Penyakit ngorok telah menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyerang ayam peliharaan dan sangat merugikan peternak, apalagi kalau menyerang ayam yang sudah dekat dengan waktu panen karena biasanya ayam yang terkena penyakit ngorok, berat badannya akan turun dengan drastis. Masyarakat peternakan telah mengidentikan penyakit ngorok sebagai sebuah manifestasi gejala klinis dari serangan penyakit pernapasan kronis, yaitu CRD (chronic respiratory disease). Meskipun sesungguhnya, ngorok juga menjadi gejala klinis dari penyakit ILT, korisa, ND, IB maupun AI.
Penyakit CRD telah menjadi “lagu wajib” di sebuah peternakan. Hampir di setiap periode pemeliharaan, serangan bakteri Mycoplasma gallisepticum (penyebab penyakit CRD) selalu muncul. Kemunculannya pun kerap kali diikuti dengan serangan penyakit lainnya, yang salah satunya ialah infeksi bakteri Eschericia coli (penyebab colibacillosis). Komplikasi kedua penyakit ini disebut sebagai penyakit CRD kompleks.
Penyakit ini identik sebagai penyakit kesalahan manajemen. Penerapan manajemen pemeliharaan yang kurang baik menjadi predisposisi (faktor pemicu munculnya penyakit ini, red). Meski demikian, serangan penyakit ini juga bisa disebabkan karena kualitas DOC atau anak ayam yang kurang optimal.
Mengenal Mycoplasma gallisepticum dan Eschericia coli
Mycoplasma gallisepticum termasuk dalam kelompok bakteri Gram (-). Bakteri ini termasuk dalam genus Mycoplasma dari famili Mycoplasmataceae. Struktur tubuhnya berbentuk pleomorfik yang biasanya kokoid (bentuknya mendekati bundar atau oval).
Struktur tubuh E. coli berupa batang dan termasuk kelompok bakteri Gram (-). Bakteri E. coli secara normal terdapat di dalam saluran pencernaan unggas, khususnya di usus bagian belakang. Sebagian besar bakteri E. coli termasuk ke dalam galur non-patogenik (tidak menyebabkan penyakit), sedangkan serotipe E. coli yang patogen sekitar 10-15%.
Pemicu Serangan CRD Kompleks
Secara keilmuan, penyebab CRD kompleks dapat berasal dari induk (induk yang terserang CRD secara otomatis akan menularkannya ke anak ayam yang dihasilkannya) maupun karena manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Namun di lapangan (farm), merebaknya kasus CRD kompleks seringkali disebabkan karena kesalahan tata laksana pemeliharaan. Bahkan, penyakit ini disebut juga sebagai penyakit kesalahan manajemen.
- DOC berkualitas rendah
Perbaikan genetik ayam ras yang kita kembangkan sekarang, memang telah menunjukkan perkembangan yang sungguh menakjubkan. Ayam pedaging mampu tumbuh cepat dengan efisiensi ransum semakin baik. Demikian pula dengan ayam petelur, mampu menghasilkan telur dalam waktu lebih awal (bertelur lebih awal 2 minggu, red.) dengan puncak produksi lebih tinggi dan persistensi produksi telur yang lebih lama.
Pada ayam pedaging, pertumbuhan berat badan yang begitu pesat tidak diimbangi dengan perkembangan organ dalam, seperti jantung dan paru-paru. Hal ini mengakibatkan paru-paru dipaksa bekerja keras dalam menyuplai oksigen untuk proses metabolisme tubuh. Akibatnya, organ pernapasan ini menjadi lebih rentan terhadap gangguan. Kondisi ini juga dialami oleh organ pernapasan lainnya, seperti hidung (sinus hidung), trakea dan kantung udara.
DOC atau day old chick dengan ukuran berat badan di bawah standar lebih rentan terserang penyakit pernapasan. Kondisi tubuhnya yang lemah menyebabkan DOC yang berukuran tubuh lebih kecil lebih mudah terinfeksi bakteri M. gallisepticum maupun E. coli.
Anak ayam yang terserang CRD akan menunjukkan gejala berupa tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare berwarna seperti tanah. Pada perkembangan selanjutnya, anak ayam menjadi rentan terhadap infeksi penyakit lainnya, misalnya korisa, IB atau ND. Hal ini disebabkan infeksi CRD menyebabkan kerusakan sinus hidung (sinus infraorbitalis) yang merupakan sistem pertahanan pertama bagi masuknya bibit penyakit melalui saluran pernapasan.
Oleh karena itu, untuk menjaga produktivitas ayam modern tetap optimal dan tidak mudah terserang penyakit saluran pernapasan (CRD kompleks, red.) sudah selayaknya kita memberikan perhatian lebih pada ayam tersebut. Penerapan tata laksana pemeliharaan yang baik sekaligus pengaplikasian konsep biosecurity secara ketat menjadi langkah yang tepat untuk mencapai hal itu.
Segera melakukan seleksi saat chick in menjadi salah satu teknik menekan penyebaran CRD. Lakukan culling jika ayam cacat dan isolasi anak ayam yang lemah untuk diberi perlakuan khusus, seperti pemberian vitamin (Vita Chicks, Fortevit) maupun antibiotik (Neo Meditril).
- Kesalahan manajemen brooding
Masa brooding menjadi “pondasi” bagi pertumbuhan ayam pada masa selanjutnya karena masa brooding merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan seluruh sel dan organ tubuh ayam, yaitu organ pencernaan, pernapasan, reproduksi dan organ kekebalan atau pertahanan tubuh. Kesalahan pada periode ini akan memberikan dampak tersendiri yaitu pertumbuhan dan produktivitas yang tidak optimal. Terlebih lagi jika ayam sempat terserang penyakit (misalnya penyakit CRD kompleks).
Seringkali peternak beranggapan masa brooding dimulai pada saat chick in. Paradigma ini sebenarnya kurang tepat karena sesungguhnya masa brooding sudah dimulai waktu persiapan kandang. Kunci awal keberhasilan pemeliharaan brooding ialah persiapan, pembersihan dan desinfeksi kandang secara tepat dan menyeluruh. Jika kegiatan ini tidak dilakukan dengan baik maka saat chick in akan banyak ditemukan kendala, terlebih lagi bila periode sebelumnya terserang penyakit.
Saat kondisi cuaca dingin, pemanas atau brooder selalu dihidupkan dan tirai kandang ditutup (tanpa celah ventilasi) dengan anggapan agar mampu menjaga panas di dalam kandang tetap stabil. Namun, tahukah kita bahwa hal tersebut kurang tepat? Panas yang cukup memang menjadi syarat agar DOC dapat tumbuh dengan baik, namun mempertahankan panas dengan menghilangkan ventilasi kandang dapat berakibat sebaliknya. Ventilasi kandang yang tertutup akan menyebabkan gas sisa pembakaran dari brooder, amonia dari kandang maupun debu dari litter tidak dapat dikeluarkan dari kandang. Akibatnya, kualitas udara menurun sehingga memicu serangan penyakit pernapasan, terutama CRD. Selain itu, kasus ascites dapat terpicu dengan kondisi tersebut. Oleh karena itu, pertahankan suhu kandang agar tetap nyaman sekaligus tetap memberikan sedikit celah (20-30 cm) sebagai jalur sirkulasi udara.
Berikan celah pada kandang brooding agar kualitas udara tetap baik |
Selain sistem sirkulasi tersebut, kualitas litter yang digunakan juga harus diperhatikan. Gunakan bahan litter yang mudah menyerap air dan tidak menimbulkan debu. Sebelum bahan litter dimasukkan lakukan desinfeksi terlebih dahulu. Saat masih memakai alas koran, lakukan penggantian koran setiap hari.
- Tingginya kadar amonia
Amonia merupakan gas yang dihasilkan dari penguraian feses oleh bakteri ureolitik. Gas ini memiliki kemampuan mengiritasi saluran pernapasan ayam. Kadar amonia di dalam kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi litter (lembab atau kering), kepadatan kandang, kualitas ransum yang diberikan (kadar protein kasar dan garam), tata laksana penanganan litter, sistem ventilasi maupun tata laksana pemberian air minum.
Keberadaan amonia di dalam kandang dalam kadar yang tinggi dapat merusak saluran pernapasan atas sampai penurunan produksi telur. Kerusakan saluran pernapasan atas berarti juga kerusakan sistem pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Oleh karenanya, kerusakan tersebut akan memicu serangan penyakit lainnya, seperti E. coli maupun korisa.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan kadar amonia, antara lain :
- Pemilihan bahan litter yang berkualitas, yaitu mampu menyerap air dan tidak berdebu
- Hati-hati saat penggantian air minum. Minimalkan air minum yang tumpah
- Periksa kondisi atap, jangan sampai ada kebocoran
- Lakukan pembalikan atau penambahan litter baru, jika diperlukan tambahkan abu maupun kapur
- Atur kepadatan kandang karena jika terlalu padat litter menjadi lebih cepat menggumpal
- Berikan ransum dengan kandungan nutrisi yang sesuai. Perhatikan kadar protein kasar dan garam. Kelebihan protein kasar dalam ransum akan diekresikan bersama feses sehingga kadar asam urat di dalam feses meningkat. Akibatnya, asam urat tersebut akan diuraikan oleh bakteri ureolitik menjadi amonia. Begitu halnya dengan tingginya kadar garam yang akan memicu peningkatan konsumsi air minum sehingga feses menjadi encer. Feses yang encer akan mempercepat penguraian feses menjadi amonia
- Perhatikan sistem sirkulasi udara. Ventilasi udara yang baik dapat membantu mempercepat pengeringan feses sehingga produksi amonia dari feses dapat ditekan
- Jika mengunakan lantai non slat (tanpa panggung), tambahkan batu kapur atau arang pada tanah untuk mengembalikan daya serap air (feses menjadi lebih cepat kering)
- Lemahnya biosecurity
Sanitasi dan desinfeksi yang dilakukan secara rutin akan mengurangi tantangan bibit penyakit yang berada di sekitar ayam. Namun, seringkali kita (peternak, red.) belum begitu konsisten dalam melakukan sanitasi dan desinfeksi.
Tempat minum berupa paralon yang digunakan untuk ayam petelur di kandang baterai, menjadi sarana penularan penyakit yang sangat baik. Jika ada salah satu ayam yang terserang CRD, maka saat minum eksudat dari hidung ayam tersebut akan mencemari air minum. Akibatnya saat ayam melakukan aktivitas minum, bakteri CRD bisa menginfeksi. Infeksi dan penularan E. coli juga bersumber dari air minum. Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin, terutama saat pergantian musim. Selain itu, lakukan desinfesi air minum dengan menggunakan Neo Antisep (3 ml per 7,5 ml), Antisep (3 ml per 2 l) atau Medisep (3 ml per 10 l).
Debu dan udara kandang juga berperan dalam penularan bibit penyakit. Penyemprotan desinfektan pada kandang dan lingkungannya minimal 1 minggu sekali akan menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat di udara dan debu.
Setiap kandang sebaiknya ditangani oleh 1 personal yang sama (tidak berganti-ganti). Hal tersebut juga selayaknya diterapkan pada pemakaian peralatan kandang. Arus distribusi barang maupun personal di dalam kandang sebaiknya diperhatikan (dari umur muda ke umur tua) untuk meminimalkan penularan penyakit.
- Kondisi cuaca yang tidak nyaman
Kandang yang nyaman, yaitu memiliki suhu 25-28oC dan kelembaban 60-70% akan mendukung produktivitas ayam. Namun kenyataannya, kondisi kandang seringkali berfluktuasi, terlebih lagi saat musim pancaroba (perubahan musim). Kondisi suhu dan kelembaban saat perubahan musim tidak menentu. Sering ditemukan kejadian saat siang hari panas namun tiba-tiba hujan dan biasanya diikuti dengan tiupan angin yang kencang. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan stamina tubuh ayam sehingga serangan penyakit relatif mudah terjadi, terlebih lagi CRD kompleks.
Penerapan kandang closed house atau kandang sistem tertutup tentu saja dapat menangkal masalah ini. Hanya saja, pengaplikasiannya dikalangan peternak masih terbentur banyak hal. Langkah antisipasi yang biasanya dilakukan antara lain memperbaiki manajemen pemeliharaan, terutama manajemen brooding maupun buka-tutup tirai. Selain itu, pemberian multivitamin (Vita Stress atau Fortevit) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam juga menjadi pilihan solusi bagi peternak. Pemberian antibiotik berspektrum luas juga dapat dilakukan untuk menurunkan tantangan bibit penyakit yang berada di dalam tubuh ayam.
Perkembangan CRD Kompleks
CRD kompleks merupakan penyakit komplikasi antara infeksi M. gallisepticum dan E. coli. Komplikasi keduanya menimbulkan perubahan yang khas, yaitu perihepatitis dan perikarditis fibrinus sampai fibrinopurulen. Salpingitis atau oviduk yang terisi eksudat kaseus juga mencirikan komplikasi CRD dan colibacillosis.
Penyakit CRD kompleks identik terjadi pada ayam pedaging, namun ayam petelur juga sering mengalami penyakit ini. Pada perkembangannya, serangan CRD kompleks pada ayam pedaging mulai terjadi saat umur > 2 minggu dan serangan CRD kompleks banyak terjadi pada umur 22-28 hari.
Pengobatan CRD Kompleks
CRD kompleks termasuk dalam kelompok penyakit bakterial, sehingga penanganan saat terserang dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan haruslah tepat, baik tepat obatnya maupun tepat teknik pemberiannya.
Mycoplasma tidak memiliki dinding sel, oleh karenanya jenis antibiotik yang dipilih haruslah yang mempunyai cara kerja menghancurkan inti sel, membran sel dan menghambat pembentukan senyawa penting di dalam sel, seperti asam folat dan protein. Sedangkan E. coli merupakan bakteri Gram (-) yang dapat dibasmi dengan memakai hampir semua golongan antibiotik kecuali golongan makrolida.
Oleh karena itu, dalam membasmi komplikasi kedua penyakit tersebut, yaitu CRD dan colibacillosis diperlukan antibiotik yang efektif untuk keduanya. Selain itu, karena lokasi serangan CRD kompleks terjadi secara sistemik (seluruh tubuh) dan lokal (saluran pencernaan) maka obat yang dipilih sebaiknya yang bisa bekerja secara sistemik maupun lokal. Contoh produk yang dapat digunakan untuk membasmi CRD kompleks antara lain Doctril, Neo Meditril, Doxytin, Respiratrek, Trimezyn atau Gentamin. Pilih salah satu obat CRD kompleks tersebut dan berikan sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tertera pada etiket atau leaflet produk. Lakukan rolling atau penggantian obat atau antibiotik yang dipilih setiap 3-4 periode pemberian untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Pengobatan terhadap CRD kompleks harus didukung dengan penerapan tata laksana pemeliharaan yang baik dan pengaplikasian program biosecurity secara ketat. Perlu terbenam di dalam benak kita bersama, penyakit CRD kompleks merupakan penyakit kesalahan manajemen (tata laksana pemeliharaan).
(sumber: infomedion.co.id dengan sedikit perubahan)