Senin, 15 April 2013

Cara mencegah penyakit Omphalitis untuk menekan kematian DOC ayam minggu pertama

Penyebab utama peningkatan kematian anak ayam (DOC) minggu pertama adalah omphalitis, atau infeksi kuning telur lewat navel, yang biasa dikenal dengan “mushy chick disease” dan “penyakit pusar”.

Beberapa bakteri terkait dengan kasus tersebut seperti coliform, Staphylococcus, Stretococcus dan Proteus. Kematian umumnya dimulai sejak 24 jam setelah menetas dan puncaknya terjadi pada 5 sampai 7 hari. Level kematian mencapai 5 sampai 10 % adalah jarang terjadi, menjadikan Omphalitis adalah tantangan yang harus dihadapi setelah anak ayam menetas.

Anak ayam yang terinfeksi akan terlihat murung dengan kepala tertunduk. Pembedahan post mortem terlihat perubahan warna pada navel dan inflamasi yolk sac (kuning telur) dengan pembuluh darah yang menggelembung, biasanya bersamaan dengan bau tidak enak. Ayam yang terlihat “mushy” atau demam mengindikasi adanya odema sub kutan.

Bila terjadi Omphalitis, maka telah terjadi rute masuknya bakteri penyebab ke dalam yolk sac.

Anak ayam tidaklah terlahir dalam kondisi lingkungan yang steril. Kemungkinan terjadinya Omphalitis akan lebih besar bila terjadi letusan telur di mesin tetas, atau jika keranjang hatcher tidak bersih dan tidak terdesinfeksi sempurna saat transfer. Potensi infeksi ini dapat ditekan dengan efektif melalui praktek higienitas yang baik.

Pada inkubasi yang optimal, secara normal anak ayam akan menetas dan lubang pusar (navel) tertutup dengan baik. Pada beberapa kasus, walaupun navel masih terbuka, maka navel tersebut akan tertutup secara alami selama 2 jam hingga bulu anak ayam mengering. Pada kondisi ini, insiden Omphalitis sangat minimal.

Ketika navel tampak ada kelainan, itu akan menjadi tempat masuknya bakteri. Nutrisi dalam yolk dan kombinasi suhu tubuh anak ayam akan menyebabkan perbanyakan bakteri secara cepat. Imunitas yang diturunkan dari induk belum cukup mampu menghadapi serangan dari bakteri karena sistem internal imunitas-nya belum berkembang sempurna.

Ada beberapa penjelasan meningkatnya kejadian kelainan navel. “Black button” pada navel terjadi karena setting suhu inkubator terlalu tinggi, khususnya selama siklus akhir di mesin hatcher. Sedangkan suhu inkubator yang terlalu rendah akan menyebabkan penutupan lubang navel yang tidak sempurna.

Kelembaban relatif yang terlalu tinggi selama di mesin hatcher menyebabkan terjadinya penurunan berat yang tidak cukup. Hasilnya, cadangan yolk sac terlalu lebar dan menghalangi penutupan navel secara sempurna. Sebaliknya, ketika kelembaban terlalu rendah, yolk sac mengalami dehidrasi dan menjadi keras serta dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang sensitif di sekitar navel.

Jika telur terlalu lama di simpan dalam holding room sebelum dimasukkan mesin setter, anak ayam dengan kondisi black navel tercatat lebih banyak, mengindikasikan navel tidak sempurna tertutup saat di mesin hatcher.

Penggunaan antibiotik untuk mencegah omphalitis merupakan solusi yang tidak sesuai dan sebaiknya tidak disarankan.


Beberapa hal yang dapat disarankan :
  1. Mengupayakan kondisi yang higienis sejak dari sarang bertelur hingga ke mesin setter, untuk meminimalisasi insiden telur tetas kontaminasi.
  2. Mencegah terjadinya telur lembab (misal dengan membasuh kerabang telur), karena ini akan menyebabkan penetrasi bakteri ke dalam telur.
  3. Bersihkan dan desinfeksi setter dan hatcher, egg tray, keranjang, peralatan transfer setiap selesai penggunaan.
  4. Pastikan keranjang hatcher kering sempurna sebelum proses transfer, untuk meminimalisasi resiko penetrasi bakterial melalui pori-pori.
  5. Perlu dipertimbangkan perlakuan fumigasi pada mesin hatcher setelah proses transfer dari batch yang terjadi ledakan telur.
  6. Targetkan untuk memproduksi anak ayam tanpa kerusakan navel dengan mengoptimalkan kondisi inkubator sesuai dengan status breed, umur induk dan durasi penyimpanan telur dalam sebuah Standar Operasional Prosedur yang baku.
  7. Buka jendela mesin hatcher sesempit mungkin dan jangan lakukan pull chick anak ayam saat beberapa masih basah, karena ini cenderung masih memiliki sedikit pusar yg terbuka.
  8. Perlakukanlah anak ayam dalam kondisi suasana yang optimal segera setelah pull chick hingga anak ayam di tebar di brooder dan hindari kondisi yang dingin dan terlalu panas yang akan menghambat penyerapan kuning telur dan penurunan status imunitas.
  9. Tingkatkan rangsangan agar anak ayam dapat makan lebih banyak segera setelah tiba di kandang untuk mempercepat penyerapan sisa kuning telur.
  10. Berikan kondisi brooding yang sesuai dengan terget temperatur khususnya 3 hari pertama
(sumber : unggasindonesia.wordpress.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...