Selasa, 20 Mei 2014

Berbagai macam penyakit yang sering mengunjungi kandang

Berbagai macam penyakit yang sering mengunjungi kandang
Berbagai macam penyakit yang sering mengunjungi kandang - Berternak ayam untuk produksi akan menguntungkan bila tidak diganggu oleh permainan harga jual beli, lingkungan yang ekstrim, dan atau satu lagi yaitu munculnya penyakit ayam. Yang terakhir ini peternak tidak saja memerlukan dokter hewan dan ahli peternakan, tetapi juga segala je­nis obat, vaksin, suplemen, imunomodulator, serta tidak lupa narasumber yang punya kemampuan membaca masa depan penyakit ayam.
Untuk menggampangkan prediksi, penyakit ayam dikelompokan jadi tiga: yang infeksius ditularkan oleh mikroba/parasit seperti ND, CRD, dan Cocci. Ada pula yang tidak menular seperti gangguan produksi oleh perubahan pada pakan, keracunan mycotoxin, pemanas tidak optimal; dan kelompok penyakit tersering muncul adalah gabungan kedua diatas, se­perti penyakit infeksius CRD dapat timbul karena dipicu oleh gangguan faktor manajemen pemeliharaan (mis-manajemen).

Untuk prediksi penyakit dua kelompok terakhir, amat bergantung pada kelihaian dinamika manajemen pemeliharaan dan stabilnya mutu pakan. Jadi bila tahun ini produksi terganggu dan faktor mis-manajemen sudah dipecahkan maka penyakit yang sama tidak perlu terjadi di tahun depan. Manajer peternakan mesti mempelajari kembali (evaluasi) laporan akhir dari flok ayam kandang yang telah kosong, sebelum mempersiapkan kedatangan flok baru di kandang yang sama.

Dalam mengantisipasi munculnya penyakit infeksius, perbaikan-perbaikan manajemen pemeliharaan serta mutu pakan saja tidak cukup, karena sumber penyakit (bakteri, virus, jamur, parasit) harus diketahui berasal dari mana. Dengan mengetahui asalnya, diketahui pula jalan masuk bibit penyakit/rantai biosecurity mana yang jebol, barulah perbaikan-perbaikan bisa dilakukan. Dengan demikian untuk tahun mendatang manajer peternakan dapat membuat prediksi bahwa penyakit ayam yang sama tersebut tidak akan datang.

Dibawah ini adalah kumpulan penyakit ayam infeksius yang masih dapat mengunjungi kandang peternak tahun ini dan tahun-tahun mendatang, dengan frekuensi yang berbeda-beda di tiap lokasi/ daerah.

Penyakit yang selalu berulang ada setiap tahun di kandang-kandang produksi adalah CRD (peternak bilang kena Ngorok), akibat ulah infeksi bakteri Mycoplasma dan E. coli. Kalau umur dibawah 2 minggu sudah kena ngorok, umumnya Mycoplasma bawaan dari indukan dan E. coli sejak dari penetasan.

Indikator CRD dibawah 2 minggu adalah meningkatnya kasus omphalitis, infeksi yolk sac dan pantat cepel di umur minggu pertama. CRD muncul di minggu 3-4 sering dipicu (didahului) oleh stress pasca vaksinasi dengan virus live, kadar ammonia dan kepadatan kandang yang tinggi atau saat ayam sedang menderita kondisi imunosupresi.

Ayam kena CRD saat dalam kondisi imunosupresi dapat berakibat muka/ kepala membengkak oleh ada­nya infeksi sekunder Avian pneumovirus (Swollen Head Syndrome).

Penyakit mycoplasmosis yang lain sering terlihat sebagai arthritis dan synovitis di hock joint dan sendi-sendi jari kaki. Pada ayam dara dan layer baik jenis broiler maupun layer, mycoplasma yang dominan adalah M. synoviae (MS). Disaat bertelur, MS menimbulkan kerabang telor menjadi pucat dan benjol (dan tipis) pada ujung lancipnya. Sama seperti M. gallisepticum (CRD), bakteri ini dapat ditularkan secara vertikal dan horizontal.

Reoviral tenosynovitis oleh infeksi Reovirus menimbulkan synovitis tendo flexor diatas hock joint. Penyakit ini lebih memilah breed broiler baik breeder maupun komersial. Ayam pincang, sulit ambil pakan, kerdil atau tidak bisa kawin. Virus Reo menular dapat vertikal dan horizontal, selain itu mereka menimbulkan kondisi imunosupresi bagi penderitanya.

Penyakit Aspergillosis organ respirasi anak ayam (Brooder pneumonia) hanya kadang-kadang terlihat pada ayam umur dibawah 2 minggu pertama. Kondisi jarang ditemukannya kasus aspergillosis itu dimungkinkan oleh diberlakukannya bio­security dan fumigasi mesin tetas yang ketat di hatchery. Kapang Aspergillus fumigatus merupakan kontaminan kerabang telor, dapat menjadi penyakit bawaan bagi DOC.

Gumboro penyakit viral oleh infeksi virus IBD, juga sebagai penyakit ayam yang muncul dari tahun ke tahun. Gumboro oleh infeksi virus lapang ganas sebagai penyakit akut yang dapat mematikan (terutama pada layer) sudah jarang terdengar karena program vaksinasi yang ketat. Tetapi Gumboro yang imunosupresi, terutama bila kena pada ayam umur dibawah 3 minggu masih sering terjadi.

Virus Gumboro lapang sulit hilang dari kandang dan sumber virus Gumboro adalah insek kumbang “franky”. Manifestasi klinis oleh virus Gumboro tersebut sebagai kasus munculnya infeksi sekunder  seperti penyakit ND viscerotropik, Coccidiosis, Necrotik enteritis (NE), CRD, atau bahkan HPAI.

Penyakit ND viserotropik oleh virus ND (Newcastle disease) velogenik yang di Asia/Indonesia masuk dalam kelompok geno-7 menghantui dunia peternakan ayam sejak dulu (sebelum tehnik pemeriksaan virus berdasarkan genetik ditemukan) sampai kini; penulis meyakini juga tahun-tahun mendatang ND akan masih mudah ditemukan. Popularitas ND sebagai penyakit mematikan meskipun telah menggunakan program vaksinasi, membuat vaksin NDV asal dalam dan luar negeri selalu laris dipasaran.

Sejak 2003 popularitas penyakit ND agak berkurang oleh munculnya wabah HPAI H5N1, tetapi frekuen­si munculnya ND tiap tahun tidak berkurang. Kerugian peternak tidak hanya dari kematian tetapi juga deplesi oleh afkir karena infeksi NDV viserotropik yang velogenik ini me­nimbulkan gejala syarap/teleng karena tidak bisa makan dengan normal, sehingga menjadi kurus, tidak bisa kawin/bertelur.

Coccidiosis adalah penyakit parasitik pada ayam oleh infeksi beberapa jenis Eimeria di bagian dalam dinding usus halus maupun usus besar. Penyakit yang menimbulkan enteritis ini muncul apabila coccidiostat (anti coccidia) pakan kurang dosisnya, atau nafsu makan ayam turun dan juga ayam sedang sakit ditambah alas kandangnya basah. Enteritis oleh coccidia yang amat ringan sekalipun dapat menimbulkan kondisi kekerdilan.

Komplikasi lainnya dari coccidi­osis usus adalah timbulnya NE (Necrotic enteritis) oleh infeksi secondary bakteri Clostridium perfringens; ayam akan mati oleh biakan kuman Clostridium yang memproduksi toxin yang sistemik.

Penyakit ayam oleh infeksi HPAI (highly pathogenic avian influenza) H5N1 yang mematikan masih didapatkan pada tahun ini dan demikian juga tahun-2 dimuka, meskipun lebih sedikit dari tahun-2 sebelumnya baik dari jumlah kasus maupun kerugiannya. Hal ini dimungkinkan oleh telah digunakannya vaksin inaktiv dengan seed HPAI H5N1 secara berulang-ulang, dan juga gejala klinis menjadi tidak spesifik seperti sebelumnya. Di­laporkan November ini (2012), Australia menghadapi AI dengan serotype H7, yang berdampak pada distopnya ekspor ayam dan telur oleh negara importir, padahal penanganannya sudah langsung de­ngan stamping out.

Penyakit ayam oleh infeksi virus yang masih tergolong sering ditemukan adalah Marek. Virus Marek hidup dalam debu bulu (dandruf) akan terhi­rup pernafasan ayam yang peka (tidak memiliki kekebalan cukup), virus berbiak di paru dan menyebar sistemik. Virus Marek yang amat ganas menyukai syarap kaki, sayap, pencernakan, dan otak, sehingga pada ayam dara menimbulkan gejala kelumpuhan, tremor dan yang parah sampai teleng-teleng.

Di saat periode bertelur sering dijumpai pembentukan tumor Marek di hati, limpa, ginjal dan ovary. Selain itu penyakit Marek menimbulkan kondisi imunsupresi sehingga yang menonjol adalah gejala klinis akibat penyakit infeksi sekunder. Di Indonesia vaksinasi Marek diberlakukan pada DOC breeder dan layer betina. Ayam broi­ler komersial dan jantan layer tidak divaksin Marek, demikian pula beberapa jenis ayam kampung yang dipelihara dikandangkan sebagai ayam produksi. Dengan demikian mere­ka peka kena Marek yang berakibat gangguan pertumbuhan.

Penyakit infeksi IB (Infectious Bronchitis) pada ayam oleh infeksi virus IB yang termasuk dalam coronavirus. IB di tahun 2010-2011 menghebohkan peternak produksi telur dan DOC oleh serangan virus lapang jenis baru/variant. Tentu saja karena memiliki perbedaan dengan virus IB lokal maka program vaksinasi biasa kurang dapat menghambat gejala klinis akibat infeksi oleh IB variant ini. Kerugian peternak terutama oleh kerusakan organ reproduksi betina seperti ovary dan saluran  telur, sehingga ayam tidak bertelur, banyak krabang yang tipis, retak, keriput, dan pucat.

Selain itu sering dijumpai hydrosalping (oviduct tipis berisi cairan), sehingga betina tersebut jalannya mirip burung pinguin. Berbagai variasi vaksin IB digunakan tetapi tidak terlalu menolong kerugian peternak. Di akhir 2012 kemungkinan telah banyak ayam produksi yang terinfeksi virus IB variant dan telah menstimuli timbulnya kekebalan sehingga kasusnya menurun. Akan sangat mungkin di tahun berikut virus variant tersebut menjadi virus IB lapang lokal dengan tingkat keganasan yang kurang merugikan.

Penyakit Infectious Coryza (Snot) pada layer oleh infeksi bakteri Haemophilus paragallinarum mudah dikendalikan dengan program 2x vaksinasi. Hanya bila peternak memiliki kandang-kandang yang ’multi ages’ terlalu berdekatan, maka Snot masih bisa timbul. Snot juga mudah timbul saat memasukan ayam pendatang baru (ayam dara dari kandang grower/ baru beli dari luar).

Pox kulit sebagai penyakit dipandang tidak merugikan, sehingga meskipun peternak melihatnya, tidak dipandang sebagai musuh. Vaksinasi 1x seumur ayam layer sudah dirasa cukup. Jangan lupa pada kondisi imunsupresi (Gumboro, Marek, Aflatoksikosis), pox kulit bisa menjadi pox basah/diphtheritic pox yang menyerang rongga mulut dan fatal  karena menyumbat pernafasan. Beberapa vaksin rekombinan yang ”nebeng” pada virus pox bisa berkurang potensinya gara-gara ayamnya sudah punya kekebalan terhadap pox.

Penyakit kecacingan cacing pita dan ascariasis masih mudah ditemukan pada layer. Diagnosa dengan bedah bangkai dan membuka usus halus ayam sample. Keberadaan cacing dewasa jelas mengganggu produksi dan menjadi indikator kapan harus diberi anthelmentica serta insektisida (anti vektor kecacingan).

Sumber : http://www.majalahinfovet.com

Empat hal yang menjadi penyebab kekerdilan pada ayam

Empat hal yang menjadi penyebab kekerdilan pada ayam
Empat hal yang menjadi penyebab kekerdilan pada ayam - Drh Setyono Al Yoyok yang berpengalaman sekitar 20 tahun pada bisnis peternakan di Jawa dan luar Jawa mengungkap bahwa masalah ayam kerdil dapat disebabkan oleh 4 (empat perkara).

Pertama, bibit ayam berasal dari telur ayam parent stock produksi di bawah umur 25 minggu. Yang bagus, usia parent stock ini seharusnya di atas 25 minggu, yang alat produksinya sudah matang dan selanjutnya telur tetas hasilnya bisa dimasukkan hatchery atau penetasan. Sebaliknya telur dari indukan di bawah 25 minggu ini berkualitas kurang dan beresiko kasus kekerdilan tinggi.

Kedua, masuknya virus Reo mengakibatkan ayam kerdil.

Ketiga, kasus malnutrisi, oleh karena kualitas pakan yang tidak sesuai dengan umur ayam.

Keempat, kekerdilan terjadi karena proses brooding atau pemanasan pengindukan buatan yang salah. Akibatnya energi yang dihasilkan dengan konsumsi pakan untuk pertumbuhan beralih digunakan untuk mengatasi stres, seperti stres dingin!

Menurut Drh Yoyok, besaran kasus ayam kerdil ini antara 10-20 persen. Karena faktornya virus Reo maka kegagalan vaksinasi beresiko besar virus Reo masuk!

Dari intilah, peternakan plasma macam di atas tadi mendapat pasokan DOC. Tentu DOC ini terkait dengan pembibitan peternakan inti. Diungkap Drh Yoyok, DOC ini ada yang kecil, dan DOC yang kecil ada dua macam, yaitu DOC kecil yang loyo, dan DOC kecil yang lincah. Menurutnya, DOC kecil yang lincah masih bisa dipelihara. Sebaliknya DOC yang loyo harus diafkir.

Untuk mencegah adanya DOC yang bermasalah ini, katanya, “Dikaitkan dengan faktor hiegenitas dan sterilitas, maka sumber DOC yaitu hatchery atau penetasan harus terjaga biosecuritynya terhadap penyakit supaya tidak masuk.”

Menurutnya selain virus Reo, virus yang dapat menyebabkan kekerdilan di antaranya adalah virus Mareks. Penyakit ini pun bersumber dari indukan yang terdapat pada pembibitan. Namun sudah tentu pembibitan setidaknya melakukan hal yang terbaik pada peternakan pembibitannya. Wajar pembibitan melakukan dan mengaku diterapkannya standar terbaik.

Kalau kenyataannya di lapangan ada kiriman DOC bermasalah (kerdil), di sisi peternak yang menerima kiriman DOC, tidak ada jalan lain. “Kalau menerima DOC (mau tak mau, red), kita terima saja. Tapi kita punya cara,” kata Drh Yoyok. Cara itulah yang berdasar pengalamannya diterapkan pada peternakan.

Cara yang diterapkan berdasar pengalamannya, di antaranya adalah complain pada pembibitan. Ada pembibitan yang no complain. Bisa juga banyak prosedur atau aturannya. Ujung-ujungnya breeding tidak mau tahu kondisi di peternakan.

Namun ada juga breeding yang bagus servisnya. Berapapun jumlah bibit yang kerdil atau buruk akan diganti sampai umur sekian (sekitar 1-2 minggu).

Berkebalikan dengan DOC bagus, DOC yang tidak bagus diberi asupan apa-apa juga di-support dengan pakan bagus pun tidak akan signifikan bisa memperbaiki tubuh. Oleh sebab itu,  Drh Yoyok berkiat kalau kedapatan ayam kerdil lebih baik langsung diafkir dan yang dipelihara hanya DOC yang bagus guna efisiensi.

Semua itu menurutnya harus diantisipasi sejak dari masa parent stock. Sekali lagi, tegasnya, “Indukannya harus dari ayam berumur lebih dari 25 minggu, diperhatikan proses kebersihan hatchery, vaksinasi, dan selanjutnya lari ke pembesaran, budidayanya. Kebersihan kandang, kualitas litter dan sebagainya harus ketat.”

Dengan contoh kasus pada peternakan di Lamongan tadi, biaya pakan sendiri secara umum, besarannya 70 persen dari seluruh biaya produksi. Biaya untuk obat sebesar 10-20 persen dan paling tinggi 25 persen. Menurut Drh Yoyok, program vaksinasi Reo setidaknya akan memakan 2,5-5 persen dari 25 persen tersebut dilihat dari produksi peternakan. 

Sumber : http://www.majalahinfovet.com

Mengetahui proses pembuahan pada telur ayam

Mengetahui proses pembuahan pada telur ayam
Mengetahui proses pembuahan pada telur ayam. Bertelur merupakan cara alamiah ayam untuk memperbanyak keturunannya. Ayam betina rata-rata dapat menghasilkan sebutir telur setiap pagi,dan jumlah telur yang sudah dibuahi dapat mencapai 15 butir, tergantung. Ayam betina akan mengerami telurnya setelah telur terakhir keluar dari badannya.

Semakin baik kualitas telur, semakin besar prosentase penetasannya. Baiknya kualitas telur ditentukan oleh pakan ayam betina semasa proses bertelur, dan masa masa pertumbuhan ayam betina sejak DOC. Maka pakan dan perawatan ayam betina amat menentukan kualitas telurnya. Semakin baik pakan dan perawatannya, semakin baik pula mutu telurnya. 
Dibuahi ataupun tidak ayam betina akan tetap bertelur. Bedanya, telur yang tidak dibuahi tidak akan menetas walaupun dierami, maka dikatakan telur infertile (telur yang tidak subur). Telur yang dibuahi dinamakan telur fertile. Lalu bagaimanakah proses pembuahan itu terjadi?

Kuning telur dibentuk dalam tubuh oleh sistem perkembangbiakan ayam betina sewaktu sedang birahi dan siap untuk dikawini ayam jantan yang sedang dalam ‘peranakan’, sekelompok kuning telur yang bentuknya seperti sekelompok buah anggur ini dimasuki oleh sel telur betina (ovum), tepat berada di tengah-tengahnya.

Karenanya, agar terjadi pembuahan dibutuhkan seljantan (sperma) yang kuat yang dapat menerobos masuk ke dalam kuning telur sehingga dapat bersatu dengan ovum. Pembuahan terjadi di bagian atas‘peranakan’.

Proses selanjutnya adalah dilapisinya kuning telur ini oleh lapisan yangterbuat dari zat fosfoprotein (vitellin), yang berfungsi sebagai bagian pengaman pertama pada pembuahan. Pada saat ini dibentuk pula semacam tambang penyimbang, yang biasa disebut chalaza, agar kuning telur dapat tepat berada di tengah-tengah lapisan putih telur.

Tambang ini berada tepat di bagian ujung atas dan ujung bawah bulatan kuning telur.Kuning telur lalu turun ke bagian tengah ‘peranakan’. Di sini dua kali lagikuning telur dilapisi zat putih telur yang berfungsi sebagai penahan guncangan.Setelah itu, kuning dan putih telur turun ke bagian bawah ’peranakan’ untuk dilapisi dengan kulit ari dan zat kapur yang terlihat sebagai kulit telur.

Pada proses akhir ini, kulit ari akan membentuk kantung udara, zat kapur akan semakinmengeras, dan keluar melalui dubur ayam betina. Kantung udara itu sendiri berisi udara yang berhasil menerobos masuk ke dalam telur melewati ribuan pori-poriyang terdapat di kulit telur.

Udara di kantung ini digunakan embrio untuk bernafas.Seluruh proses ini terjadi dalam waktu 24-26 jam. Itulah sebabnya, ayambetina (sebagus apa pun kualitasnya) hanya dapat bertelur sebutir setiap pagi.

Komposisi TelurTelur pada umumnya memiliki berat sekitar 50-57 gram per butirnya, yangterdiri dari 11% bagian kulit telur, 58% bagian putih telur, dan 31% bagian kuningtelur. Komposisi zat yang tergantung di dalam setiap telur dapat dihitung bahwa kandungan protein yang terdapatpada setiap butir telur adalah sekitar 7 gram.

Sumber : http://www.majalahinfovet.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...