Senin, 08 April 2013

Udara dingin mengancam peternakan ayam

Udara dingin mengancam peternakan ayam
Saat udara dingin, kebanyakan peternak mengalami problema penyakit pernafasan yang sangat berat. Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana upaya penanggulangannya?

Kebanyakan kandang dengan ventilasi alami hanya mempunyai kontrol sangat terbatas, baik terhadap temperatur maupun kualitas udaranya. Kandang dengan ventilasi alami hanya punya sedikit kemampuan untuk mengontrol seberapa banyak udara segar yang masuk, dan bagaimana mengatur pergerakan udara tersebut setelah berada dalam kandang.

Saat arah dan kecepatan angin berubah dari waktu ke waktu, akan terjadi juga perubahan drastis jumlah udara segar yang masuk kandang, menghasilkan variasi yang sangat besar baik temperatur maupun kualitas udaranya.

Fluktuasi yang sangat besar dari kondisi lingkungan menyebabkan stress pada ayam, yang akibatnya menambah kepekaan ayam terhadap penyakit pernafasan. Selama udara dingin, aliran udara yang dingin dan lembab cenderung cepat jatuh ke lantai kandang (mengganti udara yang hangat di atas lantai) mengakibatkan ayam menggigil.

Karena aliran udara dingin tersebut hanya punya sedikit kemampuan untuk menyerap kelembaban dari litter, maka akan terjadi peningkatan pembentukan amonia dan penggumpalan litter. Kejadian ini akan menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan yang akan meningkatkan kasus penyakit pernafasan.

Udara dingin, stress dan penyakit


Menutut pakar kesehatan unggas Drh. Darjono , PhD., saat udara dingin, kebanyakan peternak mengalami problema penyakit pernafasan yang sangat berat. Udara dingin dan lembab yang masuk kandang cenderung cepat jatuh ke lantai menggantikan udara hangat di sana, menyebabkan ayam menggigil. Jika udara dingin, ayam mendirikan bulunya untuk menyesuaikan kembali atau beradaptasi terhadap kondisi baru tersebut (respon stress).

Stress dapat diakibatkan antara lain oleh cuaca (panas, dingin) dan beberapa organisme patogen. Akibat stress dingin, misalnya : menggigil selama transportasi, kuman yang biasanya tidak patogenpun dapat menimbulkan penyakit yaitu tracheitis dan infeksi kantong udara pada anak ayam.

Bila stress bertambah berat dan berkepanjangan, ayam akan mengambil cadangan gizi dalam tubuhnya yang mengakibatkan ayam lebih peka terhadap penyakit. Stress diketahui menurunkan jumlah lympocyt (menurunkan titer antibodi/immunosupresion) hingga ayam lebih peka terutama terhadap infeksi virus.

Disamping itu, stress juga menaikkan jumlah heterophil sehingga meningkatkan resistensi terhadap inveksi kuman.

Langkah pertama dalam meminimalkan kasus penyakit pernafasan adalah mengurangi stress pada ayam dengan upaya konsisten untuk mencapai standar manajemen lingkungan (meminimalkan variasi mutu udara yang masuk kandang).

Hal ini dapat dilakukan dengan monitoring kualitas udara. Kualitas udara dapat dimonitor dengan mengukur variasi harga beberapa elemen kualitas udara, seperti kadar amonia dan karbondioksida. Alat pengukur udara kedua elemen tersebut cukup mahal dan memerlukan berulang kali kalibrasi. Karena kelembaban (RH : relative humidity) bervariasi sepadan/paralel dengan variasi kadar amonia dan tingkat CO2 dalam kandang, maka RH dapat dipakai sebagai tolok ukur kualitas udara (baik buruknya ventilasi).

Bila ventilasi kurang, maka baik kadar NH3, CO2 dan RH kesemuanya akan tinggi, sebaiknya jika ventilasi cukup, baik kadar NH3, CO2 dan RH kesemuanya akan rendah. Sangat jarang terjadi, RH rendah tetapi kadar NH3 serta CO2 dalam kadar tinggi.

Ventilasi, sistem pendingin dan isolator adalah cara-cara penting untuk mengatasi efek udara panas dan dingin. Sedangkan organisme patogen dapat dikontrol melalui sanitasi yang baik dan program vaksinasi yang memadai.

Langkah kedua adalah dengan mengatur kelembaban dalam kandang. Kelembaban dibawah 50%, kandang akan berdebu sehingga memperberat kerja saluran pernafasan. Kelembaban antara 50-70%, kelembaban udara dianggap sesuai untuk ayam.

Kelembaban antara 70-80% dinilai kurang optimal sedangkan kelembaban di atas 80% dinyatakan sangat buruk karena kemungkinan kejadian penyakit pernafasan akan meningkat.

Kelembaban tinggi dapat menaikkan konsentrasi amonia di udara, yang akan menaikkan ancaman infeksi kuman E. coli (konsentrasi 20-50 ppm akan meningkatkan kemampuan menginfeksi kuman patogen). Selain karena virus-virus tertentu (MD, IBD, CAV dan Reovirus), immunosupresi dapat dihasilkan oleh jamur-jamur tertentu penghasil toksin yang dapat tumbuh cepat pada kelembaban udara tinggi.

Saat perkembangan kedua jenis agen tersebut, respon stress dapat terjadi. Bila respon stress tersebut dapat diminimalkan, efek immunosupresi keduanya dapat dikurangi.

Demikianlah hal-hal yang perlu diketahui oleh peternak mengenai pengaruh udara dingin terhadap kesehatan unggas yang dipelihara, dan langkah-langkah penanganannya. Selamat mencoba
(sumber: poultryindonesia.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...