Minggu, 03 Juni 2012

Ayam Cemani

Ayam cemani merupakan ayam yang tubuhnya disominasi oleh warna hitam pada kuku, kulit, bulu, paruh, mata, daging, tulang, dan lidah, bahkan kadang ada juga yang berdarah hitam. Ayam ini oleh kalangan tertentu diyakini memiliki kekuatan magis sehingga banyak dicari

Ayam Cemani ayam lokal asli berasal dari propinsi Jawa Tengah. Kata cemani diambil dari bahasa Jawa yang artinya hitam legam. Warna hitam legam ini menyelimuti tubuh ayam lokal ini mulai dari jengger, pial, paruh, bola mata, lidah, rongga mulut, bulu, lubang dubur, kaki dan cakar. Konon ayam Cemani sempurna memiliki persentase warna hitam 100 % sampai warna darah, daging dan tulang, tapi sampai sekarang ini belum terlaporkan adanya cemani dengan warna hitam 100 %. Selama warna hitam yang menyelimuti tubuh luar, lidah dan rongga mulut, maka ayam ini dikatakan ayam Cemani murni.


Asal muasal ayam Cemani adalah ayam Kedu hitam, yang banyak dipelihara oleh masyarakat di desa Kedu, desa Beji dan desa Kahuripan Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, propinsi Jawa Tengah. Di ketiga desa ini ayam Kedu sudah dipelihara sejak awal abad 20 (baca artikel “Mengenal Lebih Jauh Ayam Cemani” oleh Muryanto pada Majalah Poultry Indonesia No. 132/TH XII-Januari 1991, halaman 16-20). Ayam Kedu yang diklaim mempunyai berbagai nama sesuai warna yaitu Kedu hitam (lebih dari 90,6 %), ayam kedu Putih (3,4 %) ayam Kedu Coklat (0,2 %), ayam Kedu Kelabu (0,1 %) dan ayam Kedu Lurik (5,7 %). Ayam Cemani ini tentunya berasal dari ayam Kedu Hitam yang diseleksi kearah pemurnian warna hitam dan bentuk jengger tunggal bergerigi. Entah berapa generasi seleksi tersebut sudah dilakukan yang sementara ini populasinya semakin bertambah dibandingkan populasi ayam Cemani pada 10 tahun yang lalu. Ayam Cemani banyak terlihat disepanjang jalan protokol kabupaten Temanggung dijaja oleh masyarakat setempat dengan harga bervariasi mulai puluhan ribu sampai beberapa juta rupiah.

Menurut bapak Muryanto (penulis “Mengenal Lebih Jauh Ayam Cemani”), ayam Cemani dapat diperbanyak dengan mengawinkan sesama ayam Cemani, yang akan menghasilkan anak-anak berwarna hitam legam dan berwarna tidak hitam legam. Anak-anak ayam yang berwarna hitam legam kemudian dinamakan ayam Cemani sedangkan anak-anak ayam yang berwarna lain biasanya dinamakan ayam Kedu hitam, untuk yang hitam, putih untuk yang putih dan atau ayam Kedu warna lain untuk setiap warna yang muncul. Sementara ini masyarakat memang memperlakukan ayam Cemaninya lebih baik dari ayam Kedu, karena diharapkan dapat dijual dengan harga tinggi.

Keberadaan ayam Cemani ditinjau dari aspek sumberdaya plasma nutfah, merupakan suatu keuntungan dengan bertambahnya satu lagi ayam lokal khas, meskipun tentu saja penekanan terhadap populasi ayam Kedu di lokasi yang sama, terjadi. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari ayam Cemani ini adalah kelihatannya sebagi ayam hias untuk kesenangan seperti halnya ayam Pelung, ayam Bekisar atau ayam Kapas. Yang jelas ayam Cemani yang dipelihara untuk tujuan produksi daging, tidak akan berhasil karena banyak konsumen tidak menyukai daging berwarna hitam.

Informasi asal mula dan karakter kualitatif ayam Cemani sampai sejauh ini kiranya seperti di tersebutkan di atas. Lalu bagaimana caranya untuk memelihara dan/atau memperbanyak ayam Cemani. Dari sumber informasi yaitu pemelihara ayam Cemani di lokasi asal sumber, ternyata tidak diperoleh suatu keterangan yang khusus untuk memelihara warna hitam tersebut. Memang secara ilmiah warna tampilan ayam tidak mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan seperti pakan atau suhu. Sifat warna lebih banyak dipengaruhi gen yang diturunkan dari tetuanya. Oleh karena itu dalam upaya memelihara ayam Cemani, tatacara pemeliharaan ayam Kedu sebagai jenis ayam yang paling dekat kekerabatannya dapat diaplikasikan pada ayam Cemani.

Sehubungan dengan banyak sekali kesamaan dari ukuran tubuh ayam Cemani dengan ayam Kedu Hitam dan belum adanya informasi khusus mengenai karakteristik kuantitatif ayam Cemani, maka sementara ini kita asumsikan bahwa karakter kuantitatif ayam Cemani sama seperti karakter kuantitatif ayam Kedu Hitam.

Ayam jantan dewasa pada waktu berdiri normal mencapai tinggi sekitar 60 cm dengan lingkar dada mencapai 34 cm dan panjang sayap 25 cm. Sementara itu ayam betina dewasa mencapai tinggi 50 cm dengan lingkar dada 27 cm dan panjang sayap 21 cm. Bobot anak ayam umur sehari berkisar antara 28 ? 32 gram/ekor, kemudian bobot ayam betina umur 5 bulan berkisar antara 1200 ? 1300 gram/ekor. Semantara ayam jantan umur 5 bulan berkisar antara 1400 ? 1500 gram/ekor. Umur pertama bertelur berkisar antara 4,6 ? 6,5 bulan dan produksi telur pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56 ? 77 butir per ekor/tahun, sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41 ? 49 gram/butir. Konsumsi pakan ayam dewasa per hari mencapai 93 gram per ekor.

Sebagaimana dikemukakan pada beberapa laporan penelitian, ayam Kedu dikenal sebagai ayam lokal yang memproduksi telur lebih tinggi dari ayam kampung biasa. Ayam Cemani bagaimanapun juga kecil kemungkinan dipelihara dengan cara diumbar dihalaman, tetapi besar kemungkinan dipelihara secara semi intensif bahkan intensif penuh, mengingat nilai ekonomis dan sifatnya sebagai ayam hias. Jumlah ayam Cemani yang mungkin dipelihara oleh setiap anggota masyarakat yang gemar akan ayam Cemani ini biasanya tidak lebih dari sepuluh ekor, namun kemungkinan bisa saja ayam ini dipelihara dalam populasi yang besar dalam suatu peternakan yang besar suatu hari untuk mencari keuntungan. Dalam tatacara pemeliharaan ayam Cemani ini bisa diadopsi tatacara pemeliharaan ayam Kedu Hitam.

Untuk memperbanyak, ayam Cemani dikawinkan dengan sesama ayam Cemani secara alami dengan perbandingan maksimal 1 jantan 5 betina untuk, yang kemudian ditetaskan sendiri oleh induknya, karena ayam ini masih memiliki sifat mengeram dan mengasuh anaknya. Anak-anak ayam yang menetas kemudian dipisahkan antara yang berwarna hitam legam murni, anak ayam Cemani dari yang berwarna selain hitam, sebagai anak ayam Kedu. Pemeliharaan anak-anak ayam dapat segera dilakukan begitu menetas dipisahkan dari induknya, atau dari mesin apabila ditetaskan dengan mesin tetas untuk dipelihara dalam kandang yang dilengkapi dengan pemanas. Sebagaimana biasanya tentunya setelah anak-anak ayam berumur 4 hari, segera dilakukan imunisasi dengan vaksin tetelo atau ND (Newcastle desease), yang dapat diperoleh dari toko-toko pakan dan obat ayam. Imunisasi kemudian diulang pada umur 4 minggu dan 4 bulan. Selain vaksin ND, dapat juga diimunisasi dengan vaksin cacar fowl pox, apabila perlu. Proses seleksi dilakukan terus menerus untuk memisahkan anak-anak ayam yang berbulu bukan hitam. Pemeliharaan anak-anak ayam secara intensif dapat dipelajari dari berbagai buku petunjuk pemeliharaan ayam ras atau ayam kampung yang dapat diperoleh dari toko-toko buku terdekat.

Ayam dapat dipelihara dalam kandang berlantai kawat atau bambu atau langsung diatas lantai tanah atau semen yang dialasi sekam atau serbuk gergaji secukupnya. Ukuran kandang bervariasi disesuaikan dengan besar ayam. Untuk ayam dewasa setiap luasan lantai 1 m persegi, maksimum dapat diisi oleh 4-6 ekor. Ruangan dalam kandang ayam harus terhindar dari pemanasan matahari langsung dan basah kena air hujan. Ventilasi dibuat secukupnya disekitar dinding kandang. Kebersihan kandang harus selalu dipelihara untuk menghindarkan ayam dari penyakit. Larutan desinfektant dapat dipakai untuk menyeprot setiap pojok kandang setelah dibersihkan dari sampah dan debu. Penerangan dapat diberikan secukupnya terutama untuk anak-anak ayam untuk memudahkan pengontrolan pada waktu malam hari.

Jenis pakan yang dapat diberikan untuk lebih mudahnya dapat memakai pakan jadi komersial untuk ayam ras tipe petelur mulai dari pakan untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa. Namun untuk menekan harga, pakan dapat dibuat dengan campuran berbagai bahan pakan seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya, yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan murah harganya. Namun untuk mencampur pakan, diperlukan pengetahuan yang cukup mulai dari mengetahui kebutuhan berbagai tingkatan umur ayam, pengetahuan nilai gizi bahan-bahan pakan dan teknik penyusunan pakan untuk mendapatkan pakan yang mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan ayam pada berbagai tingkatan umur. Namun untuk praktisnya di bawah ini disajikan salah satu contoh formula ransum sederhana dengan bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa.. Adapun kandungan gizi sedikit ditingkatkan untuk mengatasi kemungkinan penurunan kualitas bahan-bahan pakan yang kadang tejadi dari waktu ke waktu.


sumber : tmtnews.wordpress.com

0 komentar :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...