Tampilkan postingan dengan label ayam buras. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ayam buras. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Januari 2013

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 8 (habis)

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 8 (habis)
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam usaha ternak ayam yang sangat penting diperhatikan oleh para peternak adalah pengendalian penyakit, sebab ada beberapa jenis penyakit apabila sudah menyerang akan menimbulkan kematian yang cukup tinggi terutama penyakit tetelo dan penyakit flu burung. Kedua penyakit ini belum ada pengobatannya, yang ada baru vaksinnya, sehingga kedua penyakit ini dalam usaha ternak perlu dilakukan pencegahan.

Dalam usaha ternak ayam buras biasanya tingkat kematian tertinggi terjadi pada anak ayam. Untuk menekan tingkat kematian ayam buras terutama kematian anak ayam buras dalam kandang indukan maka perlu diperhatikan tentang kebersihan, tidak lembab, pakan dan air minum tidak tercampur kotoran dan vaksinasi.
Penyakit-penyakit Yang Sering Menyerang Ayam Buras Antara Lain :

1. Penyakit Tetelo (ND)
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyebabkan gangguan pernafasan, syaraf, menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kematian.Tanda-tanda penyakit ini antara lain lesu, tidak mau makan, ngantuk, ngorok/bersin dan nafas berbunyi.

Pencegahan dapat dilakukan dengan jauhkan ayam-ayam sakit dan cucihamakan kandang dan peralatan kandang, selalu menjaga kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan, berikan makanan/minuman yang baik dan cukup, lakukan vaksinasi atau berikan obat pencegahan tepat pada waktunya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu vaksinasi adalah : 
  1. ayam yang akan divaksinasi harus dalam keadaan sehat, 
  2. alat-alat yang akan digunakan harus steril (spuit, pipet dan botol pencampur direndam dalam air mendidih selama 5 menit), 
  3. vaksin tidak boleh kena sinar matahari langsung dan harus disimpan di tempat dingin (kulkas, termos es), vaksin yang telah dicampur lebih dari 4 jam jangan digunakan lagi, 
  4. gunakan vaksin sesuai dengan petunjuk pemakaian, 
  5. waktu vaksinasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan di tempat yang teduh.
Bahan-bahan yang digunakan vaksin ND , pelarut, yaitu aquades atau Nael Fisiologis, alat-alat spuit, pipet, botol pencampur.

Prosedur pelaksanaan vaksinasi : 
  1. alat-alat disterilkan, 
  2. larutkan vaksin dengan pelarut, caranya pada tutup botol pelarut tusukan jarum suntik kemudian bukalah botol vaksin. Ambil sedikit pelarut, masukkan ke botol vaksin kocok dengan hati-hati hingga seluruh vaksin larut betul. Bila sudah larut sempurna masukkan ke dalam botol pencampur, dan bilas botol vaksin dengan sisa pelarut. Jumlah pelarut yang digunakan sesuai petunjuk, 
  3. lakukan vaksinasi untuk anak teteskan pada mulut atau mata anak ayam, dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes atau suntikan ke dalam otot dada sebanyak 0,5 cc untuk ayam umur 1- 4 bulan dan 1 cc untuk ayam umur 4 bulan ke atas.
2. Penyakit Flu Burung
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kematian secara mewabah, tanda-tanda penyakit ini adalah : 
(1) jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan, 
(2) kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung, 
(3) pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala, 
(3) pendarahan di bawah kulit, 
(4) pendarahan titik pada daerah dada, kaki dan telapak kaki, 
(5) batuk, bersin dan ngorok dan 
(6) ayam mengalami diare dan tingkat kematian tinggi.

Pencegahan/pemberantasan flu burung, dilakukan dengan cara : 
(1). Peningkatan biosekuriti yaitu desinfeksi alat dan fasilitas peternakan, dilarang mengeluarkan unggas sakit, kotoran dan limbah peternakan, membatasi keluar dan masuk orang ke dalam lokasi peternakan, mencegah kelur masuknya tikus dan hewan lain ke dalam lokasi peternakan; 
(2). Dekontaminasi/Desinfeksi pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar, bangunan kandang yang kontak dengan unggas, kandang/tempat penampungan unggas, permukaan jalan menuju peternakan/kandang/tempat penampungan unggas; 
(3). Tindakan pemusnahan selektif/terbatas dilakukan terhadap unggas sehat yang sekandang dengan unggas sakit di peternakan tertular; 
(4). Disposal ayitu dilakukan pembakaran dan penguburan dengan kedalaman minimal 1,5 m terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur terinfeksi, kotoran, bulu alas kandang (sekam), pupuk dan pakan yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat disucihamakan secara efektif; dan 
(5). Vaksinasi.
Vaksinasi yang dapat dilakukan terhadapayam buras yang sehat di daerah tertular sebagai berikut :




Pengisian kembali (Restocking) kandang ayam yang terserang penyakit flu burung adalah sebagai berikut peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali setelah 30 hari pengosongan kandang dan harus dipastikan semua tindakan desinfeksi dan pembakaran/penguburan sesuai prosedur

3. Penyakit Cacar
Adalah penyakit yang disebabkan virus dengan pembentukan kutil-kutil pada kulit sekitar kepala. Gejala penyakit ini nampak pada bagian yang tidak berbulu yaitu berbentuk luka atau kutil, nafsu makan hilang dan pertumbuhan merosot. Pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi, cungkil kutil-kutil dengan gunting dan obati atau olesi dengan yodium tintur atau dengan obat anti infeksi, pisahkan ayam sakit dan cucihamakan kandang.

4. Penyakit Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.

5. Penyakit Kolera
Penyakit kolera dapat menular dan menyerang mendadak yang dapat mengakibatkan kematian, penyakit ini cenderung mewabah kembali setelah sembuh dari pengobatan. Tanda-tanda penyakit ini adalah berak warnanya hijau dan jengger kebiru-biruan. Salah satu penyebab yang sering timbuh adalah dari pakan atau air minum yang tercemar kotoran atau pakan yang basi. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat sulfa atau terramicyn.

6. Penyakit Snot (Salesma)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan menyerang pada ayam semua umur. Tanda-tanda penyakit ini adalah mula-mula pada lubang hidung keluar cairan agak encer, lama-lama mengental dan ayam sering bersin, nafsu makan menurun, di sekitar lubang hidung biasanya agak membengkak. Pengobatan dapat digunakan sterptomycin. Pencegahan jangan biarkan ayam memakan jeroan atau bangkai.

7. Penyakit Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 7

petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 7
PENGATURAN SIKLUS BERTELUR
Produksi telur ayam kampung lebih rendah dari ayam ras, yaitu 50 butir per ekor per tahun untuk sistem pemeliharaan secara semi intensif. Untuk meningkatkan jumlah produksi beberapa cara dapat dilakukan dengan cara penetasan telur dengan mesin tetas atau dengan induk entog (itik manila).

Telur-telur yang ada disangkar diambil dan dimasukkan ke dalam sangkar entok yang sudah siap mengeram atau dipindahkan ke dalam mesin tetas, sehingga kalau induk ayam mau mengerami telur di sangkarnya tidak jadi karena sangkarnya kosong.

Induk ayam yang mulai mengeram kemudian dipegang dan dimandikan setiap hari dengan tujuan untuk menghilangkan sifat mengeram induk ayam secepat mungkin. Biasanya induk ayam yang diperlukan seperti ini sifat mengeramnya lama kelamaan menghilang, 2-3 minggu setelah sifat mengeram menghilang maka babon akan memperlihatkan sifat birahinya dan akan bertelur kembali. Langkah ini dilakukan bertujuan agar dapat dihasilkan telur yang lebih banyak.

Dengan metoda ini diharapkan silklus bertelur induk ayam buras dapat mencapai 9 kali per tahun, dengan produksi telur dapat mencapai ± 115 butir per ekor per tahun dengan asumsi produksi telur per periode bertelur rata-rata 13 butir atau dapat menghasilkan ± 72 ekor anak ayam pertahun apabila setiap kali periode bertelur ditetaskan dan diasumsikan menetas 8 ekor . Ini berarti bahwa ayam buras mampu menghasilkan anak ayam lebih banyak bila dikehendaki.
(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

Selasa, 15 Januari 2013

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 6

PEMISAHAN ANAK AYAM DALAM KOTAK INDUKAN
Salah satu kendala pada usaha budidaya ayam buras di pedesaan adalah tingkat kematian anak ayam yang tinggi. Hal ini disebabkan masih banyak dijumpai induk mengasuh anaknya bersama-sama sampai anaknya disapih. Hal ini jelas akan menimbulkan kerugian yang tinggi yaitu disamping kehilangan anak ayam akibat kematian juga jumlah produksi telur rendah serta waktu untuk bertelur kembali menjadi lama atau panjang.

Teknologi pemisahan anak dari induknya bertujuan untuk meningkatkan produksi dan menghindarkan hal-hal yang merugikan. Pemisahan induk dan pemeliharaan anak ayam dalam kandang indukan dapat dimulai pada anak berumur 1 hari sampai berumur 2 bulan.

Pembuatan Kotak Indukan

Bentuk dan konstruksi kandang indukan tergantung pada jumlah anak ayam, biaya yang tersedia dan ketersediaan bahan di lokasi. Bahan kotak indukan dapat dibuat dari bahan bambu, kayu reng, kawat ayam, rempesan kayu atau bahkan dari bahan-bahan bekas. 


  • Pada umumnya kandang indukan terbuat dari bambu yang dibelah kecil-kecil antara 1-2 Cm atau juga dapat dibuat dari kawat ayam dengan diameter 0,5 – 1 Cm.
  • Bila kandang indukan dibuat dari bambu, usahakan jarak antara bambu jangan sampai rapat atau terlalu renggang.
  • Bentuk kandang Indukan. Bentuk kandang indukan dibuat seperti kotak sehingga sering juga disebut kotak indukan.
  • Ukuran kandang indukan : tinggi 60 Cm, panjang 1m dan lebar 80 Cm bisa digunakan untu 40 ekor anak ayam sampai umur 2 bulan.
Tempat Pakan dan Minum.
Tempat pakan dan minum harus diletakkan di dalam kandang indukan yang mudah dijangkau oleh anak ayam. Tempat makan dan minum terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti belahan bambu, kotak kayu atau plastik.

Persyaratan penggunaan kandang indukan yang terpenting diperhatikan adalah :
  • Kebersihan, sebelum anak ayam dimasukan kedalam kandang indukan, sebaiknya kandang indukan disucihamakan dahulu dengan cara mengapur seluruh kandang indukan dan biarkan selama 2 sampai 3 hari. Kemudian baru dimasukan induk dan anak ayamnya. Untuk menjaga kebersihan kandang indukan perlu dibersihkan setiap hari, minimal 2-5 hari dalam satu minggu.
  • Kehangatan, karena kandang indukan sebagai pengganti induk, maka kehangatan sangat diperlukan bagi anak ayam terutama sampai umur 1-10 hari. Pemanas dan penutup perlu diatur untuk menciptakan temperatur kandang yang sesuai.
  • Ventilasi, sangat diperlukan bagi anak ayam, karena keadaan sirkulasi udara dalam kandang indukan akan mempengaruhi perkembangan kesehatan anak ayam, seperti bau kotoran, sisa makanan, lembab, kurangnya sinar matahari. Kandang indukan pada waktu malam atau hujan ditutup dengan karung plastik atau karung goni untuk memberikan kehangatan atau menghindari serangan penyakit.
  • Pengontrolan, dan jauh dari gangguan binatang pemangsa.

Pemisahan dan Perawatan Anak Ayam.
Sebelum anak ayam dimasukkan kedalam kotak indukan, sebaiknya kotak tersebut harus disucihamakan dahulu yaitu dengan cara dikapur dan dibiarkan 2-3 hari. Kemudian masukkan anak ayam buras yang baru menetas atau ayam berumur 2-3 hari.

Anak ayam dari umur 1-7 hari diberi lampu pemanas yang dinyalakan lampu hanya dinyalakan pada malam hari saja, dan pada hari ke 11 dan setelurnya sampai umur 2 bulan lampu dimatikan. Pada waktu hujan, angin dan malam hari kotak indukan harus ditutup dengan karung atau bahan lain agar anak ayam buras terhindar dari kedinginan yang dapat menimbulkan stress.

Untuk pengontrolan suhu ruangan apakah anak ayam buras kepanasan atau kedinginan, dapat terlihat tanda-tanda sebagai berikut : apabila anak ayam bergerombol menjauhi lampu, berarti suhu dalam kotak indukan terlalu panas, apabila anak ayam bergerombol mendekati lampu berarti suhu dalam kotak indukan kurang hangat atau terlalu dingin, dan apabila anak ayam menyebar berarti sushu dalam kotak indukan sesuai dengan kebutuhan panas anak ayam buras.

Untuk pemberian pakan dan air minum seperti tersebut diatas dalam penjelasan tentang pemeliharaan ayam buras pada cara pemberian pakan pada ayam buras. Sedangkan untuk menekan tingkat kematian anak ayam dalam kotak indukan perlu diperhatikan kebersihan kotak indukan.
(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 5

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 5
Cara Pemberian Pakan
Pemeliharaan ayam buras secara tradisional, pemberian pakan biasanya tidak dilakukan secara rutin hanya kadang-kadang saja. Biasanya ayam buras dibiarkan hidup berkeliaran di sekitar rumah, mencari pakan sendiri dan dikandangkan (dikurung) pada sore dan malam hari. Peternak biasanya lebih memperhatikan kondisi ayam pada saat siap bertelur atau layak untuk dijual. Pada sistem pemeliharaan secara tradisional ayam buras akan berusaha mencukupi kebutuhan gizinya dari berbagai sumber bahan pakan yang tersedia di lingkungannya. Pada sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif peternak memberikan pakan tambahan pada ayam burasnya sedangkan pada sistem pemeliharaan secara intensif pakan sepenuhnya disediakan peternak.

Fungsi pakan bagi ayam buras :
  1. Untuk pertumbuhan, dari anak ayam menjadi ayam dewasa.
  2. Untuk mempertahankan hidup, artinya walau pertumbuhannya sudah mencapai optimal, tetapi didalam hidupnya ayam masih membutuhkan makanan. Makanan tersebut digunakan untuk mempertahankan hidupnya.
  3. Untuk produksi, artinya selain makanan digunakan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup, makanan yang diberikan pada ayam digunakan untuk berproduksi. Produksi utama dari ayam buras adalah daging dan telur.
Jenis bahan pakan tambahan untuk ayam buras yaitu :
Jagung kuning, kacang-kacangan, ubi jalar, singkong, gaplek, onggok, sagu, juga dapat memanfaatkan sisa-sisa limbah berupa dedak padi, meniran, ampas tahu, limbah ikan baik limbah ikan asin maupun limbah ikan segar , gabah hampa, sisa dapur (sayur-sayuran), sisa-sisa makanan, keong mas, bekicot, cacing dll.

Cara Pemberian pakan pada ayam buras yang dipelihara secara intensif :
  • Ayam buras umur 1-7 hari
Pakan harus tersedia sepanjang hari dan tidak terbatas jumlahnya (ad libitum). Cara pemberian pakan sebaiknya 3-4 kali sehari. Tempat pakan sebaiknya berbentuk datar seperti tampah, agar ayam-ayam dapat menjangkau pakan di dalamnya.
  • Ayam buras umur 1 minggu-10 minggu
Untuk ayam umur 1 minggu sampai 10 minggu dapat digunakan makanan ayam ras starter dicampur dedak padi dengan perbandingan 1:1 atau dengan memberikan jagung giling halus dicampur dedak padi dengan perbandingan 2:1 ditambah dengan limbah ikan asin atau segar/serangga/keong mas/cacing dll. Jumlah pakan yang diberikan ± 20-50 gram per ekor per hari, dengan kandungan protein 14-15%

  • Ayam buras berumur 10 minggu-12 minggu.
- Setelah ayam berumur 10 sampai 12 minggu, anak ayam mulai secara bertahap dapat dilepas dengan ayam lainnya.
- Untuk ayam buras umur 10 minggu sampai 12 minggu jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung giling, dedak, nasi, gabah, limbah ikan dll. Jumlah pemberiannya bertambah yaitu ± 50 – 70 gram per ekor per hari, dengan kandungan protein 14-15%, sebagai contoh pakan ayam buras umur 10 minggu-12 minggu dedak padi 45%, jagung 30%, limbah ikan/keong mas/bekicot/cacing /konsentrat 20 % dan hijauan 5 %.
  • Ayam buras berumur 12 minggu - 20 minggu (ayam dara).
Laju pertumbuhan ayam dara lebih cepat daripada anak ayam. Oleh karena itu kebutuhan pakan lebih banyak baik kandungan gizinya maupun jumlah pakannya. Pakan ayam dara secara fisik ukuran butirannya lebih besar daripada pakan untuk anak ayam. Jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung, dedak, nasi, potongan-potongan gaplek, sayuran, limbah ikan, keong mas, cacing dll, yang diberikan pada pagi dan sore hari sebelum ayam dikeluarkan dari kandang (untuk pemeliharaan secara semi intensif). Jumlah pemberian pakan 70 gram – 100 gram per ekor per hari dengan kandungan protein 10-14%. Sebagai contoh susunan pakan ayam buras dara dedak padi 55%, jagung kuning 34% dan limbah ikan/keong mas/cacing/bekicot 7 % dan hijauan 4%

  • Pakan ayam betina dewasa umur diatas 20 minggu
Gizi pakan ayam dewasa sebagian besar dipergunakan untuk produksi telur sehingga kualitas dan kontinuitas pakan yang diberikan sangat mempengaruhi produksi telur. Fluktuasi produksi telur terjadi apabila terlalu sering mengganti pakan. Oleh karena itu apabila terjadi perubahan pakan sebaiknya dilakukan secara bertahap. Untuk mendapatkan produksi telur yang tinggi diperlukan pakan yang kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan ayam yaitu mengandung protein kasar 14 % - 24%. Sebagai contoh susunan pakan ayam buras betina dewasa terdiri dari dedak padi 45 %, jagung kuning 20 %, nasi/meniran/gabah/gaplek 10 %, limbah ikan asin/keong mas/bekicot/cacing 20 %, sayuran 5%. Jumlah pemberian ± 150 gram per ekor per hari.


Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 5
Pemberian Air Minum
Kebutuhan nutrisi/gizi lain yang kadang-kadang dilupakan adalah air minum. Air minum sangat penting dibutuhkan dalam tubuh ternak karena air sangat vital untuk berjalannya fungsi tubuh yang normal. Air merupakan bahan dasar dari darah, cairan antar dan dalam sel tubuh yang berfungsi untuk transportasi zat gizi serta sisa-sisa pembakaran dalam tubuh. Disamping itu air mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Kandungan air dalam tubuh anak ayam sehari sekitar 85% dan kandunagn ini sedikit menurun dengan peningkatan umur dan mencapai 55% pada tubuh ayam berumur 42 minggu. Sehingga ayam membutuhkan air minum yang bersih untuk pertumbuhan optimal, untuk produksi dan untuk proses pencernakan makanan. Oleh karena itu air minum harus selalu tersedia, karena kekurangan air minum sampai 20 % dari kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan penurunan produksi baik produksi telur maupun daging.

Ayam buras umur 1-2 hari sebaiknya air minum diberi gula pasir dengan perbandingan 1 liter air dan 2 sendok makan gula pasir. Sedangkan untuk ayam umur 2-7 hari air minum dapat dicampur dengan Vitachik (obat anti stress).
(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke4

Senin, 14 Januari 2013

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 4

Peralatan kandang
  • Tempat pakan dan minum
  1. Tempat pakan dan minum dapat dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat.
  2. Bahan-bahan yang dapat digunakan adalah belahan bambu, paralon, plastik atau papan.
  3. Tempat minum seperti halnya tempat pakan dapat dibuat dari bambu yang dipotong, kaleng plastik, atau kaleng-kaleng bekas yang tidak berkarat.
  4. Untuk ayam yang dipelihara secara intensif, tempat pakan dan minum sebaiknya diletakkan di dalam kandang pada dinding kandang bagian dalam dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai agar ayam tidak mencakar-cakar atau pakan bercampur kotoran.
  5. Untuk ayam yang dipelihara secara semi intensif pakan dan air minum dapat ditempatkan di luar kandang atau halaman asalkan tidak terkena langsung sinar matahari dan air hujan.
  • Tempat bertengger.
Fungsi tempat bertengger adalah agar ayam dapat tidur secara teratur pada malam hari. Tempat bertengger sebaiknya disediakan yang cukup agar ayam tidak saling bertindih dan badan ayam tidak terkena kotoran ayam. Tempat bertengger dapat dibuat dari bambu atau kayu.


  • Sangkar bertelur/pengeraman.
  1. Sangkar diperlukan untuk mencegah ayam bertelur dilantai yang dapat menyebabkan telur menjadi kotor atau pecah terinjak oleh induk ayam lainnya.
  2. Sangkar bertelur/pengeraman dibuat dari bahan yang mudah, murah dan tersedia ditempat misalnya dari kotak gardus bekas, kotak kayu bekas, bambu yang dibuat seperti kukusan, baskom bekas, ember bekas dll. Alas sangkar dilapisi dengan bahan lembut seperti sekam, jerami padi, rumput kering, kertas bekas, kain-kain bekas atau bahan lainnya, agar ayam bertelur dengan nyaman dan telur tidak pecah.
  3. Sangkar bertelur/pengeraman dibuat jangan terlalu cekung atau terlalu datar agar induk mudah membalik telurnya.
  4. Ukuran sangkar bentuk kotak panjang 35 cm, lebar 35 cm dan tinggi (dalam) 35 cm. Tinggi sangkar dari lantai ± 50 cm. Untuk sangkar berbentuk bulat diameter ± 50 cm,
  5. terbuat dari bambu bisa dibuat berdiri (60-75) cm diatas lantai dengan satu tiang dari bambu.
  6. Usahakan tempat pengeraman sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot dengan air kapur atau air tembakau untuk menghilangkan kemungkinan gangguan kutu ayam.
  7. Sangkar bertelur sebaiknya ditempatkan di dalam kandang dalam posisi agak gelap dan teduh, misalnya di sudut atau bagian belakang kandang karena pada saat hendak bertelur atau mengeram ayam menghendaki suasana tenang dan agak gelap.
  8. Jumlah sangkar sebaiknya sama dengan jumlah induk ayam yang sedang bertelur.
Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 3

(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 3

Pembuatan kandang
Kandang merupakan salah satu syarat bagi kelangsungan hidup ayam. Fungsí kandang bagi ternak ayam terutama untuk melindungi dari hujan, terpaan angin, panas dan gangguan binatang buas. Selain itu berfungsi sebagai tempat tidur dan yang utama hadala sebagai tempat berkembang biak. Ukuran kandang ayam buras biasanya 2m x 3m untuk menampung 40 ekor anak ayam sampai umur 2-3 bulan atau dapat untuk menampung 30 ekor ayam dewasa.


Persyaratan Pembuatan Kandang :
1. Tempat/lokasi kandang harus kering
2. Tidak mudah tergenang air
3. Tidak menyatu dengan rumah
4. Mempunyai ventilasi yang baik
5. Sehat dan bersih
6. Cukup mendapat sinar matahari pagi
7. Kokoh dan kuat serta atap tidak bocor.


Bahan kandang :
Pilih bahan kandang tidak ada disekitar lokasi, yaitu untuk :
- Rangka kandang dibuat dari bambu atau kayu gelam.
- Atap kandang dibuat dari rumbia, ijuk atau alang-alang.
- Dinding kandang dapat dibuat dari bambu, papan rempesan, kayu gelam atau kawat ram.
- Alas kandang dapat dibuat :
  • Untuk lantai kandang bisa berupa lantai tanah yang telah dipadatkan atau disemen dan ditaburi dengan sekam atau serbuk gergaji setebal 6 cm.
  • Lantai panggung bertumpu pada tiang dan antara tanah dengan lantai ada ruang (kolong) untuk menampung kotoran ayam. Untuk daerah pedesaan padat penduduk lantai model ini lebih dianjurkan karena akan lebih mudah penangannya dan lebih menghemat lahan dan biaya.
(sumber: forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf)

Sabtu, 12 Januari 2013

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 2

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 2 pemilihan bibit
Pemilihan Bibit

Untuk dapat meningkatkan produksi telur dan pertumbuhan ayam yang baik, maka diutamakan pemilihan calon bibit, baik calon induk maupun calon pejantan. Cara memilih ayam buras calon induk atau calon pejantan adalah sebagai berikut :


Calon Induk                                                              Calon Pejantan
1. Umur = 6 sampai 12 bulan                                      1. Umur = 8 sampai 24 bulan
2. Berat badan = ± 0,8 kg                                           2. Berat badan = ± 1sampai 1,2 kg
3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan hidup              3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan hidup
4. Daerah dubur lembut                                                4. Tubuh besar, kokoh dan kuat
5. Jarak antara tulang duduk 2 jari                                5. Bentuk kepala lurus dan pipih
6. Jarak antara tulang duduk dan tulang dada 3 jari       6. Bentuk ekor melengkung dan terjuntai kebawah
7. Kedua sayap lebar dan simetris
8. Jengger dan pial berwarna merah segar
9. Kepala pipih                                                            7. Kepala pipih dan lurus
10. Tidak mempunyai sifat kanibal                                8. Tidak mempunyai sifat kanibal

Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 7-8 atau 1 : 10, artinya 1 ekor pejantan dapat melayani 7 sampai 8 ekor betina atau 1 ekor pejantan dapat melayani 10 ekor induk. Ayam pejantan perlu istirahat untuk menjaga kondisi agar tetap sehat dan subur. Lama istirahat biasanya satu minggu dalam waktu satu bulan dengan cara dikurung terpisah dari betina. Bila ayam jantan cukup banyak, istirahat dilakukan secara bergiliran. Untuk mencegah terjadinya penurunan produksi pada generasi berikutnya maka dianjurkan perkawinan jangan secara acak dan hindarkan perkawinan antar sesama seketurunan. Seleksi sederhana harus dilakukan secara terus menerus pada tiap generasi agar produksi yang diperoleh tidak mengalami penurunan.

Petunjuk cara pemeliharaan ayam buras bagian ke 1

Pedoman sistem pemeliharaan ayam buras 1Umumnya sistem pemeliharaan ayam buras masih sederhana, namun demikian sistem budidaya ayam buras yang berkembang saat ini dapat dibedakan menjadi 3 sistem pemeliharaan yaitu :

1. Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Secara Tradisioal
Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani pedesaan dengan skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam buras dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, petani kurang memperhatikan aspek teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara teratur. Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat dapur, dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari. Pada pemeliharaan secara tradisional sering terjadi gangguan binatang liar, tingkat kematian ayam dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu, produksi telur rendah (47 butir per induk per tahun), walaupun pemanfaatannya cukup berarti bagi petani.


2. Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Yang dimaksud dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif adalah pemeliharaan ayam buras dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas dari induknya dengan skala usaha rata-rata 9 ekor induk per petani. Selama pemisahan ini, anak ayam perlu diberi pakan yang baik (komersial atau buatan sendiri). Biasanya pakan tambahan diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan atau dikebun untuk mencari pakan sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan sebanyak 25 gram per ekor per hari atau 25% dari kebutuhan pakan yang dipelihara secara intensif per ekor per hari. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam dapat mencapai 34% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 59 butir per ekor per tahun

3. Sistem Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif ini artinya ayam buras yang dipelihara petani dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha rata-rata 18 ekor induk ayam per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda dengan sisitem pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanya pakan diberikan secara penuh yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus secara terus menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini sangat ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak terutama untuk pembelian pakan. Dengan cara ini produkstifitas dan pemanfaatan ayam buras oleh petani meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan kesempatan ayam betina mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam-ayam yang khusus dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam mencapai 27% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 103 butir per ekor per tahun
(sumber:  forclime.org/merang/32-STE-FINAL.pdf )

Jumat, 11 Januari 2013

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pakan ayam buras dan cara meraciknya

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pakan ayam buras dan cara meraciknya
Kebutuhan Gizi Ayam Buras
Pada prinsipnya macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu
a. Protein
b. Vitamin
c. Energi (Karbohidrat dan lemak)
d. Mineral dan
e. Air.

Akan tetapi jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras. Oleh karena itu penggunaan 100% ransum ayam ras komersial untuk ayam buras merupakan pemborosan karena pertumbuhan maupun produksi telur masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan genetis ayam buras. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya
a. Jenis ternak
b. Umur unggas
c. Lingkungan, terutama cuaca
d. Tingkat produksi

Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya, Balitnak Ciawi menyarankan ransum ayam buras hendaknya disusun dengan kandungan gizi seperti pada tabel 1.



RAGAM BAHAN PAKAN AYAM BURAS
Mengingat kapasitas produksi dan pertumbuhan ayam buras lebih rendah dibandingkan ayam ras, maka dalam memberi pakan ayam buras sebaiknya dipilih dari bahan-bahan yang mudah didapat, murah harganya dan nilai gizinya memadai.

A. Bahan Pakan Nabati
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan daun-daunan yang suka dimakan oleh ayam buras. Disamping itu bahan pakan nabati banyak pula yang mempunyai kandungan protein tinggi seperti bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung.


1. Dedak halus
Dedak sebagai limbah penggilingan padi banyak terdapat di Indonesia karena Indonesia merupakan negara penghasil padi. Pada saat musim panen, dedak mudah diperoleh dan murah harganya. Dedak sebagai bahan pakan ternak luas penggunaannya, dapat digunakan sebagai bahan pakan berbagai jenis dan tipe ternak.
Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik mengandung protein 13,6%. Sedangkan kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%. Bila beras yang sudah putih digiling kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya 10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.

2. Jagung
Jagung sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein agak rendah (sekitar 9,4%), tetapi kandungan energi metabolismenya tinggi. (3430 kkal/kg). Oleh karena itu jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%), sehingga memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung pigmen karoten yang disebut "xanthophyl". Pigmen ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.

3. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 - 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik. Secara umum bungkil kelapa berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat muda (coklat terang) sebaiknya dipilih bungkil kelapa yang berwarna coklat muda atau coklat terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa mudah dirusak oleh jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpannya.

4. Singkong/Ketela Pohon
Parutan singkong mentah dapat dijadikan bahan pakan pokok ayam buras yang dipelihara secara intensif. Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah melalui pengolahan misalnya gaplek atau aci. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%. Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak). Selain umbinya, daun singkong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam buras, baik dalam bentuk tepung ataupun dalam bentuk segar (sebagai hijauan). Tepung daun singkong ini dapat menggantikan kacang hijau dan kedelai sampai jumlah 8%.

5. Bungkil kedelai.
Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Tetapi kandungan methionisne rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan methionisme dapat dipenuhi demi tepung ikan atau methionisme buatan pabrik.

6. Daun lamtoro.
Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam penggunaannya dianjurkan tidak melebihi dari 5% dalam pakan ayam.

7. Daun turi.
Tepung daun turi sudah biasa dipergunakan dalam pakan ayam. Daun turi yang berbunga merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi yang berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.

B. Bahan Pakan Hewani.

Bahan pakan asal hewan ini umumnya merupakan limbah industri, sehingga sifatnya memanfaatkan limbah. Bahan pakan hewani yang biasa digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung udang dan tepung kerang. Beberapa bahan pakan hewan yang lain adalah cacing, serangga, ulat dll. Bahan-bahan pakan ini ditemukan ayam yang dipelihara secara intensif, cacing, serangga dan lain-lain tidak diberikan. Tetapi bekicot
yang banyak didapat di musim hujan, sudah mulai diternakkan, merupakan bahan pakan alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein pada ransum ayam.

1. Tepung Ikan.
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikannya (Tabel 2). Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam. Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik.

2. Tepung Udang
Tepung udang berasal dari limbah industri udang, sehingga kualitas gizinya tergantung dari bagian yang ikut tergiling. Apabila bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya kulit udangnya saja. Kandungan protein tepung udang berkisar antara 43 - 47%. Tepung udang merupakan bahan pakan alternatif sebagai sumber protein, karena tidak semua tempat tepung udang ini dapat diperoleh.

3. Tepung Tulang
Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya mengandung Calcium antara 24 - 25% dan Phospor antara 12-15%. Karena sifatnya sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.

4. Tepung Kerang
Tepung kerang merupakan sumber Calcium, karena mengandung Calcium hampir 36%. Dengan berkembangnya mineral dan vitamin buatan pabrik, bahan pakan alami sudah banyak ditinggalkan. Tetapi apabila harganya murah dan kesediaannya terjamin, peternak dapat memanfaatkan tepung kerang ini sebagai sumber Calcium untuk ransum ayam burasnya.

5. Bekicot

bekicot untuk pakan ayam buras
Bekicot merupakan bahan pakan yang murah sekali karena kita dapat dengan mudah memperolehnya disekitar lingkungan hidup dan mudah pula membudidayakannya. Hampir 95% dari tubuh bekicot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam, yang terbuang hanyalah kotoran dan lendirnya.

Cara memanfaatkannya adalah sebagai berikut :
60 gr bekicot dipuasakan selama 2 hari agar kotorannya habis
  1. Rendamlah dalam air garam dengan perbandingan 1 liter air dengan 50 gr garam dapur,
  2. kemudian diaduk selama 15 - 20 menit.
  3. Daging bekicot dicuci kemudian masukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit
  4. (sampai masak).
Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan ayam, baik dalam bentuk basah (segar), kering ataupun, dalam bentuk tepung, dengan kandungan protein untuk masing-masingnya adalah sebagai berikut :
a. Dalam bentuk basah (segar) 54,29%
b. Dalam bentuk kering 64,13 %
c. Dalam bentuk tepung 24,80%
Meskipun kandungan protein tepung bekicot tinggi, tetapi pemakaiannya tidak boleh melebihi 10%. Cangkang bekicot dapat digunakan sebagai pakan tambahan menggantikan tepung kapur dan grit.

Bahan Pakan Pelengkap/Suplemen.
Bahan pakan pelengkap ini merupakan bahan buatan pabrik dan diproduksi untuk melengkapi zat-zat gizi yang biasanya kurang banyak atau kurang lengkap dikandung oleh bahan pakan alami.
  1. Vitamin, merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pembentukan tulang, pertumbuhan serta memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi.
  2. Mineral, merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang (Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P).
  3. Lysine dan Methionine
    Seperti diketahui dalam formula ransum ayam buras, 90% disusun dari bahan pakan nabati yang umumnya tidak mengandung Asam Amino yang imbang. Biasanya bahanpakan nabati ini miskin akan Lysine dan Methionine. Biasanva kekurangan Asam Amino ini dapat diatasi dengan penggunaan tepung ikan pada formula ransum. Tetapi karena harganya mahal penggunaan tepung ikan ini terbatas. sehingga untuk mengatasi kekurangan Asam Amino ini digunakan Lysine dan Methionine buatan pabrik. Lysine dan Methionine merupakan Asam Amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak. Dewasa ini kedua Asam Amino sudah diproduksi dan dikemas sebagai produk siap pakai oleh pabrik.
  4. Probiotik, adalah koloni kecil bibit mikroba yang berasal dari lambung sapi, yang dikemas dalam campuran tanah, akar rumput dan daun-daunan atau ranting yang dibusukkan. Mikroba-mikroba tersebut berfungsi sebagai penghuni protein, serat kasar dan nitrogen fiksasi non simbiotik. Dengan menambahkan probiotik tersebut dalam ransum ayam, maka ransum yang digunakan menjadi lebih efisien dan kadar amonia lebih rendah sehingga bau menyengat yang biasanya kita cium disekitar kandang menjadi berkurang karena sifatnya sebagai pengurai. Penggunaan probiotik ini juga lebih luas, tidak saja sebagai suplemen pada ransum ayam buras tetapi juga digunakan untuk menjinakkan berbagai limbah (yang berbentuk organik) seperti bau spesifik dari septitank, limbah rumah potong dan limbah industri. Seiring dengan perkembangan teknologi, probiotik ini sudah diproduksi secara massal (pabrik) dengan dikemas dalam bentuk siap pakai sehingga menjadi lebih mudah dalam penggunaannya. Aturan penggunaan biasanya sudah disertakan pula dalam kemasannya. Produk ini sudah diperdagangkan dan peternak dapat memperolehnya di Poultry Shop. Mengenai penggunaan probiotik ini, Balai Informasi Pertanian (BIP) DKI Jakarta pernah melaksanakan uji adaptif penggunaan suplemen probiotik yang dicampurkan dalam ransum ayam buras petelur (TA 1995/1996). Dengan menambahkan probiotik dalam ransum yang biasa digunakan oleh peternak ternyata hasilnya dapat:
    • meningkatkan produksi telur
    • penggunaan pakan lebih efisien
    • kadar air feses (kotoran) lebih rendah dan bau feses di lingkungan kandang menjadi berkurang.
Secara ekonomis harga probiotik tersebut relatif lebih murah, hanya Rp. 4.000 - Rp. 5.000 per kg. Sedang penggunaannya relatif sedikit, hanya sekitar 25 gr per 1 kg ransum.

TEKNIK MENYUSUN RANSUM DAN PEMBERIANNYA.
Yang dimaksud dengan ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi ayam sehingga ayam dapat berproduksi dengan baik. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun ransum ayam buras adalah metode coba-coba, metode persamaan simulat, metode matriks dan metode persamaan linear. Macam-macam metode tersebut pada prinsipnya sama, hanya teknis penghitungannya yang berbeda.

Persamaan linear yang banyak digunakan dalam program komputer tentunya lebih mudah dan cepat dalam menyusun ransum. Dengan metode ini banyak pilihan bahan pakan yang dapat digunakan dalam menyusun ransum sehingga akan didapat kombinasi bahan pakan yang mudah diperoleh di sekitar tempt tinggal peternak, sesuai kebutuhan gizinya dan harga yang termurah. Yang banyak digunakan orang untuk menyusun ransum ayam buras adalah metode coba-coba. Cara ini relatif mudah bila bahan pakan yang digunakan tidak banyak jenisnya, tetapi pertimbangan harga minimum sulit dilakukan. Contoh : untuk menyusun ransum ayam buras petelur dengan kadar protein 14%, kita menggunakan bekatul, jagung, menir, tepung ikan dan bungkil inti sawit. Berdasarkan pengalaman, ransum ayam buras bisa terdiri dari 50% bekatul, 20% jagung dan 10%
menir.

Dengan demikian, jumlah protein dari ketiga bahan tersebut adalah:
1. Bekatul 50% = 50 x 11,2% = 5,6%
2. Jagung 20% = 20 x 8,5% = 1,7%
3. Menir 10%0 = 10 x 10,2% = 1,0%
Jumlah 80% = 8,3%

Kekurangan protein yang harus dicukupi dari tepung ikan dan bungkil inti sawit = 14 - 8,3% = 5,7% Jadi campuran tepung ikan dan bungkil inti sawit harus mempunyai kandungan protein sebesar 5,7 : 0,2 (20%) = 28,5%. Untuk memperoleh campuran tersebut maka dibuat perhitungan bujur sangkar sbb :
Tepung ikan                55                6,5
                                          28,5
Bungkil inti sawit         22               26,5
                    Jumlah    33,0

Jadi jumlah tepung ikan dalam ransum            = 6,5/33,0 x 20% = 3,9%
Jumlah bungkil inti sawit                                 = 26,5/33,0 x 20% = 16,1 %


Dari susunan diatas dapat dilihat bahwa kandungan protein dan energi ransum sesuai dengan yang diinginkan akan tetapi, kandungan kapur (Ca) untuk ayam petelur masih terlalu rendah. Untuk melihat hal ini dapat ditambahkan bahan yang banyak mengandung Ca seperti tepung kapur, tepung tulang atau tepung kulit kerang. Selain itu perlu juga ditambahkan campuran vitamin dan mineral-mineral mikro dan Probiotik sebanyak 25 gram per 1 kg ransum.

Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan umur atau periode pertumbuhan. Pada ayam buras ada tiga tahapan dalam pemberian pakan, yaitu periode untuk anak ayam umur 0 - 3 bulan membutuhkan pakan 10 gram makanan/ekor/hari, periode dara umur 3-5 bulan membutuhkan pakan 60 - 70 gram makanan/ekor/hari dan periode dewasa umur lebih dari 5 bulan membutuhkan makanan 80 - 90 gram/ekor/hari. Pada periode kutuk pakan disediakan dalam wadah yang mudah dicapai tetapi tidak mengakibatkan banyak pakan yang tumpah. Pakan yang diberikan adalah ransum ayam ras starter. Mulai dari umur 7 hari sampai 1 bulan dapat diberikan pakan campuran, yaitu pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus dengan perbandingan 1:1 atau memberikan jagung giling halus ditambah katul dengan perbandingan 2:1 dan ditambah protein hewani. Ayam dara umur 3-5 bulan dan seterusnya akan menguntungkan bila pakan dicampur sendiri dengan formulasi seperti tabel 3 diatas. Makanan diberikan 2 sampai 3 kali sehari, separuhnya diberikan pada pagi hari dan sisanya diberikan pada siang hari.

sumber :
PAKAN AYAM BURAS
INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
DKI JAKARTA
1996

Rabu, 17 Oktober 2012

Jamu tradisional untuk ternak ayam buras

Jamu dan obat tradisional untuk ternak ayam buras
Jamu tradisional untuk ternak ayam buras - Ayam buras merupakan salah satu komoditas unggulan untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Pemeliharaannya mudah dan dapat dibudidayakan di lahan sempit.

Pada umumnya sistem pemeliharaan ayam buras di DKI Jakarta dilakukan secara intensif dengan dikandangkan secara terus-menerus. Sistem pemeliharaan ini akan meningaktkan resiko terjadinya wabah penyakit bila sanitasi lingkungan kurang baik dan tidak ada upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam buras tersebut. Tanaman obat tradisional Indonesia sangat potensial digunakan sebagaibahan pakan tambahan (feed suplement).Untuk memudahkan penggunaannnya, tanaman obat tersebut diramu menjadi jamu yang dapat dicampurkan pada air minum ayam buras.
Penggunaan jamu ayam buras ini tidak memerlukan persyaratan spesifik  sehingga mudah diterapkan dan jamu dapat dibuat sendiri atau dilakukan bersama dengan kelompoktaninya.

Keunggulan pemberian jamu pada ayam buras dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mengurangi resiko kematian karena serangan penyakit. Keunggulan lain adalah meningkatnya bobot badan serta performance (warna dan aroma) yang lebih baik. Cara pemberiannya mudah, hanya dicampurkan ke dalam air minum.


Komposisi jamu ayam buras terdiri dari 1 kg kencur, 1 kg bawang putih, 0,5 kg jahe, 0,5 kg lengkuas, 0,5 kg kunyit, 0,5 kg temulawak, 0,25 kg daun sirih dan 0,5 kg kulit kayu manis. Semua bahan tersebut dihancurkan/diblender kemudian disaring dan disimpan dalam drum plastik berukuran 50 liter, ditambah molasses/tetes tebu dan larutan probiotik (M-Bio) masing-masing sebanyak 1 liter, lalu diencerkan dengan air bersih sampai campuran tersebut berjumlah 40 liter. Kemudian drum ditutup rapat dan difermentasi selama 6 hari, namun tutup drum selalu dibuka setiap hari selama lebih kurang 5 menit untuk mengaduk bahan yang sedang difermentasikan.  Setelah proses fermentasi selama 6 hari, jamu tersebut siap digunakan.
Jamu diberikan pada ayam dengan cara dicampur dengan air minum. Dosis pemberian sebanyak 90 ml/L air minum dan diberikan setiap 7 hari sekali. Walaupun sudah diberi jamu, program vaksinasi tetap dilakukan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan bobot badan lebih baik (karkas ayam tertinggi yaitu 68,8%), tingkat kematian lebih rendah (morbiditas 0-2 % vs kontrol 8.7 %), jumlah ayam sakit lebih sedikit, penampakan/bentuk serta warna dan aroma karkasnya lebih disukai konsumen, biaya pemeliharaan lebih murah, serta mempunyai nilai jual lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Disamping itu pemberian jamu pada ayam buras dapat mengurangi bau kotoran, sehingga mengurangi pencemaran bau di  lingkungan sekitarnya.
(sumber: jakarta.litbang.deptan.go.id)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...