Tujuan utama dari semua usaha peternakan ayam petelur adalah untuk mendapatkan produksi yang optimal, pemakaian pakan yang efisien dan ayam petelur yang sehat. Nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, air dan vitamin adalah essensial bagi fungsi-fungsi vital ayam petelur. Namun vitamin mempunyai perannya sendiri, dimana dibutuhkan jumlah vitamin yang cukup agar penyerapan semua nutrisi tadi dalam pakan dapat efisien. Oleh sebab itu, nutrisi yang optimal dapat terbentuk hanya jika unggas diberikan pakan dengan kandungan mikro dan makro nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan, kesehatan, proses reproduksi dan ketahanan hidupnya.
Vitamin adalah substansi aktif dan sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan. Tergolong dalam mikronutrisi dan sangat dibutuhkan bagi metabolisme normal pada hewan. Vitamin juga sangat dibutuhkan untuk mencapai kesehatan yang optimal, sama halnya dengan fungsi fisiologis normal seperti tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup dan bereproduksi. Kebanyakan vitamin tidak bisa dibentuk secara alamiah oleh ayam (unggas) dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan fisiologisnya. Sehingga vitamin ini harus tersedia dalam pakannya. Vitamin terkandung pada banyak bahan penyusun pakan dalam jumlah yang sedikit. Apabila terjadi kekurangan vitamin pada pakan, akibat tidak sempurnanya proses penyerapan, maka dapat mengakibatkan munculnya penyakit ataupun sindroma kekurangan vitamin.
Secara umum vitamin dibagi menjadi dua golongan berdasarkan kelarutannya dalam lemak dan dalam air. Vitamin yang mudah larut dalam lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. Sementara vitamin B komplek (B1, B2, B6, B12, Niacin, Asam pantotenat, Asam folat dan Biotin) dan vitamin C digolongkan dalam vitamin yang mudah larut dalam air.
Saat ini semua industri pakan sudah memahami bahwa jumlah minimum vitamin dalam pakan amat dibutuhkan. Hal ini untuk menghindari gejala klinis yang timbul akibat defisiensi vitamin yang mengakibatkan kesehatan serta produksi menjadi tidak optimal. Yang menjadi pertimbangan adalah bahwa produktifitas dari peternakan pasti terus berkembang, bisa melalui peningkatan kemampuan genetis, modifikasi nutrisi, modifikasi manajemen serta pengembangan sistem pemeliharaan. Hal ini pastinya akan meningkatkan kebutuhan akan vitamin. Selanjutnya, produksi unggas yang intensif akan meningkatkan metabolisme, gangguan lingkungan dan cekaman penyakit yang pada akhirnya akan menyebabkan tidak optimalnya performans serta tingginya kemungkinan terjadi difisiensi (kekurangan) vitamin. Kontaminasi jamur (mikotoksin) pada pakan dan zat yang berlawanan dengan vitamin, juga dapat membatasi dan bahkan menghambat kerja beberapa vitamin.
Faktor-faktor tadi, mulai dari latar belakang genetis unggas, status kesehatan akibat program pemeliharaan dan komposisi bahan baku pakan, dapat membedakan kebutuhan masing-masing vitamin. Asupan dan ketersediaan vitamin dari sumber alam sangat tidak bisa diperkirakan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kandungan vitamin dalam bahan baku pakan (tergantung pada iklim saat ditanam, penentuan waktu panen dan proses penyimpanan bahan baku). Jadi akan lebih baik untuk mempertahankan kebutuhan vitamin ayam, melalui pemberian vitamin tambahan.
Agar unggas dapat memberikan hasil yang sesuai dengan potensi genetisnya, nutrisinya dan terutama ketersediaan vitamin harus optimal. Vitamin B dibutuhkan agar penyerapan nutrisi menjadi efisien. Bersama dengan vitamin A, vitamin B sangat penting untuk membantu ayam dalam aktivitas metabolismenya dan untuk mempertahankan serta meningkatkan kemampuan bertelur. Vitamin C dan E sama-sama dapat meningkatkan ketahanan ayam terhadap stress dan membantu mempertahankan kesehatan ayam.
Sementara itu, keuntungan spesifik yang berhubungan dengan kualitas telur yang superior dapat dicapai, jika vitamin E diberikan dalam jumlah optimal pada pakan ayam yang sedang bertelur. Akhirnya, vitamin D dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan tulang dan kerabang serta untuk menghindari masalah kelumpuhan.
(sumber: pkppullet.blogspot.com)