Selasa, 09 Oktober 2012

Tips Cara Merawat Ayam Bekisar Yang Tidak Mau Bersuara

Tips Cara Merawat Ayam Bekisar Yang Tidak Mau Bersuara
Semua peserta lomba ayam bekisar pasti berharap bisa membawa pulang trophy kemenangan usai turun kontes. Sebab trophy menjadi bukti nyata akan kualitas bekisar yang dimilikinya. Namun tidak semuanya bisa merealisasikan keinginan tersebut…. Trophy gagal dibawa pulang dengan beragam alasan, semisal ayam tidak mau bunyi atau bunyi namun kurang maksimal.

Mengapa bekisar sampai tidak mau bunyi dan kalaupun bunyi tidak bisa maksimal? Banyak faktor bermain di sana. Pertama, bisa saja usia yang terlalu muda yakni belum menyentuh angka satu tahun lebih atau karena faktor perawatan. Banyak mania yang mengaku selalu gagal mengorbitkan bekisar pada usia dini.

“Saya kira dengan usia yang masih muda menyebabkan bekisar tidak mau bunyi di lapangan,” jelas Hariyadi mania bekisar Surabaya.  Sebab yang pasti mental lapangan belum terbentuk dengan baik.

Menurut Hariyadi mental bekisar sudah ada, tetapi belum ada sifat adaptasi dengan lingkungan baru. “Ada kalanya bekisar muda mau bunyi ketika berada di rumah, namun ternyata saat dilombakan malah tidak mau bunyi. Itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu kita paksakan,” lanjut pemilik Panglima dan Lanceng Kanak, bekisar handal.

Langkah terbaik jika menghadapi kondisi demikian, maka rawat dengan baik dan benar. Perlakukan bekisar seperti biasa, tidak boleh dipaksakan untuk bunyi ketika dikonteskan. Jalan terbaik adalah menunggu sampai usianya bertambah dewasa yakni setelah ngurak pertama.

Cara lain adalah dengan melakukan latihan-latihan dengan sering mengereknya dengan bekisar lain, baik di rumah atau juga di tempat latihan.

Kedua, salah perlakuan saat berada di lapangan. Kondisi panik dan ambisi yang cukup tinggi seringkali membuat peserta selalu berusaha untuk mencari cara agar ambisinya bisa terwujud. Terlebih beban berat dengan adanya saingan dan lawan, sering membuat mereka salah melakukan perlakuan.

Hal tersebut wajar karena kondisi di lapangan berbeda sekali dengan kondisi di rumah. Apalagi ketika kita berada di arena bersama rekan yang membantu merawat yang sebenarnya belum memahami betul apa yang harus diperlakukan pada bekisar tersebut.

Seperti pengalaman Edi Mujiono, mania Surabaya. “Saya pernah mengalami hal yang membuat saya amat menyayangkan kenyataan tersebut. Bekisar Buyung sama sekali tidak mau bunyi ketika mengikuti partai final,” terang Edi Mujiono.

Ternyata kesalahan perlakuan yang membuat Buyung miliknya sama sekali tidak mengeluarkan buriyi. Kesalahan itu terjadi sebelum ayam dikerek. Seharusnya Buyung dibasahi terlebih dahulu di bagian leher dan kepala. Tidak perlu banyak, namun cukup ada percikan air. Namun sang rekan yang membantu malah membasahinya sampai memenuhi hampir seluruh bagian tubuh bekisar. Layaknya ayam dimandikan meski tidak basah kuyub.

Kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi membuat fatal. Sejak penjurian di partai final Laga Utama dinyatakan mulai sampai berakhirnya penjurian, Buyung sama sekali tak mengeluarkan suara. Malahan sesekali ía didis. Terlebih kondisi cuaca yang mendung membuat bekisar satu ini semakin asyik bermain dengan bulu tubuhnya yang basah.

“Pengalaman ini membuat saya semakin paham apa yang sebenarnya diinginkan Buyung sehingga untuk lomba berikutnya, saya semakin yakin bisa membawanya pada posisi yang Iebih baik dan terhormat,” tambah Edi Mujiono lagi.

Ketiga, kehadiran babon/betina bisa menjadi salah satu faktor ayam tidak mau bunyi. Malahan bekisar yang melihat babon langsung mengeluarkan suara petok-petok. Dari satu bekisar akhirnya seluruh bekisar yang dikerek ikut-ikut mengeluarkan suara yang sama. Akibatnya bekisar tadi males untuk bunyi karena mungkin sudah kelelahan.

Untuk itulah perlu adanya larangan bagi peserta yang mengibas-ngibaskan babon/betina di pinggir lapangan saat terjadinya penjurian. Sebab hal itu akan merugikan peserta lainnya.

Keempat, memanig mental bekisar yang kurang bagus. Ada beberapa bekisar yang selalu gagal membawa trophy kemenangan dalam setiap Iawatannya. Setiap kali dikerek, selalu enggan bunyi. Bahkan sang pemilik sampai mengkonteskannya beberapa kali, namun tetap saja tidak mau bunyi.

Jika hal itu terjadi, maka hal itu bukan kesalahan orang lain, tetapi sang perawat perlu menemukan satu setingan bagaimana mengkondisikan bekisar agar mau bunyi ketika di kerek di lapangan.

Begitu juga dengan bekisar yang tidak mampu menembus daftar kejuaraan sepuluh besar karena kurang maksimal. Bisa terjadi karena bekisar dalam kondisi ngurak. Ada kalanya mania memaksakan untuk tetap menurunkan bekisarnya meski sebenarnya tidak siap.

Dengan alasan ingin menghormati panitia dan tidak ada bekisar lain yang bisa dilombakan, mereka tetap saja nekat meski dia paham akibat yang akan ditimbulkan.

Ngurak pada ayam bekisar memang tidak bisa dicegah. Kita tidak mampu menyesuaikan jadwal kontes dengan bekisar yang harus siap.

Jika memang sudah saatnya ngurak, maka tidak ada alasan untuk ditunda agar bisa mengikuti kontes. Meski demikian tidak sedikit bekisar yang masih tetap mampu tampil berkat perawatan handal. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan hal demikian.

Artinya peran seorang perawat dalam mengorbitkan bekisar pada posisi tertinggi sangat besar.
(sumber: omkicau.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...