Penyakit kolera atau Fowl cholera, bukanlah sebuah kata asing di telinga kita semua. Fowl cholera
merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan adanya radang pada muka,
jengger dan pial. Di Indonesia, penyakit ini dikenal dengan sebutan
kolera unggas atau avian pasteurelosis. Penyakit ini masih sering dijumpai di lapangan. Dari penanganan kasus di lapangan oleh technical service Medion (tahun 2006-2008) menyebutkan bahwa fowl cholera menempati peringkat 10 besar pada ayam layer selama tiga tahun periode terakhir. Fowl cholera
biasanya ditandai dengan adanya morbiditas dan mortalitas berkisar
0-20%, sehingga penyakit ini cukup menyita perhatian para peternak.
Sebenarnya apakah fowl cholera itu dan bagaimanakah penanganannya?
Kejadian penyakit
Distribusi fowl cholera hampir
di seluruh belahan dunia. Kejadian kolera unggas di Indonesia lebih
bersifat sporadik. Penyakit ini lebih sering menyerang ayam umur dewasa
dibandingkan dengan ayam muda. Ledakan penyakit ini sangat erat
hubungannya dengan berbagai faktor pemicu stres seperti fluktuasi cuaca,
kelembaban, pindah kandang, potong paruh, perlakuan vaksinasi yang
tidak benar, transportasi, pergantian pakan yang mendadak serta penyakit
immunosuppressive. Ranking dan umur serangan kolera tahun 2006-2008 tercantum pada tabel 1 dan 2.
Etiologi
Fowl cholera disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida
yang merupakan bakteri gram ( - ), berbentuk ovoid, tidak membentuk
spora, menunjukkan struktur bipoler serta kadang-kadang membentuk kapsul
yang mengelilingi organisme tersebut. Kemampuan P. multocida
sangat tergantung pada kapsul yang megelilingi organisme tersebut. Jika
kapsul itu hilang maka kemampuan virulensinya juga akan menurun. P. multocida bersifat fakultatif anaerob pada suhu 35-37oC.
Bakteri P. multocida ditanam pada plat agar darah (mampu menghemolisa sel darah merah)
Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit fowl cholera
antara lain menurunnya produksi telur, morbiditas dan mortalitas
meningkat, peningkatan biaya pengobatan serta peningkatan FCR. Untuk
menghindari kerugian yang lebih banyak lagi, maka diagnosa yang cepat
dan tepat sangat diperlukan sekali oleh para praktisi lapangan.
Penularan Penyakit
Penularan
penyakit terjadi secara horisontal dimana ayam sehat tertular dengan
ayam sakit melalui peralatan kandang, kotoran hewan maupun oleh
pekerjanya sendiri. Tikus, insekta (terutama lalat) dan burung liar juga
berperan dalam penyebarannya. Bakteri menginfeksi ke dalam jaringan
tubuh melalui saluran pernapasan dan melalui konjungtiva ataupun luka
pada permukaan jaringan. Hampir semua unggas yang sembuh akan bersifat carrier.
Skema penularan kolera
Gejala klinis
Manifestasi
dari gejala klinis bersifat akut, sub akut dan kronis. Setelah terjadi
invasi bibit penyakit ke dalam tubuh, maka ayam akan mengalami bacterimia
(bakteri sudah beredar ke seluruh pembuluh darah) tahap awal. Masa
inkubasi (waktu mulai masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala
klinis) berlangsung selama 4-9 hari dan umumnya menyerang ayam berumur 3
bulan ke atas. Gejala klinik terdiri dari bentuk per akut, akut dan
bentuk kronis.
Gejala bacterimia biasanya ditandai dengan :
- Penurunan nafsu makan
Penurunan
nafsu makan pada awalnya ditandai dengan mundurnya waktu habis pakan
yang berlanjut dengan menurunnya jumlah konsumsi pakan pada ayam.
Apabila ayam menunjukkan penurunan nafsu makan maka peternak harus
curiga terhadap indikasi penyakit tertentu ataukah memang hanya
dikarenakan stres
- Ayam tampak lesu dan mengantuk
Dengan adanya penurunan nafsu makan dan minum maka akan berdampak pada kondisi tubuh yang lemah
- Demam yang ditandai dengan kloaka kering dan peningkatan suhu badan mencapai 2-3oC
- Saat kontrol pada malam hari, terkadang akan terdengar suara ngorok disertai sedikit getaran karena adanya lendir
Sedangkan gejala klinis terbagi menjadi 3 bentuk yaitu :
- Perakut
Pada bentuk perakut, ayam tiba-tiba mati tanpa ditandai adanya gangguan/gejala klinik sebelumnya kejadian ini bersifat eksplosif
- Akut
Gejala
akut kerap kali ditemukan pada beberapa jam sebelum terjadi kematian.
Gejala yang tampak adalah penurunan nafsu makan, bulu mengalami
kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan
berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan frekuensi
pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.
Pial dan jengger membengkak dan berisi masa mengkeju
Kematian
dapat berkisar antara 0-20%. Selain itu, kejadian penyakit ini dapat
menyebabkan penurunan produksi telur dan penurunan berat badan.
Kerugian yang lain adalah meningkatnya biaya pengobatan.
- Kronis
Synovitis yang menyebabkan kelumpuhan ayam
Pada
bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan) dengan virulensi bakteri rendah. Gejala yang
nampak sehubungan dengan adanya infeksi lokal pada pial, sendi kaki,
sayap dan basal otak. Gejala yang terlihat biasanya terjadinya
pembengkakkan pada pial, infeksi pada kaki.
Perubahan Patologi Anatomi
Perubahan patologi anatomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi sesuai derajat keparahannya.
- Akut
Lesi
yang nampak biasanya terkait dengan kerusakan pembuluh darah yang
menyebabkan perdarahan. Perubahan yang terlihat berupa perdarahan ptechiae
pada berbagai organ visceral terutama pada jantung, hati, paru-paru,
lemak jantung maupun lemak abdominal. Selain itu juga sering ditemukan
perdarahan berupa ptechiae dan echimosa pada mukosa usus.
Hal ini disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat aktivitas
endotoksin. Hati akan terlihat membesar dan berwarna belang.
Hati mengalami nekrosis multifokal yang tersebar pada permukaannya
Pada
kasus akut, tidak jarang pula ovarium pada folikel dewasa membubur atau
mengalami perdarahan hemorhagi. Apabila kondisi sudah demikian maka
terjadi penurunan produksi.
- Kronis
Fowl Cholera bentuk kronis biasanya ditandai dengan adanya infeksi lokal yang dapat ditemukan pada persendian tarsometatarsus, bursa sternalis, telapak kaki, rongga peritonium dan oviduk. Selain itu, terkadang juga diikuti oleh infeksi/peradangan di daerah pernapasan.
Diagnosa Banding
Dalam
melakukan diagnosa penyakit, tidak dapat hanya dilihat dari satu gejala
klinis atau satu perubahan patologi anatomi saja karena terdapat
beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis yang hampir mirip. Oleh
karenanya dalam mendiagnosa diperlukan beberapa kumpulan sejarah
penyakit, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Akan lebih
meyakinkan lagi apabila diagnosa didukung dengan pemeriksaan uji
laboratorium.
Adanya perdarahan berupa ptechiae
pada lemak jantung merupakan gejala yang mirip dengan penyakit ND
maupun AI. Kejadian enteritis (radang usus) memiliki banyak kesamaan
penyakit seperti colibacillosis. Adanya gangguan pada pernapasan sering
dikelirukan dengan kejadian CRD maupun korisa.
Perdarahan ptechiae pada lemak jantung
Pengendalian dan Pencegahan
Pepatah mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Hal tersebut juga berlaku pada pencegahan fowl cholera sebelum kerugian material lebih besar lagi. Pencegahan kolera terutama ditujukan untuk menghilangkan sumber dari bakteri P. multocida beserta vektornya untuk mencegah penularan lebih lanjut. Prinsip pencegahan penyakit tersebut adalah :
- Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam
Dalam
mengurangi bibit penyakit yang ada di sekitar ayam maka langkah yang
dapat ditempuh adalah dengan istirahat kandang, sanitasi dan desinfeksi
kandang beserta peralatannya. Istirahat kandang minimal selama 2 minggu
dihitung setelah kandang sudah dalam keadaan bersih dan didesinfeksi.
Istirahat kandang beserta peralatan yang telah di desinfeksi
Dengan
berpegang pada teori bahwa jika bibit penyakit tidak mendapatkan induk
semang (hospes) serta lingkungan yang sesuai maka lama-kelamaan bibit
penyakit tersebut akan mati atau setidaknya kemampuan menginvasi
(menyerang hospes) akan melemah. Di sinilah tujuan istirahat kandang
yang sebenarnya sehingga bibit penyakit dapat ditekan seminimal mungkin.
Selain dengan istirahat kandang, perlu didukung dengan sanitasi dan
desinfeksi secara ketat. Desinfeksi kandang kosong bisa dilakukan dengan
menggunakan Sporades, Formades atau Mediklin. Pada 3 hari sebelum chicks in, lakukan kembali penyemprotan kandang beserta peralatannya baik tempat ransum maupun tempat minum dengan menggunakan Medisep.
- Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
Meskipun
populasi bibit penyakit di lapangan sudah dalam batas minimal, kita
tidak boleh lengah sedikitpun serta tetap harus waspada terhadap
penularan penyakit karena sumber penyakit tersebut dapat datang
sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun tanpa permisi. Untuk mendukung
langkah tersebut maka perlu dilakukan pencegahan kontak antara bibit
penyakit dengan ayam.
Langkah pencegahan tersebut dengan cara :
- Mengatur lalu lintas karyawan, pekerja, tamu, kendaraan, hewan piaraan maupun hewan liar yang bisa menjadi sumber penularan
- Pemeriksaan sumber-sumber air minum karena tidak menutup kemungkinan bibit penyakit masuk melalui air minum. Berikan antiseptik (Antisep, Neo Antisep atau Medisep) minimal 3x seminggu terutama jika saluran air menggunakan pipa pralon panjang
- Penyimpanan pakan dan transportasi ransum harus benar
- Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan insektisida. Lakukan kontrol yang teratur dan terprogram terhadap rodentia yang berkeliaran di kandang. Berdasarkan pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa vektor tersebut merupakan sumber penularan yang cukup tinggi
Tikus dan lalat merupakan vektor penularan fowl cholera
- Meningkatkan daya tahan tubuh ayam
Ketahanan tubuh ayam paling utama ditentukan oleh faktor ransum yang didukung dengan kondisi lingkungannya. Dengan melakukan monitoring
terhadap konsumsi ransum maka secara tidak langsung hal tersebut
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan tubuh ayam. Daya
tahan tubuh ayam akan menjadi lebih baik pada lingkungan dengan kadar
amonia rendah, tidak berdebu, cukup oksigen, temperatur dan kelembaban
sesuai serta tidak over crowded (kepadatan berlebih).
Kandang tidak over crowded dengan ventilasi yang bagus
Dengan demikian maka yang harus diperhatikan adalah suhu dan kelembabannya, ventilasi kandang serta kualitas litter atau sekam.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh maka dapat dilakukan pemberian multivitamin berupa Fortevit maupun Vita Stress
yang dapat diberikan melalui air minum. Selain meningkatkan daya tahan
tubuh, vitamin juga berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan mengatasi
stres, mencegah penyakit akibat kekurangan vitamin serta mampu
memperbaiki efisiensi ransum.
Bagaimana Jika Terjadi Outbreak Fowl Cholera??
Fowl cholera
merupakan penyakit bakterial sehingga dapat diatasi dengan pemberian
antibiotik. Pengobatan dapat dilakukan melalui air minum maupun
suntikan. Pemilihan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit,
jumlah populasi ayam dan umur kejadian penyakit. Untuk kasus ringan maka
dapat diberikan antibiotik yang dapat diaplikasikan melalui air minum
seperti Amoxitin, Proxan-S, Proxan-C atau Coliquin. Sedangkan jika kejadian sudah parah maka pemilihan antibiotik yang diberikan secara suntikan seperti Gentamin, Medoxy LA, Medoxy-L atau Vet Strep.
Pemberian
obat tersebut hendaknya dilakukan sesuai dengan dosis dan aturan pakai
yang tertera pada leaflet atau etiket produk. Obat hendaknya diberikan
secara tuntas meskipun ayam telah menunjukkan tanda-tanda sembuh.
Misalnya, pada aturan pakai Proxan-C tertera dosisnya 1 ml per 2
liter air minum atau 0,1 ml tiap kg berat badan yang diberikan selama
3-5 hari, namun pada 2 hari pemberian obat ayam sudah menunjukkan
kesembuhan. Meskipun demikian, pemberian Proxan-C hendaknya tetap
dituntaskan sampai hari ke-3 atau ke-5 pengobatan. Tujuannya agar
bakteri kolera benar-benar telah terbasmi. Jika lama pengobatan
diperpendek dapat memicu terjadinya resistensi obat. Resistensi juga
dapat dipicu karena dosis pemberian obat yang lebih sedikit dibandingkan
dosis yang direkomendasikan. Oleh karena itu, saat pemberian obat perlu
dipastikan dosis dan lama pemberiannya. Selain itu, kualitas air juga
perlu diperhatikan, baik tingkat keasaman (pH) maupun kesadahan
(kandungan ion Ca2+, Mg2+ dan Al3+).
Untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri P. multocida juga dapat dilakukan dengan rolling (pergantian) antibiotik. Rolling antibiotik sebaiknya dilakukan setiap 3-4 periode pemberian. Rolling
obat kolera ini tidak dimaksudkan pergantian merk obat yang digunakan,
namun lebih kearah pergantian golongan antibiotik dalam obat. Contoh rolling
pemberian antibiotik untuk mengatasi kasus kolera tertera pada tabel 3.
Hal yang perlu kita cermati ialah rolling antibiotik ini tidak hanya
dilakukan untuk menggantikan golongan antibiotik yang lama dengan
antibiotik golongan terbaru, namun juga berlaku untuk sebaliknya.
Mungkin saat ini golongan antibiotik yang banyak digunakan dan dipercaya
ialah dari golongan floroquinolon. Namun jika terjadi resistensi pada
golongan antibiotik ini bisa diganti (di-rolling) dengan antibiotik golongan lainnya, seperti golongan tetrasiklin.
Pengobatan suatu penyakit tidak akan berhasil optimal tanpa didukung biosecurity
dan managemen pemeliharaan yang bagus. Segera ambil ayam yang sudah
mati dari kandang karena ayam mati juga merupakan sumber penularan ayam
yang tinggi. Jika perlu amati titik-titik kritis (sejarah kasus) dimana
sering terjadi insiden fowl cholera sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat diberikan antibiotik untuk pencegahan sedini mungkin.
Pemberian vitamin, seperti yang terkandung dalam Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong juga akan membantu mempercepat proses kesembuhan (recovery).
Vitamin akan membantu proses metabolisme dalam tubuh ayam berlangsung
secara optimal sehingga stamina tubuh optimal dan proses kesembuhan
menjadi lebih cepat.
Penyemprotan
desinfektan maupun penambahan desinfektan pada air minum juga dapat
dilakukan untuk menekan penyebaran bakteri kolera. Desinfektan yang
dapat digunakan antara lain Antisep, Neo Antisep atau Medisep.
Hanya saja perlu kita perhatikan pada saat kita menambahkan desinfektan
tersebut pada air minum jangan memberikan vitamin atau obat yang
dilarutkan pada air minum karena dapat menurunkan atau merusak daya
kerja obat dan vitamin tersebut.
Serangan
kolera dapat mengakibatkan kematian mencapai 20% dan penurunan
produktivitas. Oleh karena itu kolera perlu dikendalikan dengan baik.
(sumber: info medion.co.id)