Para peternak ayam pasti sudah mengenal penyakit korisa yang menyerang ayam peliharaan. Ciri-ciri penyakit tersebut sangat mudah dikenali baik oleh peternak skala kecil maupun besar. Nama
lainnya adalah snot atau pilek yang menjadi ciri khasnya. Hampir semua
jenis unggas mudah terserang penyakit ini, diantaranya ayam pedaging,
petelur, buras (kampung), merpati, itik maupun puyuh. Korisa bisa
menyerang ayam pada semua umur, khususnya mulai umur 3 minggu sampai
masa produksi.
Peternak seringkali hanya tahu bahwa korisa merupakan suatu penyakit
pernapasan (dilihat dari tanda khasnya), padahal korisa juga menyebabkan
penurunan produksi telur. Pada ayam pedaging, penyakit ini juga
mengganggu pertumbuhan ayam sehingga ayam sulit mencapai berat standar.
Kerugian yang lainnya ialah tingginya biaya pengobatan, ayam menjadi
mudah terserang penyakit lain atau penyakit menjadi komplek sehingga
penyakit semakin sulit diatasi (ayam disembuhkan) dan seringkali
berakhir dengan kematian.
Kejadian di Lapangan
Kasus serangan korisa pada ayam petelur maupun pedaging di Indonesia berdasarkan data dari tenaga lapangan (Technical Service) Medion tercantum pada tabel 1 dan 2.
Penyebab
Korisa disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum yang merupakan bakteri Gram (-), berbentuk batang pendek (coccobacilli),
non motil (tidak bergerak), tidak berspora, fakultatif anaerob (bisa
hidup pada media yang tidak ada oksigen maupun ada oksigennya),
memerlukan faktor V (Nicotinamide-Adenindinucleotide/NAD yang ditemukan
dalam sel darah merah dan penting sebagai pertumbuhan bakteri). Bakteri
ini terdiri dari 3 serotipe A (W), B (Spross) dan C (Modesto). Serotipe A
dan C lebih virulen dibandingkan serotipe B. Di Indonesia, isolasi H. paragallinarum telah dilaporkan sejak tahun 1975, 1978 dan 1987. Tarmuji et al. melaporkan serotipe H. paragallinarum yang menyerang farm di Indonesia ialah serotipe A, B dan C.
H. paragallinarum
di luar induk semang akan mudah mati dan mudah diinaktivasi.
Desinfektan yang efektif untuk membunuh bakteri ini antar lain iodine (Antisep dan Neo Antisep) maupun ammonium quarterner (Medisep dan Mediklin).
Tanda-Tanda Ayam Terserang Korisa
A. Tanda klinis
Masa inkubasi korisa antara 1-3 hari dan outbreak
akan berlangsung selama 4-12 minggu (petelur) atau 6-14 hari (pedaging)
tetapi masa ini tergantung dari tingkat keganasan penyakit, jumlah
bakteri dalam tubuh ayam atau lingkungan kandang dan ada tidaknya
infeksi sekunder. Ayam yang diafkir bisa mencapai 20%, morbiditas
mencapai 100% sedangkan mortalitas 0,7-10% bahkan bisa mencapai 50%.
Selain itu juga terjadi penurunan produksi telur 14-41%. Ayam yang
sembuh dapat berperan sebagai carrier sehingga dapat menginfeksi ayam
sehat lainnya yang berada dalam 1 populasi atau 1 kandang dengan ayam
tersebut.
Ciri khas penurunan produksi telur akibat serangan korisa ialah kurva produksi telur terlihat seperti gergaji
Tanda
khas serangan korisa antara lain sulit bernapas, adanya lendir atau
kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental
seperti nanah, bau yang menyengat seperti telur busuk, muka bengkak
terutama pada daerah sinus di bawah mata, mata berair seperti menangis
yang lama kelamaan akan menutup dan diare.
Tanda khas korisa ialah hidung berlendir dan sinus bengkak sehingga mata tertutup
B. Perubahan bedah bangkai
Perubahan
yang terjadi antara lain trakea mengalami peradangan akut yang berisi
lendir encer sampai purulent dari hidung dan sinus infraorbitalis,
paru-paru kongesti, pneumonia, air sacculitis, oedema subkutan dan radang selaput lendir mata.
Sinus infraorbitalis berisi lendir encer sampai purulent
Diagnosa Banding
Diagnosa banding atau diagnosa yang sering mengelirukan antara lain infectious laryngotracheitis (ILT), cacar basah, kolera, CRD, swollen head syndrome (SHS) atau defisiensi vitamin A.
Penularan
Patogenesa (perjalanan penyakit)
Pencegahan dan Pengendalian
A. Pencegahan
- Vaksinasi
Lakukan
vaksinasi pada ayam petelur umur 6-8 minggu dan diulangi umur 16-18
minggu, sedangkan pada ayam pedaging pada umur 1-2 minggu. Akan lebih
tepat bila jadwal vaksinasi disesuaikan dengan kondisi peternakan
setempat. Penentuan jadwal vaksinasi yang tepat adalah paling lambat 3-4
minggu sebelum umur ayam rawan terserang korisa. Kapan umur ayam rawan
terserang korisa bisa diperoleh dari pengalaman pada periode
pemeliharaan sebelumnya.
Vaksin yang dijual di pasaran ada 2 macam yaitu yang berisi 2 jenis H. paragallinarum (bivalent) atau 3 jenis (trivalent). Contoh vaksin bivalent ialah Medivac Coryza B (berbentuk suspensi), sedangkan vaksin trivalent ialah Medivac Coryza T (berbentuk emulsi) dan Medivac Coryza T Suspension (berbentuk suspensi).
Vaksin
bivalent digunakan berdasarkan informasi bahwa serotipe B bukan
merupakan serotipe yang benar bermasalah bagi ayam sehingga masih bisa
diatasi dengan vaksin yang berisi serotipe A dan C. Di lain sisi, karena
saat ini sudah terlihat jelas keberadaan serotipe B hampir di seluruh
belahan dunia maka vaksin trivalent sudah banyak dipergunakan di
beberapa negara.
Mengapa Vaksinasi Korisa Penting?
Alasan mengapa vaksinasi korisa perlu dilakukan ialah :
a. Predileksi H. paragallinarum di sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah dan obat yang diberikan sedikit mencapai sinus infraorbitalis
Kedua hal inilah yang membuat selalu adanya carrier
pada ayam yang pernah terserang korisa. Ayam tersebut merupakan sumber
penularan penyakit karena di dalam tubuh ayam masih terdapat bakteri
penyebab korisa walau belum sampai timbul gejala klinis.
b.
Kesembuhan ayam yang terserang korisa akan terlihat lebih cepat pada
ayam yang sebelumnya sudah divaksin korisa dibandingkan yang tidak
divaksin. Selain itu, kejadian munculnya kasus akan lebih lambat
(menunda kejadian kasus kori-sa) dan keparahannya akan terlihat lebih
ringan bila sebelumnya sudah divaksin korisa.
Trial Vaksin Korisa Medion
Pada 22 Februari - 4 Agustus 2006, Medion, yaitu Tim Research and Development (R&D) telah melakukan trial penggunaan vaksin korisa yaitu Medivac Coryza B dan Medivac Coryza T Suspension.
Tujuan trial itu adalah mengamati lama waktu dan tingkat perlindungan
vaksin korisa terhadap serangan penyakit korisa. Ayam yang digunakan
adalah ayam spesific pathogen free (SPF) yang dipelihara di kandang SPF (memakai sistem closed house).
Selain pengukuran titer antibodi, dalam trial ini juga dilakukan uji
tantang. Program vaksinasi dan agenda trial tersebut tercantum pada
tabel 3.
- Titer antibodi
Hasil trial vaksin korisa berupa gambaran titer antibodi untuk kelompok ayam yang divaksin Medivac Coryza B maupun Medivac Coryza T Suspension tercantum pada grafik 1-2. Grafik 1 menunjukkan 1 minggu setelah pemberian vaksin Medivac Coryza B
yang pertama, titer antibodi dalam tubuh ayam, baik terhadap serotipe A
maupun C telah di atas standar protektif. Setelah vaksinasi kedua,
titer antibodi tetap di atas standar protektif dan kondisi ini (red.
titer berada di atas standar) berlangsung sampai trial berakhir (29
minggu). Hasil tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa Medivac Coryza B mempunyai potensi menggertak pembentukan antibodi yang protektif dalam waktu cepat dan mampu bertahan lama.
Gambaran titer antibodi yang terbentuk pada kelompok yang divaksin dengan Medivac Coryza T Suspension
tertera pada grafik 2. Satu minggu setelah vaksinasi pertama, titer
antibodi untuk serotipe A dan C telah di atas standar protektif. Pada 1
minggu sebelum vaksinasi kedua (umur 16 minggu), titer antibodi semua
serotipe telah berada di atas standar protektif. Dan setelah vaksinasi
kedua, titer antibodi tersebut (red. titer antibodi terhadap serotipe A, B dan C) tetap di atas standar protektif sampai trial berakhir.
- Uji tantang
Hasil uji tantang terhadap titer antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi dengan Medivac Coryza B dan Medivac Coryza T Suspension tercantum pada grafik 3. Uji tantang tersebut menggunakan bakteri korisa strain A, B dan C dengan kandungan bakteri 2 x 108 CFU/ml. Grafik 3 menunjukkan persentase perlindungan kelompok Medivac Coryza B (MCB) dan Medivac Coryza T Suspension (MCT) berada di atas standar persentase perlindungan (> 70%) yang dipersyaratkan dalam Farmakope Obat Hewan Indonesia atau FOHI tahun 2004.
Selain
trial di kandang SPF, Medion juga telah melakukan trial pemberian
vaksin korisa pada ayam petelur komersial. Grafik 4 merupakan hasil
trial pemberian Medivac Coryza T Suspension pada ayam petelur
komersial di Jawa Timur yang diberikan 2 kali, yaitu umur 45 hari
(vaksinasi 1) dan 102 hari (vaksinasi 2). Dari grafik tersebut terlihat
titer antibodi atau geometric mean titer (GMT) berada pada level protektif (melindungi).
Selain
titer antibodi, juga diamati produktivitas telur baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Grafik 5 menunjukkan ayam yang divaksin
korisa dapat berproduksi secara optimal meskipun dari grafik terlihat
adanya penurunan produksi telur. Penurunan produksi pada saat trial
bukan disebabkan serangan korisa melainkan karena terinfeksi ND. Setelah
ayam direvaksinasi ND memakai Medivac ND Clone 45 produksi telur
kembali meningkat dan mencapai normal kembali dalam waktu yang relatif
singkat. Sama halnya dengan produksi telur, jumlah telur yang retak
(adanya gangguan kerabang) masih di bawah rata-rata/standar normal
(grafik 6). Begitu juga dengan berat telur ayam yang relatif tidak
berbeda nyata dengan standar. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
melakukan vaksinasi korisa yang tepat, baik dari waktu atau jadwal
vaksinasi maupun jenis vaksin akan menghindarkan dari kerugian akibat
serangan korisa dan ayam bisa berproduksi optimal.
- Perbaikan tata laksana pemeliharaan
a. Pemeliharaan sistem all in all out untuk menghindari penularan dari ayam tua ke ayam muda dan memutus siklus hidup bakteri di lokasi peternakan
b. Penanganan ayam carrier
dengan benar melalui pengobatan secara tuntas atau memberikan obat pada
waktu tertentu terutama saat perubahan cuaca. Selain itu, lakukan
pengafkiran pada ayam carrier yang secara ekonomis tidak menguntungkan
- Biosecurity
a.
Lakukan istirahat kandang (kosong kandang) selama 30-60 hari setelah
pembersihan dan desinfeksi kandang sebelum ayam diisi kembali.
Desinfektan yang efektif untuk membasmi H. paragallinarum ialah golongan iodine (Antisep, Neo Antisep) dan ammonium quartener (Medisep, Mediklin)
b. Penyemprotan kandang setiap 1-2 minggu sekali
c. Sanitasi dan desinfeksi peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum), kandang dan sekitarnya secara teratur
d. Sanitasi air minum secara rutin untuk mencegah penularan korisa melalui air minum
B. Tindakan Saat Terserang Korisa
Beberapa tindakan yang perlu dilakukan saat suatu peternakan terserang korisa yaitu :
1. Isolasi ayam yang sakit
2. Buang bangkai ayam segera dan se-jauh mungkin dari lingkungan kandang
3. Revaksinasi (jika belum parah) pada ayam petelur
4. Pemberian obat
Untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan yang maksimal maka pemberian obat harus :
- Sesuai dengan penyakit (diagnosa, sifat penyebab penyakit)
- Tersedia dalam kadar (jumlah obat) yang cukup saat mencapai sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah
- Lama waktu yang cukup dalam kontak dengan organ sakit
Pada kasus serangan korisa tunggal dapat dilakukan ditangani dengan memberikan obat korisa antara lain Trimezyn, Erysuprim, Doctril (serbuk), Trimezyn-K (kaplet), Vita Tetra Chlor (kapsul), Gentamin atau Vet Strep (injeksi). Sedangkan pada kasus komplikasi dengan :
a. Virus (ND, IB, IBD, EDS’76)
- Lakukan pemisahan ayam yang parah dan belum parah
- Lakukan revaksinasi sesuai penyakit komplikasinya, kecuali bila ayam terserang IBD atau Gumboro maka jangan lakukan revaksinasi Gumboro
- Berikan Vita Stress pada 1-2 hari setelah revaksinasi
- Lakukan pengobatan korisa dengan antibiotik seperti kasus korisa tunggal
b. Bakteri lain (CRD, kolera, colibacillosis)
Pilih antibiotik yang efektif untuk korisa dan bakteri lain (spektrum luas).
c. Protozoa (koksidiosis, malaria like/ leucocytozoonosis)
Pilih antibiotik yang efektif untuk korisa dan protozoa (terutama preparat sulfa atau yang lainnya), misalnya Duoko, Therapy atau Sulfamix
5. Pemberian vitamin, seperti Fortevit, Aminovit atau Vita Stress untuk membantu meningkatkan kondisi tubuh ayam dan mengganti sel tubuh yang rusak oleh bakteri penyebab korisa.
Terkadang
kita merasa bahwa segala upaya telah dilakukan guna mencegah dan
menangani korisa, namun korisa masih saja menyerang. Oleh karena itu
kita perlu terus melakukan evaluasi mengenai hal berikut :
- Tata laksana pemeliharaan diterapkan dengan tepat termasuk biosecurity
- Vaksinasi dengan benar dan tepat jadwalnya
(sumber: info medion.co.id)