Tampilkan postingan dengan label Hama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hama. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Januari 2013

Tentang kutu ayam (gurem) yang sering menyerang ayam petelur

Tentang kutu ayam (gurem) yang sering menyerang ayam petelur
Tanpa disadari bahwa kutu pada ayam petelur sangat mengganggu aktifitas ayam petelur setiap hari. Adanya kutu ini akan menyebabkan ayam menjadi tidak nyaman.

A. Tentang Kutu / Gurem di Ayam petelur
Tanpa disadari bahwa kutu pada ayam petelur sangat mengganggu aktifitas ayam petelur setiap hari. Adanya kutu ini akan menyebabkan ayam menjadi tidak nyaman.

Saat Anda masuk ke kandang ayam petelur, silahkan perhatikan, bila ayam petelur menggaruk-garuk dengan kepala ke bagian sayap atau tubuhnya, maka hampir pasti banyak kutu di ayam tersebut. Ambillah ayam tersebut dan silahkan cek di sekitar kloaka, maka akan terlihat kutu/gurem berwarna putih yang sangat kecil di antara kulit dan bulu ekornya.

B. Akibat Kutu/Gurem pada Ayam Petelur
Dampak langsung yang ditimbulkan oleh kutu ini adalah ayam menjadi tidak nyaman dan tidak “konsentrasi” untuk produktifitas. Akibatnya prosentase produksi telur bisa 3-5% di bawah standart setiap hari selama ayam masih belum diobati.

Selisih 3-5% HD ini dapat dihitung sebagai nilai potensi pendapatan yang akhirnya hilang. Anggapkah selisih hanya 3% dan terjadi selama 20 minggu (karena saran pembasmian kutu dilakukan interval 20 minggu), maka potensi pendapatan Anda yang hilang sebesar Rp.2.500,-/ekor. Coba bayangkan bila Anda memiliki ayam sebanyak 500.000 ekor maka potensi pendapatan yang hilang akibat kutu pada ayam adalah sebesar Rp.1.250.000.000,- (satu koma dua milyar rupiah) selama 20 minggu.

C. Bagaimana Menghitung Potensi Kerugian Akibat Kutu ?
Beberapa data menunjukkan bahwa kutu pada ayam petelur dapat menghambat 3% HD dari performance STD-nya. Misal, harusnya produksi 93% tetapi hanya tercapai 90%. Nah selisih 3% HD tersebut dapat kita hitung selama 20 minggu umur produksi dengan asumsi berat telur 60gr/butir. Pertanyaannya adalah, mana lebih besar antara biaya pengobatan kutu dengan potensi kehilangan produksi ?

Perhitungan dilakukan melalui rumus Egg Mass alias kg/1000 ekor/hari x 7 hari x 20 minggu x harga telur:
  • 3% HD x 60gr/butir = 1,8 kg/1000 ekor = 1,8 gr/ekor
  • 1,8 gr x 7hr x 20mg = 252gr alias 0,25 kg telur hilang/ekor ayam.
  • Asumsi terendah harga telur Rp. 10.000,-/kg,
  • Maka 0,25 kg x Rp. 10.000,- = Rp. 2.500,-
Jadi potensi pendapatan peternak akan hilang sebesar Rp. 2500,-/ekor tiap 20 minggu bila ayam kena kutu. Padahal biaya pengobatan kutu anggap maksimal hanya Rp. 500,-/ekor tiap 20 minggu. Nah, mana yang akan Anda pilih ??

D. Cara Pengobatan Tradisional Saat ini
Pengobatan kutu/gurem sejauh ini dilakukan dengan cara manual (tradisional) melalui penyemprotan atau pencelupan ayam menggunakan campuran larutan yang terdiri dari air + deterjen + (sevin/antipar) + belerang halus.

Cara tersebut dirasakan cukup merepotkan dan membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Selain itu sulitnya mendapatkan bubuk belerang membuat kita menjadi malas untuk melakukan pengobatan. Akibatnya tidak jarang para peternak tidak melakukan “semprot kutu” sehingga akhirnya ayam petelur “berkutu”.

E. Cara Pengobatan Terbaru (Modern)
Kini, dengan penemuan obat anti kutu yang dapat dilakukan melalui air minum, maka pengobatan kutu/gurem sangat mudah dilakukan. Kita tinggal menyediakan bahan, menghitung kebutuhan bahan dan kebutuhan air maka tindakan pengobatan sangat mudah dilakukan. Pengobatan ini dilakukan dengan obat yang kandungan zat aktifnya adalah “ivermectin”.

Ivermectin ini dikenal luas telah digunakan pada hewan ruminansia/non ruminansia besar untuk membasmi kutu melalui injeksi. Kini, ivermectin dapat diaplikasikan juga untuk ayam petelur melalui air minum.

F. Petunjuk Teknis Pengobatan
Petunjuk teknis aplikasi pengobatan tiap 2500 ekor ayam petelur berat badan 2kg/ekor dengan konsumsi pakan 120gr/ekor, asumsi konsumsi air 2,5 x dari konsumsi pakan :
  • Hitung jumlah populasi ayam yang akan diobati, contoh 2500 ekor
  • Hitung berat badan ayam yang akan diobati dengan cara populasi dikali berat rata-rata per ekor. Contoh : 2500ekor x 2kg/ekor = 5000 kg ayam.
  • Hasil perhitungan no.2 dibagi dengan 25kg berat badan tiap 1 mL sehingga akan didapatkan total obat yang dibutuhkan.(Diketahui bahwa dosis ivermectin adalah 0,4mg/kg berat badan sedangkan obat kutu mengandung Ivermectin 10mg/mL obat). Contoh : 5000 kg ayam / 25 kg/mL = 200 mL obat kutu. (2 botol kecil obat kutu ber isi 100mL/botol).
  • Hitung jumlah air yang dibutuhkan. Contoh : 2500 ekor x 120gr/ekor x 2,5 x 3 jam / 12 jam = 187,5 Liter air atau digenapkan menjadi 200 Liter air.
G. Kesimpulan
Kini dengan cara yang praktis dan mudah, kita dapat melakukan pembasmian kutu sekaligus cacing gelang di ayam petelur dengan biaya yang cukup murah. Sopyan Haris. Sastrawan Perunggasan, kini tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur.

(sumber: poultryindonesia.com)

Selasa, 29 Januari 2013

Insektisida, obat ampuh untuk membasmi hama kutu pada ayam

Insektisida, obat ampuh untuk membasmi hama kutu pada ayam
Insektisida adalah racun pembunuh serangga. Racun ini digunakan untuk membasmi serangga terutama serangga yang mengganggu tanaman. Namun demikian, penulis menggunakan insektisida ini untuk membasmi kutu ayam. Sebenarnya dalam panduan penggunaan insektisida ini hanya untuk membasmi serangga yang menyerang hama tanaman.

Pada umumnya ayam yang saya pelihara terserang hama kutu ayam terutama pada saat ayam mengerami telurnya. Kutu-kutu ini akan terus berkembang hingga telur yang dierami induknya menetas. Kadang-kadang telur yang dierami menetas semuanya dan kadang pula hanya sebagian. Walaupun telur banyak menetas (menetas semuanya) tetapi tidak semua anak ayam hidup bahkan mati semuanya akibat penyakit kutu ayam ini. Kadang dari 12 ekor anak ayam yang menetas hanya 2 sampai 4 ekor saja yang hidup bahkan hanya 1 ekor. Saya juga kebingungan bagaimana caranya menghindari ancaman kutu ayam ini.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah membersihkan tempat di mana ayam bertelur. Kemudian membakar bekas tempat ayam mengeram jika telur sudah menetas. Cara ini juga dapat membantu tetapi tidak dapat menghindarkan ayam dari serangan hama kutu ayam sebab hama ini selalu ada.

Karena cara di atas tidak cukup ampuh, akhirnya saya mencari insektisida yang dapat membasmi kutu ayam ini. Saya membeli insektisida serbuk dengan harga Rp 9.000 dengan berat 100 gram. Pada saat penggunaan insektisida ini dilarutkan dalam air dan disimpan ke dalam alat penyemprot. Ada pun cara yang saya lakukan dengan menggunakan insektisida dalam membasmi penyakit kutu ayam adalah sebagai berikut:
  1. Tempat bertelurnya ayam dilakukan penyemprotan 2 bulan sekali
  2. Saat ayam mengerami telurnya, telur ayam ini disemprot dengan insektisida bersamaan tempat telur tersebut.
  3. Anak ayam yang telah menetas disemprot lagi dengan insektisida
  4. Tempat di mana anak ayam dan induknya hinggap (tidur) pada malam hari disemprot lagi dengan insektisida.
Cara di atas sangat membantu penulis sebab dengan perlakuan ini tingkat anak ayam yang hidup antara 90 – 100%. Percobaan yang saya lakukan, dari 11 ekor anak ayam, yang hidup adalah 9 ekor. Matinya anak ayam yang lainnya tidak disebabkan oleh kutu ataupun efek dari insektisida ini melainkan disebabkan oleh binatang buas lainnya seperti biawak, anjing, musang dan burung elang. Selain menggunakan insektisida untuk membasmi hama ayam, penulis juga menggunakannya untuk memberantas kutu busuk, kecoa dan serangga lainnya.

Apabila Anda menggunakan cara seperti yang dilakukan penulis, hendaknya Anda melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Jauhkan pestisida dari jangkauan anak-anak, makanan dan minuman.
  2. Jangan menggunakan insektisida sebagai tuba untuk menangkap ikan
  3. Jangan merendam anak ayam di dalam larutan insektisida sebab dapat menyebabkan anak ayam keracunan
  4. Cucilah tangan dan wadah setelah menggunakan insektisida
  5. Hal-hal lain yang dapat anda lakukan adalah memperhatikan dan membaca baik-baik panduan dan larangan yang tertera pada insektisida, dan lain-lain.
    (sumber: naskah.net)

Jumat, 12 Oktober 2012

Cara Menegendalikan serangan lalat

Cara Menegendalikan serangan lalat
Di sebuah peternakan, seperti telah menjadi sebuah tradisi, suatu saat bahkan setiap saat dapat ditemukan sekawanan lalat, terlebih lagi saat musim penghujan. Kadang kala keberadaan lalat diabaikan oleh peternak, namun suatu saat adanya lalat ini membuat peternak pusing dan kebingungan mengusir maupun mengatasinya. Bahkan belakangan ini, keberadaan lalat telah berhasil memberikan “kesan dan pesan” tersendiri.

Lalat sejenis serangga yang selalu dan sering kali kita temukan berterbangan di dalam kandang. Kita telah tahu bahwa lalat bukan penyebab penyakit pada ayam karena tidak ada “penyakit lalat” (seperti penyakit Gumboro yang disebabkan oleh virus Gumboro). Oleh karenanya kita sering mengabaikan keberadaan lalat ini. Tapi, benarkan lalat tidak perlu memperoleh “hati’ kita (peternak, red.)? Sudah benarkah kita mengabaikannya?

Mengenal Lalat

Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.

Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.

Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.

Beberapa jenis lalat dapat menyerang suatu peternakan. Namun 95% jenis lalat yang sering ditemukan dipeternakan ialah lalat rumah (Musca domestica) dan little house fly (Fanny canicularis). Jenis lalat lainnya seperti lalat buah (Lucilia sp.), lalat sampah berwana hitam (Ophyra aenescens) maupun lalat pejuang (soldier flies) juga sering mengganggu lingkungan peternakan.

Siklus Hidup Lalat
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.

gambar siklus hidup lalat
Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018 ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman tersendiri.


Keberadaan Lalat, Berbahaya?

Pernahkah kita mendengar ada penyakit lalat, seperti halnya penyakit Newcastle disease (ND) yang menyerang ayam? Tentu belum pernah. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit. Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus, bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian menulari/menginfeksi ayam. Terlebih lagi kita tahu dan tak jarang menemukan lalat sedang hinggap di ransum ayam.

Dari beberapa literatur juga disebutkan setiap kali lalat hinggap disuatu tempat, maka + 125.000 bibit penyakit dijatuhkan pada lokasi tersebut (wikimedia, 2007). Sungguh mengerikan! Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD (2005) peneliti di fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan jika seekor lalat yang memiliki berat 20 mg mampu membawa bibit penyakit (virus) sebanyak 10% dari berat badannya, yaitu 2 mg maka lalat tersebut dapat menulari 2.000 ekor ayam. Hal ini disebabkan setiap 1 gram virus dapat menginfeksi satu juta ekor ayam.

Prof. Drh. Hastari Wuryastuty, M.Sc, PhD bersama dengan suaminya, yaitu Prof. Drh. R Wasito, M.Sc, PhD seorang ahli penyakit hewan di fakultas yang sama telah melakukan penelitian peranan lalat terhadap penularan penyakit avian influenza (AI). Dari sampel lalat beku yang telah dikumpulkannya, diperoleh data bahwa lalat yang berasal dari Makasar dan Karanganyar telah dinyatakan positif mengandung virus AI. Penelitian tersebut saat ini masih berlanjut, untuk mengetahui secara pasti pada posisi manakah peranan lalat tersebut dalam penularan AI. Apakah lalat berperan sebagai vektor mekanik atau vektor biologik? Kita tunggu hasil penelitian berikutnya.

Larva dan lalat dewasa juga menjadi hospes intermediet atau inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh ayam sehingga ayam dapat terserang cacing pita tersebut. Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Lalat yang hinggap di feses atau litter yang telah tercemar bakteri kolera maka lalat tersebut sudah berpotensi menyebarkan kolera pada ayam lainnya.

Selain penyakit, keberadaan lalat juga menjadi penyebab keretakan keharmonisan hubungan sosial antara peternak dengan warga di sekitar lokasi peternakan. Bukan suatu keniscayaan, keberadaan lalat ini menjadi penyebab ditutupnya suatu peternakan. Lalat yang berkembang di peternakan dapat bermigrasi ke arah perkampungan warga dan warga atau masyarakat langsung melayangkan tuduhan bahwa peternakan ayam lah yang menjadi sumber munculnya lalat tersebut.

Bagaimana Cara Pengendalian Lalat ?

Setelah mengetahui akibat berkembangnya lalat di peternakan kita, sudah merupakan suatu kebutuhan bahwa kita harus bisa mengendalikan lalat tersebut. Sudah barang tentu, pengendalian lalat ini membutuhkan teknik yang tepat. Jika tidak, bukan tidak mungkin gara-gara lalat ini kita akan mengalami kerugian yang besar bahkan ditutupnya usaha kita.

Lalat tergolong salah satu insect atau serangga yang “bandel”. Keberadaannya di kandang sangat mudah ditemui, terlebih lagi saat musim penghujan. Beberapa hal yang menjadikan lalat bandel, ialah :
  • Mobilitas lalat sangat tinggi karena dilengkapi dengan sepasang sayap sejati (asli) dan sepasang sayap kecil (yang menstabilkan terbang lalat)
  • Lalat mempunyai sistem penglihatan yang sangat baik, yaitu mata majemuk yang tersusun atas lensa optik yang sangat banyak sehingga lalat mempunyai sudut pandang yang lebar. Kepekaan penglihatan lalat ini 6 x lebih besar dibandingkan manusia. Selain itu, lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spetrum cahaya yang tak terlihat oleh manusia. Dengan dua kemampuan ini (mobilitas dan penglihatan), lalat dapat dengan mudah mengubah arah geraknya seketika saat ada bahaya yang mengancam dirinya.
  • Lalat mempunyai kemampuan berkembang biak yang cepat dan dalam jumlah yang banyak. Terlebih lagi jika kondisi lingkungan cocok bagi perkembangbiakan lalat.
Melihat ketiga kemampuan lalat tersebut, maka diperlukan teknik khusus untuk mengatasi atau membasmi lalat. Langkah pengendalian lalat pun harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh) dan terintegrasi. Langkah pengendalian lalat secara garis besar ialah kontrol manajemen, biologi, mekanik dan kimia.
  • Kontrol manajemen
Penanganan feses dengan baik sehingga feses tetap kering merupakan teknik pengendalian lalat yang paling efektif. Kita tahu, feses yang lembab menjadi tempat perkembangbiakan lalat yang sangat baik (termasuk tempat perkembangbiakan bibit penyakit). Dalam 0,45 kg feses yang lembab dapat dijadikan tempat berkembang biak (melangsungkan siklus hidup) 1.000 ekor lalat. Feses yang baru dikeluarkan oleh ayam yang memiliki kadar air sebesar 75-80% merupakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan lalat. Feses ini harus segera diturunkan kadar airnya menjadi 30% atau kurang untuk mencegah perkembangbiakan lalat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghambat perkembangbiakan lalat ialah :
  1. Membersihkan feses minimal setiap minggu sekali. Hal ini berdasarkan lama siklus hidup lalat, dimana lalat bertelur setiap seminggu sekali
  2. Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam. Ransum dengan kandungan protein kasar dan garam yang tinggi dapat memicu ayam minum banyak sehingga feses menjadi encer (basah)
  3. Jika perlu tambahkan batu kapur maupun abu pada litter sehingga dapat membantu mengembalikan kemampuan tanah menyerap air
  4. Hati-hati saat penggantian atau pengisian tempat minum. Jangan sampai air minum tumpah. Selain itu perhatikan kondisi tempat minum atau paralon dan segera perbaiki kondisi genting yang bocor
  5. Jika feses akan disimpan, keringkan feses terlebih dahulu (kadar air < 30%) dengan cara dijemur diterik matahari (jika memungkinkan). Feses yang disimpan dalam kondisi lembab bisa mempercepat perkembangbiakan larva lalat
  6. Perhatikan sistem sirkulasi udara (ventilasi). Kondisi ventilasi kandang yang baik dapat mempercepat proses pengeringan feses
  7. Lakukan perbaikan pada atap yang bocor
  8. Pastikan intalasi saluran pembuangan air berfungsi baik, jangan biarkan air mengendap
Selain menjaga feses tetap kering, melakukan sanitasi kandang dengan baik juga menjadi langkah tepat untuk mengendalikan perkembangbiakan lalat. Langkah sanitasi yang dapat dilakukan yaitu :
  1. Segera buang atau singkirkan bangkai ayam mati maupun telur yang pecah
  2. Segera singkirkan atau jauhkan bangkai (ayam mati) dari kandang
  3. Bersihkan ransum dan feses yang tumpah segera, terlebih lagi jika kondisinya basah
  4. Bersihkan kandang dan peralatan kandang secara rutin kemudian semprot dengan desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep
  • Kontrol biologi
Terdengar asing ditelinga kita dengan istilah ini. Memang, karena teknik ini relatif jarang diaplikasikan peternak. Meskipun demikian, teknik ini terbukti ampuh dalam mengendalikan populasi lalat. Terbukti, dari sepasang lalat dalam waktu 3-4 hari tidak bisa menghasilkan lalat sebanyak 191,01 x 1018 ekor karena secara alami larva lalat telah dibasmi oleh “lawan” lalat. Selain itu, penggunaan teknik ini akan menjaga keseimbangan ekosistem kandang.

Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia nigroaenea merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi pupa lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat, yaitu dibagian puparium (selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat (pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis muscaedomesticae dan Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga merupakan “lawan” lalat.

Aplikasi dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang relatif sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif lebih lama. Selain itu, hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen penularan penyakit. Meskipun demikian, keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di kandang juga membantu dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah organik lainnya sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos.
  • Kontrol mekanik
Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat pada umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat, biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.

Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karenanya tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air (biasanya di warung makan) juga bisa digunakan untuk mengusir lalat meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik pengendalian lalat ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka populasi lalat banyak.
  • Kontrol kimiawi
Teknik pengendalian lalat ini, seringkali menjadi andalan bagi peternak. Sedikit terlihat adanya peningkatan populasi lalat, peternak segera memberikan obat lalat. Namun, saat populasi lalat tidak menurun meski telah diberikan obat lalat, maka peternak akan langsung memberikan klaim maupun komplain ke produsen obat lalat tersebut. Kasus ini relatif sering terjadi. Lalu bagian manakah yang kurang tepat?

Point dasar yang perlu kita pahami bersama, bahwa pemberian obat lalat (kontrol kimiawi) bukan merupakan inti dari teknik pengendalian lalat, melainkan menjadi penyempurna dari teknik pengendalian lalat melalui teknik sanitasi dan desinfeksi kandang (teknik manajemen). Oleh karenanya, kita tidak bisa menggantungkan pembasmian lalat hanya dari pemberian obat lalat dan teknik pemberian obat lalat juga harus dilakukan dengan tepat.

Dari data yang kami peroleh, obat pembasmi lalat yang beredar di lapangan (Indonesia) dapat diklasifikasikan (berdasarkan kerja obat lalat pada tahapan siklus hidup lalat) menjadi 2 kelompok, yaitu obat lalat yang bekerja membunuh larva lalat dan membasmi lalat dewasa. Agar daya kerja obat lalat bisa optimal, maka pemilihan jenis obat harus disesuaikan dengan tahapan siklus hidup lalatnya. Jika tidak maka daya kerja obat tidak akan optimal. Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk membunuh larva lalat sedangkan azamethipos dan cypermethrin merupakan zat aktif yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat dewasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrin tidak akan bisa membunuh larva lalat).

Perlu kita sadari bersama, keberadaan lalat di dalam kandang seperti fenomena gunung es. Lalat yang berkeliaran dan berterbangan di dalam kandang hanya 20% sedangkan lalat yang “tersembunyi” (telur, larva dan pupa) sesungguhnya jauh lebih banyak, yaitu 80%. Selain itu, pembasmian lalat dewasa akan menjadi lebih sulit karena mobilitas lalat yang tinggi dan kemampuan lalat untuk menghindar (mata majemuk). Oleh karena itu, pengendalian lalat sejak dini, yaitu saat stadium larva menjadi sebuah langkah teknik aplikatif yang bagus dalam membasmi keberadaan lalat.

Pengendalian lalat telah menjadi suatu keharusan. Terlebih lagi jika kita sudah mengerti tentang akibat yang ditimbulkannya, termasuk kemungkinan penutupan usaha kita. Agar lalat bisa terbasmi dengan baik, maka teknik pengendaliannya harus dilakukan secara sinergis dan komprehensif, yaitu menerapkan manajemen dengan baik (terutama penanganan feses) sekaligus melaksanakan kontrol kimiawi (dan atau kontrol biologi dan mekanik) secara tepat. Akhirnya, lalat pun terbasmi.
sumber: infomedion.co.id

Senin, 08 Oktober 2012

Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam

Industri perunggasan merupakan penghasil protein hewani paling efisien dibanding kan dengan jenis ternak lainnya. Penyakit unggas yang disebabkan oleh parasit merupakan ancaman serius yang meskipun jarang menyebabkan kematian tetapi menimbulkan kerugian besar dalam bentuk pertumbuhan terhenti, penurunan berat badan pada ayam pedaging dan produksi telur pada ayam petelur.
  • Koksidiosis
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam
 Penyakit koksidiosis biasanya berjangkit sebagai infeksi campuran beberapa spesies Eimeria pada unggas. Sedikitnya terdapat 5 spesies Eimeria yang paling umum ditemukan yaitu E. tenella (spesies penting dan paling patogenik), E. necatrix, E. maxima, E. acervulina, dan E. nitis. Eimeria ditularkan pada suhu dan kelembab an lingkungan yang cocok. Oosit dalam kotoran ayam akan bersporulasi dalam 24 - 48 jam yang apabila dimakan ayam akan bermigrasi ke saluran pencernaan. Setiap spesies Eimeria mempunyai lokasi tertentu dalam usus ayam (E. tenella menempati sekum). Tahap perkembangan koksidia terjadi dalam dinding usus yang menyebab kan kerusakan dinding usus. Gejala dari infeksi E. tenella adalah diare berdarah, kurang napsu makan, sayap terkulai dan kekurusan. Mortalitas biasanya tinggi apabila penyakit diabaikan dan tidak diobati. Infeksi oosit dalam jumlah besar menyebabkan penyakit yang parah dan seringkali mematikan. Kandang yang terlalu padat dan sanitasi jelek meningkatkan risiko terserang penyakit ini.

Diagnosa diperkuat dengan ditemukannya lesi-lesi mengandung koksidia pada nekropsi. Untuk pencegahan penyakit biasa digunakan koksidiostat, misalnya tritiadol, derivat-derivat diphenyldisulfide dan banyak produk impor. Koksidiostat tidak mengobati koksidiosis sekali gejala terlihat. Pengobatan menggunakan obat sulfa seperti sulphonamide, sulphamezathine, sulphaquinoxaline, dan sulphaguanidine atau kombinasinya.
  • Leucocytozoon caulleryi
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam

Merupakan parasit darah menyerang ayam yang dipelihara di lingkungan peternakan yang berdekatan dengan persawahan, kolam, atau daerah berair terbuka lainnya. Parasit ini juga menginfeksi paru-paru, ginjal, limpa, hati, otot dan organ tubuh lainnya. Vektor parasit ini adalah Culicoides arakawai. Ketika Arakawai mengunjungi Indonesia, ia menjelaskan secara rinci bagaimana memerangkap Culicoides secara efektif. C. arakawai menyerang bagian tubuh ayam yang terbuka, terutama pada malam hari, menyebabkan tingkat kematian 50 - 80 % pada anak ayam dan 5 - 12 % pada ayam dewasa. Tanda klinis pada ayam umur 1 bulan yang terinfeksi Culicoides  adalah anoreksia, depresi, anemia, diare, dan feses berwarna kuning / kehijauan. Pemeriksaan nekropsi memperlihatkan adanya organ berdarah dan pendarahan di bawah kulit. Pada ayam yang lebih tua, pertumbuhan terhambat dan terjadi penurunan produksi telur. Untuk menghindari parasit ini, kandang ayam sebaiknya dibangun berjauhan dari air atau digunakan penyaring untuk melindungi masuknya parasit ke dalam kandang. Pengobatan masih memungkinkan mengguna kan sulphadimethoxine (20 - 50 ppm), furazolidone (100 - 150 ppm), pyrimetha mine (0,5 - 1 ppm). Sulphamethoxine dan daimeton bisa diberikan secara simultan.
  • Trematoda
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam
Di antara trematoda yang menginfestasi kandang ayam adalah echinostoma revolutum, Prothogonimus pellucidum dan Philopthalmus gralli. Infestasi trematoda biasa terjadi pada ayam yang dipelihara dalam sangkar individu bertingkat terbuat  dari bambu dalam kandang terbuka. Tumpukan feses akan terinfestasi oleh berbagai jenis serangga. Dampak ekonomis trematoda relatip kecil tetapi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi telur. Ayam terinfeksi E. revolutum lewat air minum yang sudah terkontaminasi oleh siput mengandung cercariae (tahapan muda trematoda). P. pellucidus menginfestasi dari nimfe lalat yang terkon taminasi cercariae, yang bermigrasi ke bursa fabricus atau saluran telur.

Mencegah infestasi trematoda adalah dengan cara menghindari penggunaan air mi num dari persawahan yang besar kemungkinan mengandung nimfe lalat atau siput, dan hanya menggunakan air bersih. E. revolutum mendiami sekum dan rektum ayam. Tidak ada obat yang efektif untuk mengobati parasit ini tetapi carbon tetrachloride bisa dicobakan. Gejala klinis dari ayam yang terinfestasi P. pellucidus adalah depresi, produksi telur turun, kerabang telur tipis dan lunak. Kloaka mense kresikan cairan seperti susu. Sekeliling bulu terlihat melekat pada kulit. Keluaran kloaka biasanya mengandung albumen, kuning telur dan bisa ditemukan parasit.
  • Nematoda
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam
Ascaridia galli adalah nematoda paling penting yang biasa menyerang ayam. Infes tasi cacing bulat, seperti sering dijumpai dalam temuan pathologis, bisa menyebab kan kematian mendadak akibat perusakan duodenum dan atau jejenum. Ayam men derita hemoragi enteritis dan ditemukan larva cacing pada kelenjar membran saluran pencernaan. Ayam menjadi terinfeksi penyakit akibat mengkonumsi makanan yang mengandung telur cacing. Pencegahan adalah memungkinkan dengan memberikan anthelmentik kepada ayam sekali sebulan khususnya terhadap ayam yang dipelihara dalam kandang kotor. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian piperazine, phenothiazine dan hygromyzine B.
  • Cestoda
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam
Raillietina tetragona dan R. echinohothrida adalah jenis cestoda (cacing pita) yang paling umum menginfestasi ayam di Indonesia. Infestasi berat dapat menyebab kan kematian sedangkan produksi telur turun 25 %. Penyakit ini dapat ditularkan lewat lalat kandang dan semut sebagai inang perantara. Gejala klini adalah kehilang an nafsu makan, anemia, emasiasi, depresi dan diare. Pemeriksaan post mortem memperlihatkan adanya nodul-nodul dalam usus halus yang terdiri dari jaringan ne krotik dan leukosit. Tindakan pencegahan adalah memungkinkan dengan pengguna an insektisida organophosphat untuk menghilangkan lalat kandang dan semut. Pengo batan menggunakan dichlorophen sebanyak 300 mg/kg berat badan.
  • Kutu
Sebagaimana ektoparasit lainnya, relatip mudah untuk mengetahui infestasi kutu
dengan memperhatikan gejala ayam yang terus menceker, tidak tenang, bulu kusam, kehilangan nafsu makan, dan seringkali menyisir bulu. Sedikitnya ada 5 spesies kutu yang biasa menginfestasi ayam (terutama ayam petelur) yaitu Menopoin gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes dissimilis, Goniodes gigas, dan Lipeurus caponis. Jarang menimbulkan kematian tetapi produksi telur bisa turun 25 % pada infestasi parah. M. gallinae dan M. stramineus menginfestasi tubuh ayam, mema kan sel-sel epithel dan keratin bulu. G. dissimilis dan G. gigas menginfestasi tubuh dan sayap. L. caponis cenderung banyak ditemukan pada daerah leher. Kutu ayam mudah menyebar dengan persentuhan dengan ayam yang terinfestasi. Untuk meng hilangkan kutu biasa digunakan produk-produk tembakau atau insektisida khusus untuk penggunaan veteriner.
  • Caplak
Berbagai macam Hama Parasit yang menyerang ayam
Caplak ayam Ornothonyssus bursa dan tungau ayam Argas robertsi diketahui merupakan spesies ektoparasit caplak yang paling sering menyerang ayam. Caplak biasa ditemukan pada sangkar terbuat dari bambu, dan bahkan pada permukaan feses ayam. Meskipun tidak menyebabkan kematian tetapi produksi telur bisa turun 25 % dan pekerja menjadi enggan mema suki kandang karena gangguan caplak. Pada kasus infestasi A. robertsi, bentuk dewasa biasanya bersembunyi di balik celah / retakan sepanjang hari dan keluar pada malam hari untuk menghisap darah. Infestasi tungau tidak menyebabkan mortalitas tetapi produksi telur bisa turun 30 %.



Pengendalian dan Pengobatan Parasit 
  1. Tindakan sanitasi harus dijalankan secara benar dan ketat.
  2. Buang secara periodik, tumpukan feses yang merupakan sumber perkembang biakkan serangga dan kumbang yang keduanya diyakini dapat menularkan penyakit ayam.
  3. Jika mungkin, sangkar bambu digantikan oleh sangkar kawat untuk mencegah infestasi tungau dan caplak.
  4. Gangguan burung, tikus dan hewan liar lainnya harus diperkecil.
  5. Hilangkan areal yang tergenang air di sekitar kandang.
  6. Metoda manajemen pemeliharaan ayam yang efisien akan membantu untuk memperkecil populasi parasit.
(sumber: siauwlielie.tripod.com)

Kamis, 28 Juni 2012

Mengusir Lalat

Lalat sering muncul di kandang ayam terutama ayam broiler untuk mengusirnya perlu diketahui penyebab awal munculnya lalat, misalnya feses (kotoran ayam) basah, banyaknya ransum tercecer, telur pecah, genangan air, dll. Untuk mengusir lalat yang sudah terlanjur ada di kandang dapat dengan melakukan kontrol mekanik yaitu dapat dengan memasang alat perangkap yang bekerja secara elektrikal (aliran arus listrik) atau dapat dengan menggantung plastik berisi air. Selain itu pencegahan perkembangbiakan lalat juga perlu dilakukan, dengan cara :
  • Bersihkan feses minimal setiap 1 minggu sekali
  • Berikan ransum dengan kandungan zat nutrisi yang sesuai, terutama kandungan protein kasar dan garam
  • Jika perlu tambahkan batu kapur maupun abu pada litter sehingga dapat mengembalikan kemampuan tanah menyerap air
  •  Hati-hati saat penggantian dan pengisian tempat minum
  • Perhatikan sistem sirkulasi udara (ventilasi). Kondisi ventilasi kandang yang baik dapat mempercepat proses pengeringan feses
  • Lakukan perbaikan pada atap yang bocor
  • Pastikan instalasi saluran pembuangan air berfungsi baik jangan biarkan air mengendap
    Lakukan sanitasi kandang dengan baik yaitu dengan segera membuang/menyingkirkan bangkai ayam mati maupun telur yang pecah, bersihkan ransum yang tumpah segera, bersihkan kandang dan peralatan kandang secara rutin kemudian semprot dengan desinfektan seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep

Obat yang dapat digunakan untuk penyemprotan lalat yaitu dengan insektisida, namun penyemprotan insektisida saat ada ayam akan sangat berbahaya terhadap kesehatan ayam. Untuk penyemprotan insektisida dapat dilakukan saat masa istirahat kandang. Sedangkan sebagai tindakan pencegahan ayam dapat diberikan Larvatox, obat ini akan mempertahankan bentuk larva lalat dan mencegah pematangan menjadi pupa dan bentuk dewasa sehingga tidak dapat tumbuh menjadi lalat dewasa. Selain itu juga Larvatox dapat membuat feses menjadi lebih kering, sehingga media pertumbuhan lalat tidak ada (lalat lebih menyukai feses yang basah sebagai tempat perkembangbiakannya)

sumber : info.medion.co.id

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...