegah litter basah. Pada masa brooding, pembolak-balikan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 14 hari. Segera ganti litter yang basah dan menggumpal. Jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress yang dapat diberikan melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi stres, mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu memperbaiki efisiensi ransum.

Kasus gangguan pencernaan pada ayam disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya infeksi penyakit bakterial. Oleh karena itu tindakan manajemen kesehatan dan pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk mengendalikan kasus gangguan agar tidak timbul kerugian yang lebih banyak. Salam.
(sumber: infomedion.com)

Rabu, 23 Januari 2013

Mengenal sistem reproduksi pada ayam betina

Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).

Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalisyang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).

Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.

Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati hampir 60% dari total kuning telur.

Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri darihigh density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.

Mengenal sistem reproduksi pada ayam betina

Oviduk
Oviduk adalah sebuah pipa yang panjang di mana yolk lewat dan bagian telur lainnya di sekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya relatuf kecil, tetapi menjelamg ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya bertambah besar. Bagian-bagian oviduk dan kegunaannya dirangkum sebagai berikut dan ilustrasikan.

  • Infundibulum
Panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.

a.  Malfungsi infundibulum untuk berfungsi secara sempurna, infundibulum harus mengambil semua yolk yang jatuh kedalam rongga tubuh. Namun, di jumpai bahwa sekitar 4% tidak di tankap oleh infundibulum, tetapi tetap dalam rongga tubuh yang selanjutnya diserap kedalam tubuh sekitar satu hari. Persentasenya berfariasi antarstrain ayam, beberapa diantaranya mencapai 10% dari yolknya terdapat dalam rongga tubuh. Pada ayam tipe pedaging, hal tersebut lebih sering terjadi daripada ayam tipe petelur.

b.      Internal layer
Kadang-kadang, kemampuan infudibulum untuk mennagkap sebagian besar yolk hilang dan menimbunya dalam rongga tubuh lebih cepat daripada kemampuan menyerap. Ayam yang demikian ini dikenal sebagai internal layer, meskipun istilah itu tidak mendefinisikan secara baik kondisi tersebut. Abdomen menjadi memanjang dan ayam berdiri dengan posisi tegak.

  • Magnum
Bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.

Albumen dalam sebutir telur terdiri dari 4 lapisan. Masing-masing adalah chalasae (27,0%), pitih kental (57,0%), putih telur encer dalam (17,3%), dan putih telur encer bagian luar (23,0%). Tepat lapisan tersebut diproduksis pada magnum, tetapi putih telur encer luar (auterthin with) tidak lengakp sampai air ditambahkan uterus.

a. Chalazae
Pada sebutir telur yang dipecah, terdapat dua pita yang berbelit dan mamanjang dari ujung yolk melalui albumen. Itulah yang disebut chalazae. Albumen-chalaziferous diproduksi bila yolk pertama memasuki magnum. Tetapi lilitan untuk membentuk dua chalazae terjadi lebih akhir saat telru berputar pada ujung akhir oviduk. Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada dipusat setelah telur keluar.

b. Putih telur bagian dalam yang encer (liquid inner white) 
Bagian telur yang sedang berkembang meluncur melalui magnum hanya satu tipe albumen diproduksi. Namun penambahan air dan perputaran telur menjadikan perkembangan telur lebih besar pada barbagai ayam petelur. Salah satu diantaranya adalah putih telur bagian telur yang cair.

c. Putih telur yang padat (dense white)
Putih telur yang terkenal terdiri dari musim dan merupakan bagian terbesar dari albumen telur. Jumlah putih telur kental (thick white) yang dihasilkan oleh magnum cukup besar. Dengan dihasilkannya musin dan penambahan air saat telur bergerak melalui oviduk, cenderung mengurangai jumlah putih telur tebal dan meningkatkan jumlah putih telur encer (thin white). Pada waktu telur dikeluarkan, sepertiganya terdiri dari putih telur encer, yang tersisa terdiri dari lebih setengahnya albumen pada telur.

d. Kemudian kualitas telur
Setelah telur keluar, terjadi perubahan yang tetap pada kandungan interior telur thick white tidak dapat mempertahankan komposisi kekentalannya dan volumenya berkurang, sedangkan thin white menjadi lebih berair dan jumlahnya bertambah.
  • Isthmus
Perkembangan telur selanjutnya ditekan ke dalam isthmus sekitar 1 jam 15 menit. Isthmus merupakan bagian yang pendek, sekitar 4 cm. di sini, membran kerabang bagian dalam dan luar di bentuk sebagai suatu pembentukan kembali bentuk akhir dari telur kandungamn pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan telur menyerupai suatu kantong hanya sebagian yang terisi air. mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
  • Uterus
Disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 3 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 – 21 jam.

a)    Karabang
Klasifikasi karabang telur dimulai segera sebelum telur masuk ke uterus. Sekelompok kecil kalsium terlihat pada membran karabang bagian luar (outer shell membrane) sebelum telur meninggalkan isthmus. Hal ini adalah awal letak untuk penimbunan kalsium dalam uterus. Jumlahnya kemungkinan diturunkan dari induk dan mengambil pranan dalam penimbunan kalsium kemudian.

b)   Sumber kalsium untuk kerabang telur
Ada dua sumber kalsium untuk produksi kerabang telur, yaitu pakan dan tulang tertentu. Secara normal, sebagian kalsium untuk pembentukan telur berasal langsung dari pakan, tetapi beberasal dari timbunan kalsium, tulang medulair, terutama pada malam hari ayam tidak makan.

c)    Pembentukan kalsium karbonat
Kalsium karbonat kerabang di bentuk bila ion kalsium dilengkapi melalui pasokan darah. Ion karbonat berasal dari darah dan kelenjer kerabang. Pengurangan pasokan dan campuran darah dengan maksimal penimbunan CaCO3 dari kerabang telur menyebabkan kualitas kerabang buruk. Demikian juga temperatur lingkungan tinggi selama musim panas menyebabkan kerabang telur berkualitas rendah
  • Vagina
Bagian berikutnya dari oviduk adalah vaginapada ayam, selama produksi telur, panjang vagina sekitar 2 cm. secara normal, telur timgal dalam vagina selama beberapa menit tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam. Telur melalui oviduk akan keluar dengan ujung yang runcing terlebih dahulu. Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan, telur akan berputar secara horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan akan keluar dengan ujung tumpul. Perputaran tersebut membutuhkan waktu kurang dari 2 menit dan memungkinkan bagi otot uterus untuk menekan keluar pada permukaan yang lebih luas selama oviposisi. Apabila terjadi gangguan pada ayam sebelum perputaran telur akan di keluarkan dengan cepat dan ditekan keluar melalui vent dengan ujung runcing terlebih dahulu.
  • Kloaka
merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang.
(sumber: jelajahfapet.blogspot.com)

Senin, 21 Januari 2013

Macam-macam ayam kampung berdasarkan warna bulunya

Ayam kampung di Indonesia sangat beragam. Jenis ayam kampung berdasar bulu ini dapat kita jadikan pengelompokkan dalam beternak ayam kampung. Bulu merupakan bagian tubuh ayam kampung yang sangat penting. Bulu merupakan identitas bagi ayam, semakin beragam dan mencolok maka semakin baik ayam tersebut. Warna yang sangat cerah dan menarik tersebutlah yang dapat memikat si betina bahkan kita sebagai pecinta ayam.

Dalam budidaya ayam seperti pengalaman penulis bahwa ayam kampung yang memiliki warna berbeda (dalam satu kandang) akan cenderung lebih dominan atau bahkan mungkin kalah. Dengan mengetahui jenis ayam berdasarkan bulu diharapkan kita akan lebih selektif dalam pemilihan indukan selain dari kualitas ayam tersebut.

Berikut adalah macam-macam ayam kampung berdasar warna bulu tersebut :

A. Wiring
     1. Wiring Kuning
Warna bulu wiring kuning sebenarnya berdasarkan warna hitam. Namun karena rawis leher dan rawis ekor sangar mencolok maka warna hitam seakan-akan warna merah keemasan yang lebih mencolok. Tidak mengherankan bahwa wiring kuning ini menjadi idaman.


wiring kuning
Warna Dasar : Hitam
Rawis Leher : Kuning Keemasan dan merah
Rawis Ekor : Kuning keemasan dan merah

2. Wiring Galih
Wiring galih serupa dengan wiring kuning, hanya saja warna rawis terlihat lebih gelap.
wiring galih
Warna Dasar : Hitam
Rawis Leher : Merah gelap kecoklatan
Rawis Ekor : Merah gelap kecoklatan

3. Wiring Putih (Bukan Wido)
Serupa dengan wiring kuning dan wiring galih hanya saja warna rawis adalah putih perak.
wiring putih
Warna Dasar : Hitam
Rawis Leher : Putih Perak
Rawis Ekor : Putih Perak

B. Wido
Ada mitos yang berkembang di masyarakat jika ayam jenis wido ini tidak akan bersemangat jika berada di bawah pohon bambu. Misal untuk aduan, jenis wido akan kalah walau keturunannya bagus. Namun semua itu hanya mitos belaka untuk kebenarannya silakan cek sendiri.

1. Wido Jalak
Sebagian orang menyebut wido ini sebagai ayam jalak yang menyerupai warna bulu burung jalak.


wido
Warna Dasar : Hitam kehijauan mengkilat
Rawis Leher : Putih keemasan
Rawis Ekor : Putih keemasan

2. Wido Nanas /Wido Emas


Warna Dasar : Hitam
Rawis Leher : Putih keemasan dan merah
Rawis Ekor : Putih keemasan dan merah

C. Wangkas
Warna bulu jenis wangkas serupa dengan rawis wiring kuning hanya saja warna bagian tubuh lain mirip seperti rawisnya.
     1. Wangkas Geni (Merah)
wangkas geni
Warna Dasar : Merah
Rawis Leher : Merah
Rawis Ekor : Merah
    
2. Wangkas Emas (Kuning)


Warna Dasar : Kuning
Rawis Leher : Kuning keemasan
Rawis Ekor : Kuning keemasan

D. Klawu/Blawu Keabu-abuan
Klawu (jawa) awalnya berasal dari Sumatra dengan nama Blauwe kemudian orang jawa menyebut Klawu atau Blawu
Warna Dasar : Hitam keabu-abuan
Rawis Leher : Hitam
Rawis Ekor : Hitam keabu-abuan

     1. Klawu Geni
klawu geni
Warna Dasar : Abu-abu
Rawis Leher : Merah
Rawis Ekor : Merah

     2. Klawu Kethek
klawu kethek
Warna Dasar : Coklat
Rawis Leher : Coklat keabu-abuan
Rawis Ekor : Coklat keabu-abuan

E. Blorok/Lorek
blorok
Warna Dasar : Hitam dan putih
Rawis Leher : Hitam dan putih sedikit merah
Rawis Ekor : Hitam dan putih sedikit merah

     1. Blorok Madu

blorok madu

Warna Dasar : Putih hitam
Rawis Leher : Putih dan hitam sedikit kemerahan
Rawis Ekor : Putih dan hitam sedikit kemerahan


     2. Blorok Mbang Telon
Blorok brang telon juga terdapat mitos yang berkembang di masyarakat. Jika anakan pejantan tidak cepat-cepat dipisah oleh induknya maka tidak lama anak jantan tersebut akan mati. Maka dari itu blorok mbang telon sangat sulit dijumpai. Itu semua tergantung dari pendapat masing-masing
blorok bang telon

Warna Dasar : Hitam, putih dan merah
Rawis Leher : Hitam putih dan merah
Rawis Ekor : Hitam, putih dan merah

F. Kopi Pecah
Warna ayam kopi pecah sepintas mirip bentuk kopi yang terbelah. Bentuknya pun menjuntai sperti ujung kopi yang beraturan seperti batik kopi pecah.
Warna Dasar : Hitam dan putih
Rawis Leher : Hitam dan putih
Rawis Ekor : Hitam dam putih

G. Lurik/Blirik
Serupa dengan blorok, hanya saja warna lurik atau blirik ini lebih terlihat bulu yang menonjol. Seperti warna jali yang bergelombang namun hanya ada 2 warna dari lurik ini. Sebagai contoh :
Lurik Sekul
Warna lurik sekul karena menyerupai bentuk sekul (nasi atau beras) bulir nasi atau beras.
Warna Dasar : Hitam dan putih
Rawis Leher : Hitam dan putih
Rawis Ekor : Hitam dam putih

H. Njlagem/Jlagrem/Njlitheng/Hitam Legam
Warna Dasar : Hitam polos
Rawis Leher : Hitam
Rawis Ekor : Hitam kehijauan

H. Jali
Sama seperti warna lurik hanya saja jika dilihat dengan teliti warna bulu ayam ini terlihat bergelombang seperti kriting. Namun jika diraba sangat halus.
jali
Warna Dasar : Hitam dan putih
Rawis Leher : Hitam dan putih keemasan
Rawis Ekor : Hitam dam putih keemasan

I. Tulak
tulak
 Tulak Hitam
Warna tulak hitam cocok dijadikan sebagai ayam adat. Seperti halnya ayam cemani. Keberadaan ayam jenis ini jangat jarang dijumpai
tulak hitam
Warna Dasar : Putih mulus
Rawis Leher : Hitam
Rawis Ekor : Hitam

J. Putih Mulus/Putih Polos
Ada 2 jenis warna putih pada ayam. Putih mulus jika semua warna pada ayam adalah putih tanpa ada warna lain. Hanya paruh dan kaki berwarna kuning dan jengger berwarna merah. Ada banyak penyebutan untuk putih ayam ini. Putih mulus dan putih seta. Putih seta adalah warna yang dari bulu dan rawisnya berwarna putih termasuk paruh dan kakinya berwarna putih.
putih mulus
 Warna Dasar : Putih mulus
Rawis Leher : Putih mulus
Rawis Ekor : Putih mulus


Gambar di atas diambil dari berbagai sumber jenis ayam di Indonesia dan mungkin penyebutan dari daerah-daerah di Indonesia akan berbeda pula. Jika sahabat mempunyai perbedaan pendapat tentang penyebutan jenis ayam kampung tentang bulunya, mohon beri komentarnya. Terima kasih.

keterangan :
Rawis Leher = Bulu pengenal pada leher
Rawis Ekor = Bulu pengenal pada pangkal pinggul atau ekor
(sumber: ternakayamkampung.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...