Udara,
suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan
ketersediaanya menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan, termasuk
juga pada ayam. Saat ayam tidak memperoleh makan dan minum selama jangka
waktu tertentu, ayam masih mampu bertahan hidup. Namun tidak demikian
adanya dengan udara, ayam akan mati jika dalam hitungan detik tidak
memperoleh udara.
Paragraf
di atas merupakan sebuah gambaran sederhana fungsi pentingnya
ketersediaan udara dalam jumlah dan kualitas yang baik. Ya, bukan hanya
kuantitas atau kadarnya yang harus sesuai, kualitasnya pun harus
memenuhi standar kualitas udara yang baik. Inilah yang menjadi
permasalahan kita saat ini.
Amonia, Pencemar Utama Udara Kandang
Kualitas udara yang baik ditunjukkan dari tingginya kadar oksigen (02) dan rendahnya kadar karbon dioksida (CO2) maupun zat lainnya, seperti ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S).
• Amonia
Amonia merupakan gas alkali dan tidak berwarna. Gas amonia ini dihasilkan dari proses pengomposan (decomposition)
bahan organik atau dari subtansi nitrogen (seperti sisa protein atau
asam urat yang terdapat dalam feses) oleh bakteri ureolitik (Skema 1).
Amonia terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam
cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).
Gas
amonia mempunyai daya iritasi yang tinggi, terutama pada mukosa membran
pada mata dan saluran pernapasan ayam. Terlebih lagi jarak antar
saluran pernapasan ayam dengan feses, sebagai sumber amonia begitu dekat
(< 20 cm). Tingkat kerusakan akibat amonia sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi gas ini. Konsentrasi amonia yang aman dan belum menimbulkan
gangguan pada ayam ialah dibawah 20 ppm (part per million atau 1 : 1
juta). Diluar ambang batas aman ini, akan menimbulkan kerugian pada
ayam, baik berupa kerusakan membran mata dan pernapasan sampai hambatan
pertumbuhan dan penurunan produksi telur (Tabel 1). Selain itu, masih
ada efek simultan lainnya yaitu menjadi lebih mudah terinfeksi bibit
penyakit, terutama yang menginfeksi melalui saluran pernapasan, seperti
ND, AI, IB, CRD. Hal ini tidak lain disebabkan adanya kerusakan membran
saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi
bibit penyakit.
• Hidrogen sulfida (H2S)
Meski
jarang terdengar, hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang
dihasilkan dari penguraian materi organik, seperti feses oleh bakteri
anaerob. Gas ini bisa merusak sistem pernapasan ayam dan menghambat
sistem enzim. Ayam yang menghirup hidrogen sulfida dengan konsentrasi
2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan mengakibatkan frekuensi dan volume
pernapasan menjadi terganggu dan tidak teratur. Dan ayam akan mati saat
menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.
Tabel 1. Pengaruh Kadar Amonia terhadap Kondisi Kesehatan dan Produktivitas Ayam
Keterangan : Semakin (+) semakin parah Sumber : Disease of Poultry 11th, 2003
Faktor Penyebab Peningkatan Pencemaran Udara
Amonia
sebagai pencemar utama kualitas udara akan meningkat apabila “bahan
baku” gas ini tersedia secara melimpah dengan jumlah bakteri ureolitik
yang berkembang secara pesat. Kedua kondisi ini akan mudah tercapai jika
kondisi fesesnya basah atau lembab. Kondisi ini bisa saja dipicu oleh
beberapa faktor, diantaranya :
• Feses yang dikeluarkan ayam basah
Pokok
awal permasalahan peningkatan kadar amonia ialah feses yang dikeluarkan
ayam dalam kondisi basah. Hal ini dapat kita ketahui jika kita
memperhatikan bagian pantat ayam yang cenderung “belepotan” oleh feses.
Dan jika kita perhatikan dari bawah kandang pada saat ayam mengeluarkan
feses akan berbentuk seperti semburan cairan agak kental.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya infeksi saluran pencernaan, baik karena necrotic entritis, koksidiosis, colibacillosis maupun jamur sehingga pencernaan dan penyerapan ransum menjadi terganggu dan feses menjadi basah.
Selain
infeksi, kandungan garam dan protein kasar yang terlalu tinggi dalam
ransum juga dapat menyebabkan feses menjadi basah (diare). Kondisi
tersebut akan mengganggu kerja ginjal dalam membuang asam urat, sehingga
feses pun menjadi lebih basah dan memiliki kandungan asam urat (“bahan
baku” amonia) semakin tinggi.
• Manajemen litter yang kurang optimal
Litter berfungsi membantu penyerapan air yang ada pada feses sehingga lebih cepat kering. Jika kualitas dan kuantitas litter kurang baik maka akan menyebabkan feses basah. Kondisi ini tentu saja akan mendukung terbentuknya amonia. Manajemen litter yang kurang baik, seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan mengakibatkan hal ini.
• Kandang terlalu padat
Semakin tinggi kepadatan ayam, feses yang menumpuk per m2 luasan kandang semakin banyak dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar amonia menjadi lebih tinggi.
• Sistem sirkulasi udara yang terhambat
Sirkulasi
udara yang terganggu karena jarak kandang yang terlalu dekat, kandang
terlalu dekat dengan tebing atau terlalu banyak pepohonan, akan
mengakibatkan pembuangan gas amonia menjadi terhambat. Selain itu bisa
menghambat pengeringan feses oleh aliran angin. Akibatnya kadar amonia
akan lebih cepat meningkat.
Cara Meningkatkan Kualitas Udara
Setelah
kita bisa mengetahui dan menganalisis penyebab meningkatnya kadar
amonia dalam kandang maka langkah selanjutnya ialah mencari solusi untuk
mengatasi faktor penyebat tersebut, yaitu :
• Memberikan obat dan vitamin untuk mengatasi kasus infeksi yang menyebabkan feses basah
Treatment ini dilakukan untuk mengatasi infeksi penyakit, seperti koksidiosis, colibacillosis dll. Obatnya antara lain Coxy, Antikoksi atau Therapy.
Obat ini dapat diberikan 2 x pemberian, yaitu pukul 06:00 – 12:00 dan
12:00 – 18:00. Sedangkan malam hari diberikan air minum plus vitamin (Fortevit, Vita Stress)
atau air minum biasa. Keberhasilan pengobatan ini juga sangat
dipengaruhi oleh ketepatan diagnosa. Jika perlu lakukan uji laboratorium
(Medilab) untuk memastikan diagnosa.
• Kualitas ransum yang sesuai
Dalam hal ini utamanya kadar garam dan protein kasar. Periksa kadar protein kasar dan garam pada laboratorium yang terpercaya (Medilab).
Sesuaikan kadar protein kasar dan garam sesuai dengan kebutuhan ayam.
Selain itu, pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar
kualitas ransum. Bisa saja kualitas ransum ayam sudah sesuai namun
karena feed intake yang berlebihan menyebabkan kadar protein dan garam terlalu berlebih.
• Manajemen litter yang baik
Manajemen litter ini dimulai dari pemilihan bahan litter
yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara
optimal) dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis). Seringkali yang
terlupakan ialah pengaturan ketebalan litter. Setidaknya ketebalan litter pada saat chicks in ialah 8- 12 cm dengan tujuan agar DOC lebih hangat, feses lebih kering dan litter tidak mudah menggumpal. Pada 3 hari setelah chicks in lakukan pembolakbalikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Jika litter
basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat
makan, tempat minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan
yang baru. Namun jika jumlah litter yang menggumpal banyak, alangkah lebih baik jika ditambahkan litter baru.
• Atur kepadatan kandang
Kepadatan kandang ideal per 1 m2 untuk ayam pedaging dewasa ialah 6-8 ekor dan ayam petelur 8-10 ekor. Saat awal (masa brooding) lakukan pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai seluruh kandang ditempati.
• Pengaturan sirkulasi udara
Hal
ini dilakukan dengan memperhatikan manajemen buka tutup tirai,
penggunaan lantai slat (panggung), mengatur jarak kandang dan juga
penambahan blower atau fan (kipas). Yang perlu
diperhatikan ialah angin jangan mengenai tubuh ayam langsung dan
kecepatannya sebaiknya tidak lebih dari 2,5 – 3 m/detik untuk ayam
dewasa atau < 0,3 – 0,6 m/detik.
Udara
berkualitas merupakan kebutuhan vital bagi ayam. Menjaga dan memanage
udara dalam kandang sehingga tetap berkualitas merupakan kunci
pencapaiaan kesehatan dan produktivitas yang optimal.
sumber:infomedion.co.id