Mengapa kami ibaratkan dengan peribahasa di atas? Karena kita jarang bahkan mungkin tidak pernah melakukan introspeksi diri terhadap manajemen yang selama ini kita terapkan pada usaha kita. Kita lebih senang menuduh kalau kesuraman atau bangkrutnya usaha kita disebabkan oleh factor luar daripada faktor dari dalam. Padahal faktor dari dalam tidak sedikit menjadi salah satu penyebab utama dalam hal tersebut.
Salah satu faktor dari dalam yang perlu mendapat perhatian adalam masalah manajemen pemeliharaan terutama masalah pakan. Walau kontribusinya sekitar 30%, tapi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi boomerang tanpa kita sadari. Oleh karenanya pada kesempatan kali ini kami akan mengangkat tema tentang efisiensi pakan. Karena kalau kita telusuri lebih jauh ternyata factor dalam yang paling banyak menyebabkan kerugian adalah ketidakefisienan dalam penggunaan pakan di samping faktor-faktor lain. Sehingga nantinya kita bisa melakukan penelusuran dan pemecahan factor-faktor penyebabnya.
Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab kerugian :
1. Pemberian pakan dengan porsi yang banyak.
Pemberikan pakan dengan jumlah sedikit tetapi menghasilkan produksi yang optimal tentu lebih baik daripada pemberian pakan dalam jumlah banyak meskipun hasilnya juga optimal. Produksi ternak tidak selalu bergantung dari seberapa banyak pakan yang dimakan akan tetapi bergantung pada seberapa banyak pakan yang dapat dicerna. Sehingga usaha maksimalisasi nilai kecernaan menjadi sebuah solus alami yang bisa ditempuh. Kecernaan bisa dimaksimalkan kalau seluruh atau sebagian besar komponen nutrisi bisa dicerna. Setidaknya ada tiga komponen besar penyusun pakan yaitu pati (50-60%), protein (20-23 %) dan sellulosa (3-7%).
2. Kurang memperhatikan jenis pakan yang diberikan.
Pakan unggas terutama ayam dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu : biji-bijian murni (grain), bijian atau bungkil yang digiling (meal), campuran dari beberapa meal (mash), mash yang dibentuk seperti butiran (pellet), dan pellet yang dibentuk butiran kecil ± 3 mm (crumble). Masing-masing jenis unggas atau fase umur mempunyai tingkat keefektifan yang berbeda terhadap respon jenis pakan yang diberikan.
3. Mengabaikan pakan murah berkualitas.
Kami yakin bahwa kita semua menginginkan pakan dengan harga yang paling murah tetapi menghasilkan produksi yang optimal. Ini bisa kita dilakukan dengan pemanfaatan limbah pertanian yang relatif murah. Persoalannya, penggunaan limbah pertanian sering menyebabkan produksi tidak optimal karena rendahnya kecernaan dan absorpsi akibat serat yang tinggi dan adanya anti nutrisi. Untuk mengatasi persoalan tersebut, penambahan zat aditif seperti enzim dengan spektrum yang luas terhadap berbagai jenis serat dan antinutrisi menjadi sangat penting untuk memaksimalkan kecernaan dan merombak antinutrisi sehingga tidak menghambat proses kecernaan dan absorpsi.
4. Kurang memperhatikan jadual pemberian pakan,
Baik menyangkut jumlah pakan yang diberikan atau waktu pemberian pakan. Pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering akan lebih menghemat konsumsi pakan daripada frekuensi pemberian pakan yang sedikit. Mengapa? Karena dengan seringnya kita mendatangi tempat pakan maka kita akan mengetahui kondisi pakan (keadaan dan jumlah) yang sebenarnya.
5. Mengabaikan desain tempat pakan.
Tidak ada ruginya kalau kita melakukan desain ulang tempat pakan kita sehingga mampu meminimalkan pakan tumpah. Menurut penelitian yang ada bentuk wadah pakan yang kurang tepat dapat mengakibatkan pemborosan pakan sekitar 10%. Kalau kita bisa memperbaiki kondisi ini berarti kita telah melakukan penghematan sebesar biaya pakan sebesar 10%
6. Mengabaikan energi yang terbuang.
Penggunaan pakan oleh ayam dikatakan efektif apabila pakan tersebut digunakan oleh ayam untuk produksi bukan untuk selainnya. Perilaku ayam seperti kejar-kejaran, berkelahi, atau berjalan mendatangi tempat pakan dan minum adalah kegiatan yang dapat membuang energi secara percuma. Hal ini bisa kita minimalkan dengan memberikan ruang gerak terbatas atau dengan mengurangi jumlah pakan yang diberikan. Pemberlakuan ruang gerak yang terbatas di sini masih mengikuti standar kepadatan kandang dan tingkat kenyamanan ternak. Adapun untuk pemberian pakan yang dikurangi mempunyai tujuan untuk mengurangi konsumsi pakan dan minumnya. Kalau saja kita melakukan penghitungan, maka akan didapat hasil bahwa kunjungan ayam ke tempat pakan dan minum per hari nya antara 30-40 kali. Kalau saja kunjungan tersebut bisa dikurangi, berarti kita bisa menghemat energi yang terbuang yang semestinya bisa digunakan untuk produksi.
7. Mengabaikan usaha penambahan zat aditif
Zat Aditif seperti enzim atau lainnya yang memiliki spektrum luas dalam menghancurkan serat atau zat anti nutrisi sehingga penyerapan pakan lebih optimal. Penambahan enzim diyakini bisa menekan konsumsi pakan yang ujungnya akan meningkatkan pendapatan dari penghematan biaya pakan (income over feed cost)
8. Mengabaikan masa pertumbuhan ayam,
Kita tidak sadar bahwa pada masa awal-awal pemeliharaan (DOC) pakan diberikan secara ditaburkan di atas lantai yang dialasi kertas Koran atau lainnya. Hal ini akan menyebabkan pakan menempel dan menggumpal yang akhirnya tidak terkonsumsi. Selain itu, kita dapati juga banyak pakan yang tercecer dan terhambur berjatuhan karena kertas sobek atau karena cekeran anak ayam. Oleh karenanya usaha yang bisa kita lakukan adalah menggunakan tempat pakan bentuk piring (plate feeder) dan frekuensi pemberian pakan bisa ditambah.
9. Penempatan tempat pakan yang kurang tepat.
Penempatan tempat pakan yang digantung terlalu rendah akan menyebabkan banyak pakan yang tumpah akibat terkais-kais atau bahkan tempat pakan rusak. Demikian juga pada ayam petelur, karena pakan ayam petelur sering diberikan secara sekaligus.
10. Tempat minum yang bocor.
Pada system pemeliharaan ayam petelur system battery tempat minum biasanya letaknya di atas tempat pakan. Karenanya kalau tempat minum yang bocor atau miring dapat menyebabkan pakan menjadi basah sehingga pakan menjadi menggumpal dan akhirnya terbuang percuma.
11. Kurang memperhatikan kondisi gudang atau tempat penyimpanan pakan.
Atap gudang yang bocor bisa menyebabkan tirisan air hujan masuk ke dalam gudang. Padahal di dalam gudang terdapat tumpukan pakan yang siap kita berikan kepada ternak kita. Akibat kebocoran tersebut dapat menyebabkan kelembaban gudang meningkat dan tak jarang pakan menjadi berjamur, tercemar sehingga kualitasnya menurun.
12. Cara penyimpanan pakan yang kurang benar,
Seringkali kita mengabaikan faktor ini. Contohnya adalah tidak menggunakan pallet sebagai pembatas agar pakan atau karung pakan yang ada dibagian paling bawah tidak kontak langsung dengan lantai. Contoh lain seperti tidak mendahulukan pakan yang masuk gudang duluan, pakan dibiarkan di luar gudang (atau bahkan masih di kendaraan) karena tertundanya pemasukan pakan ke dalam gudang dan lain sebagainya.
13. Membiarkan binatang pengganggu,
Burung-burung liar dan tikus sangat cepat berkembang biak disekitar kandang ayam dan gudang. Binatang-binatang tersebut secara tidak sengaja juga mengkonsumsi pakan walau dalam jumlah yang relative sedikit disamping itu juga binatang-binatang tersebut dapat menjadi perantara bibit penyakit (carrier).
14. Menyepelekan usaha pengafkiran (culling),
Pengafkiran merupakan suatu keharusan jika produktifitas ayam sudah tidak sesuai harapan. Produktifitas ayam di bawah 50% perlu mendapat perhatian lebih. Pemberian pakan kepada ayam yang tidak produktif akan sia-sia saja dan akan mengakibatkan pemborosan pakan semata.
15. Potong paruh (debeaking),
Karena dengan potong paruh maka usaha pilih-pilih pakan akan dapat diminimalkan sehingga pakan akan lebih banyak dikonsumsi.
Itulah beberapa faktor penyebab kerugian yang kita sadari atau tidak. Tidak menutup kemungkinan masih banyak faktor penyebab lain yang belum kami ketahui karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Semoga bisa bermanfaat
(sumber : ?)